"Assalamualaikum, Zahra! Apa kau tau?"
Seyna tertawa gembira di hadapan Zahra yang kini berada di depan rumah Zahra.
Zahra yang pagi ini mau ke pasar, terkejut ketika melihat Seyna yang bertanya tiba-tiba padanya. Zahra tersenyum sambil mengerutkan keningnya heran. "Waalaikumsalam, astagfirullah kamu ini bikin kaget aja! Mana aku tau jika kamu belum memberitahu."
Lagi-lagi Seyna tertawa bahagia. Setelah itu ia menatap Zahra serius. "Sebelum aku cerita, aku mau nanya, gimana dengan penampilanku sekarang?"
Zahra menatap Seyna dari atas sampai bawah. Seyna emang sudah terlihat tertutup sepertinya. Zahra tersenyum. "Alhamdulillah, kamu cantik banget! Sholehah."
Terlihat Seyna yang tersipu malu. "Hehe, apalagi kalo pake kerudung pemberian kamu. Ini aku memakainya tiap hari!"
Zahra menggeleng kepala pelan. "Jangan begitu juga, harus dicuci ntar kotor. Hm, kapan-kapan, aku akan membuatkanmu kerudung deh!"
"Benarkah?" tanyanya senang.
Zahra mengangguk sambil tersenyum.
"Oke! Makasih ya, Zahra!" Seyna memeluk Zahra erat.
Zahra tersenyum sambil melepaskan pelukannya. "Udah, ayo cerita! Katanya mau cerita?"
Seyna terkekeh. "Lagian, jika bicara sama Zahra, semuanya bakal terlupakan!"
"Termasuk Dani?"
Seyna lekas menggeleng. "Nggaklah."
"Udah, cepetan ceritanya, ntar keburu aku tinggalin ke pasar nih!"
"Eh, hehehe, iya-iya." Seyna menarik napasnya panjang lalu menghembuskannya pelan. "Gini, dua hari lagi aku dan Dani bakal nikah!" jelasnya histeris.
Zahra terkekeh pelan. "Alhamdulillah, selamat ya! Aku bahagia dengarnya."
"Kamu harus datang nanti! Ntar aku suruh kamu nyanyi di panggung!" perintah Seyna semangat.
"Nggak mau lah, malu-malu," sahut Zahra cepat.
Lagi-lagi Seyna tertawa. "Udah nggak sabar banget! Malam pertama, aduhh!"
Zahra menggeleng kepala pelan. "Astagfirullah, istighfar Seyna! Nggak liat ini tempat umum! Ntar kedengaran sama orang lewat, kan, malu."
Seyna terkekeh. "Hehe, maaf-maaf."
Zahra tersenyum.
Tiba-tiba saja ada orang berlari sambil memanggil nama Zahra. "Neng Zahra!"
Zahra dan Seyna menoleh pada orang yang memanggil nama Zahra.
"Eh, Akang Teteh, ada apa?" tanya Zahra.
"Masa Seyna nggak dipanggil, sih!" kesal Seyna sambil tertawa kecil.
Orang yang dipanggil Akang Teteh tadi menoleh pada Seyna. Ia terkekeh. "Halo Neng Seyna, apa kabarnya?"
Seyna tersenyum. "Baik."
Akang Teteh lekas menatap Zahra. "Itu, Neng! Akang baru aja dapat pesan, katanya surat ini untuk Neng Zahra. Silakan teh, dibaca. Siapa tau penting atuh." Akang Teteh lekas menyerahkan sebuah surat pada Zahra.
Zahra menerimanya. "Makasih Kang. Em tapi, surat dari siapa ini?" tanya Zahra sambil melihat surat yang belum ia buka. Tak ada nama pembuat ataupun alamat rumahnya. Ia kembali menatap Akang Teteh. "Mungkin salah orang? Kan, nama Zahra banyak."
"Enggak atuh Neng. Surat ini memang untuk Neng Zahra. Tadi saat Akang nongkrong di pos ronda, ada pemuda cakep pisan memberikan surat ini untuk Neng Zahra," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerudung Zahra
SpiritualIni tentang kekeluargaan, persahabatan, pertemanan, pertemuan, dan juga perpisahan. Sebuah kisah remaja yang kerjanya hanya suka membantah, keras kepala, tepatnya ... sifatnya yang jauh dari kata baik. Pada suatu hari, Zahra beserta keluarganya berk...