Isak tangis mengiringi prosesi pemakaman. Keheningan, semua dalam diam merasakannya. Ada yang aneh nan menganjal, tapi apa?
Hampa.
Pasalnya genap dua minggu setelah kasus Kenta, dan sekarang Shota menyusul. Seolah dunia sedang mempermainkan pihak dengan menumbangkan satu persatu dari mereka--pelantun hebat yang akhir-akhir ini dibanggakan oleh media. Atau mungkin...
... Memang itu tujuannya?
Moriuchi Takahiro menggelengkan kepala dengan keras, sepulangnya ia hanya termenung seharian di sudut ranjang apartmen Hiroki. Benaknya bertanya: Kenapa, ya? Sebab dirinya merasa benar-benar kehilangan, dua rekan karirnya yang seolah musnah dalam gulita malam dan prajurit bintangnya. Hatinya mencelos. Ia tak boleh gentar, karena bukan hanya Taka seorang yang merasakan sedih. Tapi seantero Jepang pun turut berduka. Ia harus tetap tegar, sebagaimana para polisi dan aparat keamanan terus gencar dalam penyelidikan.
"Nii-chan..." pintu terbuka, mambangunkan Taka pada fokusnya kembali. Tubuh mungil si bungsu, Hiroki, mengisi atensi retinanya. Taka dapat melihat rambutnya meneteskan bulir-bulir air--Ya, dia baru selesai mandi dan sekarang saatnya ia melakukan hal yang serupa.
Menyandangkan fabrik pada tubuh, setelahnya Hiroki merebahkan diri di atas ranjang, memeluk erat sebuah boneka Minions--figur makhluk kuning kecil yang seperti pisang.
Menghela nafas. 20 menit, adalah waktu yang secara normal sang kakak butuhkan untuk mandi. Ingat; secara normal. Tak bisa terjamin suasana hatinya saat ini. Dan selama itu pula Hitoki bisa; Membaca Manga, menonton Anime Jujutsu Kaisen, melakukan siaran langsung di Instagram, atau bahkan mengirim pesan gombalan ke Nishizawa Teruki.
Yeah, walau secara jujur opsi terbaik saat ini adalah tidur.
Rintik hujan kini berdentang nyaring akibat derasnya bulir yang berjatuhan menghujami permukaan berbahan besi dan logam di luar sana. Meski teredam suaranya Hiroki dapat merasakan dengan pasti melalu lirikkan pada jendela yang terbuka gordennya.
Ah, hujan...
Selimut tebal melapisi tubuh, Hiroki memejamkan mata guna melesak terjun ke alam mimpi. Namun otaknya menghendaki lain, rematan pada ujung selimut diperkuat. Hiroki takut. Takut suatu hal yang akan terjadi kedepannya.
Semua kilasan balik dari apa yang terjadi pagi itu terputar kembali layaknya sebuah DVD. Pemuda itu berdecak letih. Kalau seperti ini ia harus melakukan sesuatu, bukan?
Menyibak selimut, ia merangkak ke arah nakas dan membuka laci kecil yang ada di sana. Dua lembar kertas kumal--di tambah dengan apa yang ia dapati pagi tadi menjadi tiga--ia tatap lamat-lamat.
Membetulkan posisi duduk dengan benar. Kulit mulus jejari hasil perawatan mahal itu meraba pelan salah satu permukaan kertas. Sepintas, ia yakin akan menjadi sebuah petunjuk di sana.
Mendesah pelan, kepalanya di dongakkan menelusuri langit-langit kamar. Matanya terpejam. Walau terkesan egois dan sok tahu, ia berharap jika semua ini berkaitan pada satu titik.
Ya, setidaknya sampai sebuah petunjuk baru muncul tanpa ada satu pun yang tewas.

KAMU SEDANG MEMBACA
-|ʀᴀᴋᴛᴀ✶ˊˎ-
FanfictionDi tengah sudut Kota Tokyo, pemuda yang terlahir di Kota ini terbangun dari mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Mencoba memutar kembali film yang dihadirkan dalam mimpinya selama sepersekian menit tadi, namun tak berhasil. Ketika s...