#7 Ignoring J

2.6K 197 47
                                        

#7 Ignoring J

■ ■ ■ ■ ■

So, gue abis lepas kangen sama Edith, adeknya Lan, beberapa hari yang lalu dan–gila, lama ga ketemu sama dia tetep aja dia taunya masih se-antusias itu skype-an sama gue yaampun. Jadi terharu.

Seriusan ga becanda gue ngomong kalo gue terharu. I mean, cukup ngomong sama Edith aja udah bisa bikin gue kembali inget gimana welcome nya keluarganya Lan ke gue, ke pacarnya yang bahkan iya sih mereka udah ketemu gue tapi kan sisanya banyakan dapet cerita dari Lan doang.

Gimana keluarganya bisa welcome segitunya ke gue sementara keluarga gue sendiri, salah satu anggota keluarga gue lebih tepatnya, malah belum pernah welcome dan maafin gue buat kesalahan gue ke dia.

Oke. Tanya kenapa gue jadi gampang banget langsung inget masalah sama Keira sekalinya bengong belakangan. Mood gue masih aja secara random jadi murung-murung ga jelas. Di rumah, di kampus, atau lebih parahnya kadang pas di Klub Film juga.

Gue ngaco banget sih..

– J

***

“Jenny.”

“Hm. Apaan?”

“Eh? Tumben ga marah dipanggilin Jenny?”

“Ga pengen aja.”

“Jen, lo.. sakit?”

Astaga.

Jen berdecak. Sorot matanya sesaat mendelik, tapi kemudian dengan cepat berubah dengan sorot murung sambil meletakkan tangannya di dada. “Gue kadang ngomong aja dibilang gila. Sekarang gue diem ga banyak ngomong dibilang gue sakit. Mau lo apa, Mily? Ga ngerti gue sama cewek.”

Njir.”

Jen buru-buru membuang muka untuk menyembunyikan ketawanya, puas untuk respon ilfil Emily atas kalimat frustasinya barusan. Tapi tetap saja, dia membuang muka tak menghalangi niat Emily untuk mengeplak lengannya, galak. “Gue serius. Gila lo kalo lagi hepi beneran sama gila buat kamuflase pas lo lagi nyembunyiin sesuatu tuh beda banget, tau.”

Niat Jen untuk tetap becanda dengan cepat menguap begitu mendengar kalimat Emily yang terasa cukup menyentilnya. Tersentil, tapi Jen masih mencoba menutupinya dengan cengiran polos. “Emang iya ya?”

“Lo ga perlu ngomong juga gue tau. Ck.” Emily melipat tangannya kesal. “Gara-gara satu kelompok sama Haykal tadi kan?”

Kan, Emily berdecak begitu melihat raut Jen yang langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Temannya itu tak mengiyakan pertanyaannya, atau lebih tepatnya; tak berniat untuk mengiyakan dengan matanya yang hanya memandang ke milkshake di tangannya, bibirnya melengkung ke bawah, kesal.

“Jen, lo kan ga harus ngejauhin Haykal terus kali.”

Seriously?

Jen refleks mengangkat wajahnya, menatap Emily dengan tatapan ‘demi-apa-lo-bisa-mikir-kayak-gitu?’, tak terima. Mulutnya membuka, ingin membalas kalimat tak masuk akal dari temannya itu tapi dia tak bisa menyusun kalimatnya. Pikirannya tau-tau malah bercabang dari niat protesnya dan malah teringat dengan wajah itu tanpa sempat dia cegah.

Haykal.

Menjauhi Haykal. Jen sudah menjauhi cowok itu nyaris setahun belakangan..

Tapi–setahun?

Jantungnya refleks berdebar keras memikirkan satu hal itu. Jumlah waktu yang sama dengan hubungan yang sudah dia jalani dengan Landon sejauh ini. Tapi entah kenapa hubungannya dengan Landon terasa seakan baru sebentar sementara pengabaiannya terhadap Haykal malah terasa sebaliknya..

Conflate (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang