#5 Painful J

3.1K 230 30
                                    

#5 Painful J

■ ■ ■ ■ ■

Pernah ga ngerasain waktu random pas lo mendadak jadi lebih mikirin tentang satu hal yang sebelumnya–lo pikirin sih, tapi gitu doang aja biasanya? Pernah?

Gue pernah. Dan masih suka kepikiran malah pas gue lagi bengong-bengong ga jelas.

Tentang gimana gue kelewat beruntungnya untuk bisa punya cowok kayak Lan.. I mean, gue suka takjub aja bisa disukain segitunya sama satu orang yang bela-belain nyari gue sampe ketemu selama beberapa taun padahal sebelumnya dia cuman kenal gue semingguan.

Itu.. it’s just me ato emang kadar sweet nya Lan emang overdosis parah?

Sisi positif pikiran gue bangga lah bisa punya orang yang sebaik Lan, yang selalu ada buat gue sejak dan sampe kapanpun. Tapi sisi negatifnya, kadang gue suka ngerasa ga pantes aja jadi beruntung untuk semua ‘keburukan’ yang pernah gue lakuin ke orang-orang di sekitar gue. Gue harusnya ga seberuntung itu..

Gue ga seharusnya bisa seseneng yang gue rasain sekarang dengan gimana gue punya Lan, sementara orang-orang di sekitar gue itu masih muram, masih ga bisa senyum normal, gara-gara gue.

Kelewat ga adil kan? Gue tau itu..

– J

***

Hari ini Jen bebas dari kelas. Waktu favorit yang biasa dia habiskan dengan hanya di rumah seharian dan nyaris tak beranjak dari kamarnya kecuali benar-benar dibutuhkan.

Seperti hari ini.

Ketenangan terusik ketika dia dipaksa Kieran untuk beranjak dari kamarnya untuk menemani abangnya itu hunting bahan makanan untuk di rumah dengan amunisi yang sudah menipis mendekati akhir bulan. Jen berani bersumpah kalau Kieran biasanya tak pernah memaksanya sekeras ini hanya untuk urusan dapur. Biasanya Kieran hanya berada dalam tingkatan meminta tolong tapi tak pernah lebih dari itu.

Err ga deng, sesekali kadang maksa juga. Tapi nyogok pake ice cream ato minimal pocky empat varian rasa, bukannya pure nyulik tanpa sogokan juga.. ck.

Kecurigaannya untuk keanehan Kieran yang terlalu mencolok akhirnya terbukti ketika dia melangkah tergesa menyusul abangnya itu masuk ke dalam mobil setelah mengunci pintu rumahnya. Bagaimana dia menemukan Keira ternyata juga berada di dalam sana, di sebelah Kieran yang berada di balik kemudi, ikut menunggu kemunculannya walau tanpa menggeser pandangannya sedikitpun.

“Yok, Jen.”

Jen tau Kieran sengaja bersuara untuk menyadarkannya dari diamnya yang refleks tanpa dia sadari. Menggigit bibirnya gugup, tapi tak urung dia akhirnya melangkahkan kakinya masuk, menghempaskan dirinya ke jok belakang.

“Kita mau ngerampok supermarket, Ki?” Tetap saja, dia tak tahan untuk tidak menanyakan maksud Kieran sebenarnya, walaupun dengan alibi pertanyaan yang dia usahakan terdengar cukup santai. “Kenapa musti bareng-bareng gini?”

“Keira bilang–”

Ki.”

“–maksud gue, ya lo liat sendiri dapur udah kosong gimana, Jen. Gue butuh banyak bantuan tenaga, yang mau dibeli juga banyak. Waktunya tinggal dikit lagi juga. Lo ga mau rencana ngasih surprise birthday present ke bokap gagal kan, hm?”

Ah, iya juga sih.

Jen tak lagi menjawab, tau kalau Kieran ada benarnya. Mereka bertiga memang berencana untuk mengadakan surprise birthday present untuk Papa nya dengan waktu kepulangannya nanti yang bertepatan ulang tahunnya, setelah nyaris sebulan sama sekali tak pulang saking sibuknya.

Conflate (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang