Dani diam tak menjawab. Ia langsung pergi meninggalkan Zahra.
"Tuh, kan benar. Dani pasti iri dengki," gumam Zahra.
***
Seminggu sudah berlalu. Kini saatnya Zahra dan keluarganya bersiap-siap untuk pergi ke bandara.
"Zahra, jangan lupa pakai kerudung!" teriak Fatimah yang kini berada di depan rumah bersama yang lain.
Hanya Zahra yang masih di dalam rumah. Ia segera membuka lemarinya lalu mengambil kerudung yang berwarna peach itu lalu memakainya.
Setelah itu ia lekas keluar dari rumahnya. Tak lupa mengunci pintu rumahnya.
"Sudah!" ujar Zahra semangat sembari menyodorkan kunci rumah pada ayahnya.
"Semuanya udah siap, kan? Gak ada yang ketinggalan?" tanya Abdul Aziz.
"Siap dan gak bakal ada yang ketinggalan!" sahut Zahra semangat.
"Tunggu bentar!" Fatimah menatap kerudung yang dipakai oleh Zahra. Ia mengelilingi Zahra sembari menatap fokus ke kerudung itu. Zahra hanya diam dan sesekali menelan ludah. "Hm," gumam Fatimah. Ia berkacak pinggang sambil menatap Zahra tajam. "Ini kerudung, Kakak, Zahra!"
Zahra lekas berlari dan bersembunyi di balik tubuh ibunya itu. "Ibu! Lihat, tuh! Zahra, kan, pengen!"
Aminah menghela napasnya lalu menatap Fatimah dengan senyum kecilnya. "Fatimah, kan, udah banyak punya kerudung. Sesekali gitu berikan pada Zahra."
"Hm, iya sih ... tapi kenapa waktu itu Zahra bohong sama Kakak? Katanya dibuang."
Zahra nyengir. "Takut. Kakak, kan, galak."
Mata Fatimah membulat sempurna.
"Sudah-sudah, ayo kita berangkat! Takut telat," ucap Aisyah.
"Tau! Berantem mulu!" sahut Hana.
Zahra menatap kesal pada Hana. "Suka-suka Kakak, lah!"
Abdul Aziz geleng kepala. "Tuh, lihat! Teman-teman Zahra pada ngeliat."
Zahra lekas menoleh pada teman-temannya. Bibirnya terukir sebuah senyuman. Zahra lekas berlari menghampiri teman-temannya itu. Sedangkan keluarganya berjalan ke taxi sambil menunggu Zahra.
Sekarang Zahra berada di depan teman-temannya. Di sana ada Siti, Maimunah, Maryam, Ilham, Rafa, dan Ahmad.
"Hai, Zahra!" sapa Siti.
Zahra tersenyum. "Hai juga."
"Hati-hati di jalan ya, Zahra! Kami semua akan menunggumu balik lagi!" ucap Maryam.
"Jangan lupa juga oleh-oleh, hehe," sahut Maimunah.
"Iyaa." Zahra menatap ketiga teman lelakinya. Zahra sedikit bingung, pagi ini ia tidak melihat Dani. Ke mana dia? Apa dia takut pada Zahra? Atau, apa?
"Zahra, kami semua akan sangat merindukanmu," ucap Ilham yang membuat Zahra tersadar dari lamunannya.
"Iya, makasih. Kalo gitu aku pamit, ya! Dadah, sampai jumpa!" ucap Zahra senang sembari melambaikan tangannya pada teman-temannya itu.
"Dadah!" sahut mereka sembari membalas lambaian tangan padanya.
"Sudah?" tanya Aminah yang kini Zahra telah berada di depan ibu dan keluarganya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerudung Zahra
SpiritualIni tentang kekeluargaan, persahabatan, pertemanan, pertemuan, dan juga perpisahan. Sebuah kisah remaja yang kerjanya hanya suka membantah, keras kepala, tepatnya ... sifatnya yang jauh dari kata baik. Pada suatu hari, Zahra beserta keluarganya berk...