On Me

331 44 16
                                        

"Kalian baik-baik saja?" Tanya petugas keamanan itu.

Sehun berusaha mengatur napas dan detak jantungnya yang tidak karuan karena kejadian yang hampir menghilangkan nyawanya. Ia bahkan memandangi gadis yang tergeletak tak berdaya di jarak lima meter darinya itu.

SIAL!

Para perampok itu telah membawa kabur hartanya yang paling berharga. Pouch, yang sangat bernilai karena isinya merupakan peninggalan dari sang ibu yang telah wafat.

Petugas keamanan itu menghampiri gadis yang tergeletak tadi dan mengatakan pada Sehun kondisinya masih hidup.

Gadis itu pasti pernah melihat wajah para penjahat tadi dan bisa membawanya ke deretan orang sial itu.

"Kau sudah menelpon polisi?"

"Sebenarnya belum, ponselku mati. Tadi aku hanya menggertak saja."

Jika kejadian ini sampai di tangan polisi, bisa menimbulkan kehebohan nantinya. Apalagi nanti ayahnya akan kembali mengguruinya dan mengatakan profesi sebagai artis itu sama sekali tidak menguntungkan.

"Baiklah, tidak perlu. Aku akan membawa gadis ini ke rumah sakit terdekat."

Yang tersisa darinya sekarang adalah ponsel dan satu kartu debit yang tadi masih terpasang di mesin EDC. Ia telah menghubungi bank untuk memblokir semua kartunya dan akan meminta Jongdae mengatur sisanya.

Dilihatnya gadis yang masih tak sadarkan diri di kursi belakang. Penampilannya terlihat sangat mengenaskan, baju yang di pakainya nyaris compang-camping dan banyak terdapat luka di wajah, tangan, serta kaki.

"Apa yang terjadi?!" Sehun merasakan mobilnya tiba-tiba saja mogok, tepat di gerbang masuk kota.

Harusnya ia mendengar apa yang di katakan Jongdae kemarin. Mobil ini seharusnya di service terlebih dahulu.

Pelengkap kabar buruknya adalah ia tidak mengerti sama sekali soal mesin mobil, jalan satu-satunya adalah menghubungi Jongdae.

.

.

"Kau sudah gila?!" Jongdae berubah menciut ketika Sehun memicingkan matanya. Ia pura-pura terbatuk dan berusaha memperbaiki suasana. "Maksudku, kenapa kita tidak membawanya ke kantor polisi saja dan media akan menyorot kau sebagai pahlawan sekaligus korban. Itu akan lebih baik."

Sehun masih mempertahankan sorot mata tajamnya.

"Baiklah, apa rencanamu?" Jongdae pun menyerah, mobil derek sudah membawa BMW yang mogok. Sekarang mereka sedang berbincang di dalam van.

"Aku akan membawa gadis itu pulang. Karena hanya dia lah satu-satunya orang yang pasti pernah melihat para perampok itu."

"Perampok?!" Jongdae seakan ingin menggigit jarinya. Ia langsung mengecek apakah artisnya itu mengalami luka karena bertemu dengan komplotan itu.

"Kenapa kau selalu terkejut?!" Sehun mengelus dadanya, itu karena suara Jongdae yang keras. "Mereka mengambil dompet, Ipad, dan barang berhargaku. Lagipula kondisinya sangat mengenaskan." Ia kembali teringat pouch-nya, namun tetap merahasiakannya dari Jongdae.

"Kau yakin tidak ingin melaporkannya ke polisi?"

Sehun mengangguk dan Jongdae hanya bisa menurut.

.

.

Salah satu kamar di rumah Sehun kini seperti ruang rawat inap. Jongdae memanggil dokter dan perawat untuk mengobati gadis yang di bawanya. Terdapat luka memar di sekujur tubuh dan satu luka parah di kepala.

All My Love Is For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang