"Da-Dani? Dani ... Alvaska?" tanya Zahra yang setengah kaget.
Omar lekas menatap Zahra. "Dari mana kau tau?"
Zahra segera bangkit dari duduknya. "Dia sekampung sama aku!" jawabnya cepat, "jadi ... dia itu adikmu?"
Omar mengangguk pelan.
"Pantesan dia ngelarang aku," gumam Zahra.
Zahra kembali duduk di bebatuan itu. Ia menghela napasnya. "Kau tau? Dani, dia orangnya nakal. Suka gangguin orang."
"Benarkah? Dulu ia sama sekali tidak seperti itu."
Zahra tersenyum miris. Jadi, selama ini Dani berusaha menutupi lukanya dengan sifat nakalnya itu agar tidak ada yang tahu kalau sebenarnya ia sangat terluka.
***
Kini Zahra baru saja selesai salat subuh bersama Omar dan Zaenab.
Zahra menatap Zaenab yang tengah berdoa. Ia ingin mengatakan sesuatu padanya. Namun ia ingin menunggunya selesai berdoa dulu.
Zaenab selesai berdoa. Zahra pun lekas berbicara padanya.
"Zaenab, Omar ... aku mau berterima kasih banyak karena udah menerima aku tinggal di sini sebentar. Dan, makasih Zaenab, karena udah pinjamin aku pakaian. Maaf kalo aku ngerepotin kalian ...."
Omar tersenyum kecil, dan Zaenab mengangguk.
"Tidak apa-apa, kami sudah menganggap kamu sebagai adik bagiku, dan kakak bagi Zaenab," sahut Omar.
Zahra terharu mendengarnya. "Makasih," ucapnya yang terdengar lirih.
Sekarang Zahra merindukan keluarganya. Ia merindukan suara ibunya yang selalu membangunkannya setiap subuh. Ia juga merindukan yang lainnya.
Zahra memegang perutnya, ia sedikit merasa lapar.
"Kamu kenapa?" tanya Omar.
"Ehehe, gak papa kok. Cuman sakit perut," jawab Zahra yang sebenarnya hanya bohong.
"Aku tau kau lapar."
Zahra menunduk, lalu sekejap kemudian ia kembali menatap Omar dan Zaenab dengan senyum manisnya. "Tapi sekarang udah nggak lagi, kok," ucapnya. Jangan sekarang ngeluhnya, Zahra! "Hari ini jadi, kan, kita cari makam keluarga aku?" tanya Zahra.
Omar mengangguk. "Iya, jadi. Kita berangkat carinya nanti aja, jam tujuh pagi nanti. Biasanya di sekitar jam tujuh ada pemberian makanan gratis," jelasnya.
Zahra menghela napasnya lega. Syukurlah kalau ada makanan gratis. "Oke, siap!"
***
Jam tujuh sudah berlalu. Kini Zahra, Omar, dan Zaenab berada di luar rumah untuk mencari makam keluarga Zahra.
Mereka bertiga sudah makan gratis tadi pagi. Mereka bertiga juga sudah memasuki dua area pemakaman. Tetapi mereka sama sekali tidak menemukan makam keluarga Zahra.
Kata Dani, hanya tersisa satu tempat pemakaman di daerah sekitar sini.
Zahra yang mendengarnya hanya pasrah. Ia terus berdoa pada Tuhan agar bisa menemukan makam keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerudung Zahra
EspiritualIni tentang kekeluargaan, persahabatan, pertemanan, pertemuan, dan juga perpisahan. Sebuah kisah remaja yang kerjanya hanya suka membantah, keras kepala, tepatnya ... sifatnya yang jauh dari kata baik. Pada suatu hari, Zahra beserta keluarganya berk...