#10 Surprised L
■ ■ ■ ■ ■
That one guy, Haykal, I never really know him before.
Yang gue tau cuman Jen pernah cukup tergila sama cowok itu selagi – atau lebih tepatnya; bahkan sejak sebelum – gue masuk ke dalam kehidupannya Jen waktu itu.
Jen always said tak ada komunikasi berarti antara dia dengan cowok itu sejak ‘masa lalu’ itu akhirnya dia ketahui. Mereka cuman teman biasa dan.. yah, altho she’s in the same major with him and also, you know, her Movie Club.
But last night, she was with him.
Ain’t that surprising me enough?
– L
***
“Having a bad day, man?”
Kyle, teman satu klub football nya, mengulum senyum ke arah Landon sambil mengusapkan handuk ke rambutnya yang masih setengah basah.
Ditanya begitu, Landon hanya bisa menyeringai. Dia cukup tau maksud dari pertanyaan Kyle tanpa dia harus meminta cowok itu memperjelas maksudnya. Pertanyaan itu tentu saja refers ke permainan buruknya sewaktu latihan tadi..
“Yeah, kind of. Ck, promise it’ll gettin better.” Dia berdecak, namun sorot matanya terlihat tak sejalan dengan seringaian yang masih terplester di wajahnya. Untuk beberapa saat dia membiarkan bayangan Jen muncul dalam kepalanya lagi. Juga apa yang diucapkan gadis itu kepadanya dalam panggilan teleponnya kemaren malam..
“Yeah, you really should. Turnamen sudah cukup dekat.”
“Aye aye.” Landon membentuk gesture hormat, sorot matanya dengan cepat berubah jenaka ketika kemudian melanjutkan kalimatnya. “Kau tak harus terus-terusan bermain dengan baik, bukan. Tadi itu.. I’m just trying to be humble. That’s it.”
“No, you’re not!”
“Whoa.”
Tak hanya Landon, tapi Kyle pun terlihat sama kagetnya untuk kemunculan Max yang tau-tau mendekat ke arah mereka saat ini, sedikit terengah-engah entah kenapa.
“Sepertinya ada seseorang yang terlalu menggebu untuk setuju denganku.” Kyle mengangkat alisnya, memandang Max dan Landon bergantian. “Kalian sedang ada masalah?”
“Man, please. That jokes really not funny.”
Kyle terkekeh. “Well, funny for me.”
Max berdecak, tapi tak menimpali apapun lagi. Melirik Landon yang setengah memunggung ke arahnya, Max tau-tau mengerutkan keningnya. Dia teringat kalau temannya itu memang terlihat cukup aneh sepagian ini. Keanehan yang tentu terlihat memang aneh untuk satu fakta bahwa dia bahkan belum menceritakan obrolannya dengan Emma kemaren kepada cowok itu sama sekali.
Jadi kalau begitu, keanehannya untuk apa?
Max melirik ke sebelahnya sekilas, berniat memastikan Kyle tak akan mendengar obrolannya tapi yang ada dia malah tercengang sendiri melihat Kyle yang ternyata telah menghilang.
“Where’s he? So magical..”
“Magical–what? Did you just see an unicorn?” Landon mendelik, sepenuhnya bingung untuk Max yang terlihat tercengang tanpa sebab.
“Lebih dari sekedar unicorn, fyi.” Max mendengus, tapi hanya bertahan sebentar sebelum dia kemudian memutar tubuhnya ke arah Landon, melipat tangannya di dada. “Kau kenapa, huh? Kau terlihat mengerikan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Conflate (ON HOLD)
Teen Fiction"Perjalanannya udah mencapai tujuan. Pencariannya udah berakhir. Tapi ga dengan misteri tentang dia yang taunya masih banyak yang gue belum tau.." - Jennifer "Six years passed since the first day I met her. And not a single day I can gettin' her out...