|CHAP 3: Bright

61 12 8
                                    

͟͟͞͞➳look at the title, dark or bright
please turn on✧
_________________________ _

Tokyo, 5 Januari

Pukul sembilan pagi lewat lima belas menit, Taka menunggu taksi yang telah ia pesan beberapa menit lalu, hari ini dia akan menemui Kenta sesuai janji tadi malam.

Tak lupa ia juga akan menjemput Shota terlebih dahulu. Taka dan Shota akan meluncurkan sebuah proyek lagu dimana sebelumnya Taka dan Shota telah berdiskusi terlebih dahulu mengenai kesulitan mereka dalam melakukan aktivitas sebagai musisi. Project kali ini jelas akan menggemparkan dunia. Lihat saja deretan artis bintang tamunya nanti, menampilkam berbagai musisi dari ragam genre dengan ciri khasnya masing - masing.

Taksi itu akhirnya tiba, dengan arahan dari Taka si supir membawanya ke tempat tujuan pertama, rumah Shota.

.

.

.

"Shota-san, aku di depan rumah mu, cepatlah keluar!"

"Baik. Tunggu sebentar, aku segera ke depan."

Tak berselang lama, Shota muncul dengan setelan mantel tebal. Kemudian mereka pergi menuju alamat yang tertera di ponsel Taka.

─┅┅┄┄*ೃ:.✧˚

Menyerahkan sejumlah uang pada supir, keduanya menapaki jalanan penuh pohon dan gelap.

"Taka, kau yakin Kenta-san mengajak kita bertemu di sini?"

"Tentu saja, semalam ia mengirimku alamat ini."

Shota memberanikan dirinya untuk terus melanjutkan perjalanan menemui Kenta. Harus ia akui, lokasi ini mirip seperti gerbang menuju dunia lain padahal letak nya tepat di pinggir jalan raya.

Sebuah rumah dengan tampilan ala Jepang modern terpampang di depan mereka. "Ayo," Taka mengisyaratkan pada Shota.

Pintu dibuka, bau anyir masuk ke penciuman masing-masing. Bau bangkai! Apa penghuni rumah ini membiarkan tikus dan hewan lain mati begitu saja? Menjijikan, dan kenapa juga lampunya tidak dinyalakan?

Ketika mulai menapakan diri di lantai bangunan itu, alas kaki mereka merasakan lantai yg basah dan licin, lengket, juga mereka rasakan. Pengap. Oh, astaga! Ini rumah atau apa?

"Kenta-san? Kau di mana? Kami sudah datang."

Hanya hening dan gelap, matahari tak bisa masuk sempurna ke titik ini.

"Shota, mari cari tombol lampunya."

Saat mencari di antara kegelapan, ia mendapati sesuatu menabrak kepalanya. Tali mungkin, atau tombol lampu rumah ini.

"Taka, aku dapat tombol lampunya!"

"Nah sekarang sudah terang!"

"AAAAAAAAAA! S-SHO! DI BELAKANG MU!"

Shota memutar badannya dan menemukan kepala yang diletakkan begitu saja di atas lemari kabinet, dengan bekas luka di pipi, mulut menganga dan bola mata yang hilang sebelah.

"Tunggu, dia mirip Kenta-san. Dia Kenta-san! Cepat hubungi polisi!"

Taka hanya bisa diam dan menatap kepala itu lekat-lekat sementara Shota kelimpungan menelpon polisi.

Itu benar-benar Kenta, Kenta yang ia temui kemarin siang, Kenta yang tadi malam ia telpon dan menabrak tiang.

Taka berjalan mendekati kepala yang tak utuh itu, pandangannya terfokus pada kertas putih lusuh nan sedikit kotor oleh darah dan juga tinta.

F C Ne F

Ini apa? Siapa pelakunya? Ini terlalu sadis untuk dapat di terima nalar Taka. Dan kenapa harus Kenta?

.

.

.

─┅┅┄┄*ೃ:.✧˚

"Tadaima," Taka dengan lesu memasuki unit apartement adik bungsunya. Merebahkan diri di sofa ruang tamu.

"Kupikir kau tak akan kemari. Aku sudah lihat berita terbaru," Hiroki menghela nafas. "Turut berduka cita, nii-chan."

Tangan dengan tato kelelawar itu menyodorkan sticky note pada sang adik. Ia rasa, kertas itu di tujukan untuk dirinya, bukan polisi. Tapi apa isi maksudnya? Taka pun tak tau.

"Aku tidak mengerti maksud huruf-huruf itu, simpan saja untukmu, souvenir dari pembunuh Kenta-san."

Hiroki yang juga bingung menatap kertas dengan bercak darah itu lekat-lekat, tak ada goresan lain selain tiga huruf tunggal dan satu huruf dengan huruf vokal kecil. "Tenangkan saja dulu dirimu di sini. Akan kukabari mama tentang keadaan mu," imbuhnya.

"Jangan. Jangan hubungi mama, biarkan aku saja yang menghadapi ini. Kumohon Hiro."

Siapapun itu, binasalah ia yang melakukan ini pada Kenta.[]

-|ʀᴀᴋᴛᴀ✶ˊˎ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang