The Truth

261 40 12
                                    

"Luhan..."

.

.

Saat Sehun membuka mata, ia melihat beberapa orang dengan seragam tenaga medis mengerumuninya. Ia menyadari kalau sekarang sedang berada di rumah sakit. Satu orang sedang mengganti cairan infus di tangannya dan seorang lainnya yang ia yakini adalah dokter, memeriksa kesadarannya.

"Dimana Luhan?" Tanya Sehun dengan suara serak. Pertanyaan itu hanya di respon oleh jawaban yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan keberadaan gadis itu. 

.

.

"Kami menemukan dua peluru yang sepertinya menjadi penyebab terjadinya pecah ban pada mobil Tuan Oh Sehun." Polisi itu menjelaskannya pada Jongdae. Saat ini suasana sangat kacau, banyak wartawan yang masih bergerumun di depan rumah sakit, menanti kabar darinya.

Menjadi manager dari artis terkenal memang bukan perkara mudah, terutama di saat seperti ini. "Aku harap kalian dapat segera menemukan pelakunya." 

Jongdae kembali masuk ke dalam ruang rawat Sehun. Setelah selama beberapa hari sibuk dengan ponsel karena banyaknya pembatalan dan penundaan jadwal karena peristiwa ini. 

"Luhan ada di kamar lain, Kris sedang merawatnya. Kau yang tenang ya." 

Kalimat itu nyatanya bisa menenangkan Sehun dari kepanikan. Saat itulah Jongdae juga menyadari kalau Sehun benar-benar menyayangi Luhan. Selama bertahun-tahun mendampingi Sehun, ia tidak pernah melihat pemuda itu bertingkah seperti orang bodoh. Semacam budak cinta.

Setelah perawat keluar ruangan, Jongdae menceritakan hasil penyelidikan polisi dan keadaan Sehun yang sudah dua hari tak sadarkan diri. Untung saja Tuan Oh tidak membunuhnya karena melihat Sehun sampai terlibat kecelakaan. 

"Kami memang di kejar, aku masih tidak mengerti apa yang mereka inginkan." 

Sehun memaksakan diri menggunakan kursi roda untuk menemui Luhan. Katanya gadis itu sudah sadar sejak tadi malam. 

.


.

Luhan terlihat sedang menghabiskan makan siangnya bersama Tao, Jongdae kemudian membantu Sehun mendekatinya. Ia juga memberi kode pada Tao untuk membiarkan Sehun berdua dengan Luhan. 

Dengan berusaha menahan ngilu di seluruh tubuh ia bergerak dari kursi roda untuk menggenggam tangan Luhan yang tidak di pasangi infus. Di tatapnya gadis itu sembari mengeluarkan beberapa tetes air mata. Untuk sesaat ia sempat berpikir telah membuat Luhan tidak berada di dunia ini lagi.

"Akhirnya kau sudah sadar." Ucap Luhan.

Sehun tersenyum ketika tangan itu bergerak mengelus pipinya perlahan. Wajahnya sangat pucat dan terdapat perban di lengannya. 

"Maafkan aku Luhan." Pinta Sehun, tidak ada apapun lagi yang ia pikirkan selain meminta maaf.

Luhan kembali mengelus surai itu dengan lembut. "Aku seharusnya berterima kasih padamu." 

All My Love Is For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang