Besok harinya.
"Baye baye baye, daeunaan nashtari!" ucap Zahra yang artinya adalah, jual jual jual, ayo dibeli!
Kata itu, ia bertanya pada Omar.
Kini Zahra, Hana, Zaenab, dan Omar berada di tempat bermain kemarin siang. Di sana juga ada teman-teman barunya yang sibuk bermain.
"Kak, gak ada yang mau beli," keluh Hana.
Zahra menghela napasnya. Ia melihat karya-karya buatan Zaenab itu masih berada di tangan Zahra, Hana, Omar, dan Zaenab. Tak ada yang membeli. Zahra menatap Omar dan Zaenab. "Lalu bagaimana?"
Omar melihat gambaran adiknya itu yang sedari tadi ia pegang. Lalu ia kembali menatap Zahra. "Lebih baik kita berikan secara gratis aja. Aku tau, di daerah sini masih banyak orang yang gak banyak punya uang."
Zahra mengangguk pasrah. Lalu mereka berempat pun memberikannya pada orang-orang yang ada di sekitarnya.
***
Siang ini Zahra berada di gubuk rumah. Di sana juga ada Hana, Omar, dan Zaenab.
Zahra bosan. Ia terus melihat Zaenab dan Hana yang asik menggambar.
Zahra menguap. Ia melihat Omar yang asik membaca sebuah buku.
Zahra bingung mau melakukan apa hari ini. Zahra berjalan ke arah tempat tidurnya, Zaenab, dan Hana.
Mereka memang tidur bertiga di kamar itu. Sedangkan Omar, ia tidur di ruang depan. Hanya ada satu kamar di gubuk rumah kecil ini.
Zahra duduk. Ia menatap sebuah tas besar miliknya, tas adiknya, dan barang-barang keluarganya. Karena saat ia dan yang lainnya tadi pulang dari tempat bermain, mereka dipanggil oleh polisi dan menanyakan pada Zahra tentang siapa pemilik barang-barang yang polisi bawa dari dalam gerobak. Saat tadi Zahra dan Hana terkejut. Mereka berdua pikir, barang-barangnya sudah hancur atau sudah terbakar. Tapi nyatanya tidak.
Zahra tersenyum kecil melihatnya. Bahkan kamar ini sudah terlihat sempit akibat tas-tas keluarganya.
Zahra belum membuka isi semua tas itu. Tapi entah kenapa ia ingin membukanya sekarang. Mungkin saja ada barang berharga biar bisa dijual lalu kembali pulang. Misalnya uang gitu.
Zahra segera membuka tas ibunya. Di sana ia melihat pakaian ibunya dan ada surat? Surat apa ini?
Lupakan. Mungkin saja isinya tentang yang tidak begitu penting baginya. Zahra melempar surat itu ke sembarang tempat. Lalu ia kembali mencari-cari barang atau uang.
Kini Zahra membuka tas ayahnya. Dan benar saja. Zahra tersenyum lebar.
"Alhamdulillah," gumamnya.
Zahra menoleh ke arah pintu. "Hana, Omar, Zaenab, ayo ke sini cepetan!"
Mereka bertiga pun segera berjalan menghampiri Zahra.
"Apa, Kak? Dan ... kenapa barang-barang ibu dan ayah di keluarin?" tanya Hana.
"Lupakan! Sepertinya kita semua bisa kembali ke Indonesia!"
Omar dan Zaenab duduk di depan Zahra. Sedangkan Hana duduk di samping Zahra.
"Lalu bagaimana dengan ayah, ibu, kakak Aisyah, dan kakak Fatimah di sini?" lirih Hana seraya bertanya.
Zahra menunduk. Ucapan adiknya itu ada benarnya. Masa ia akan pergi meninggalkan keluarganya yang dikubur di Palestina?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerudung Zahra
SpiritualIni tentang kekeluargaan, persahabatan, pertemanan, pertemuan, dan juga perpisahan. Sebuah kisah remaja yang kerjanya hanya suka membantah, keras kepala, tepatnya ... sifatnya yang jauh dari kata baik. Pada suatu hari, Zahra beserta keluarganya berk...