#1 Crazy J

7.8K 321 41
                                    

#1 Crazy J

■ ■ ■ ■ ■

Gue cinta London, tapi gue benci jarak sejuta kilometer yang dia punya sama Indo.

Gue cinta London, tapi gue benci efek jet lag nya yang sumpah annoying pas gue ke sana dulu, berasa ke-error-an otak gue jadi belipet-lipet tambah drastis.

Gue cinta London, tapi gue benci sama aksen british nya yang gue ga punya sama sekali. Oke ini maksa. Tapi tetep aja malesin.

Terakhir,

Gue cinta Landon, tapi.. ga ada tapinya.

– J

***

“JEN!”

Astaga.

Jen seketika menjauhkan ponselnya dari kupingnya, ternganga. Menatap ponsel di tangannya itu dengan raut seakan benda itu barusan telah memakan sebelah kupingnya ‘hanya’ dengan kekuatan teriakan yang tadi dia dengar, sebelum kemudian memaksakan dirinya kembali mendengarkan lanjutan celotehan–entah apa, yang bahkan sayup-sayup masih bisa dia dengar tadi ketika dia berada dalam fase kekagetan lima detiknya.

“–mana, makalah kelompok mana, makalah kelompok mana, makalah kelompok mana–”

Oh. Cuman pengulangan ga ada makna taunya.

Sempat-sempatnya terkekeh sendiri untuk penggunaan bahasanya yang dia rasa menggelikan, Jen kemudian akhirnya membuka mulutnya juga untuk menenangkan kepanikan Emily yang dia rasa terlalu overdosis. “Calm, Mily. Calm. Ini gue on the way.”

Calm moyang lo ih!”

Kekuatan suara bertenaga sejuta desibel lagi.

“Lagian on the way apaan?” Celotehan Emily masih terus berlanjut. “Gue nanya sejak lima belas menit yang lal– astaga. Jangan bilang lo on the way dari kasur ke kamar mandi.”

“Omaygaaa.”

“Jennifer, jangan. bilang. iya.”

Fine. Lo udah larang gue duluan.”

“Jenny!”

Jen berdecak. “Gue heran. Lo kok makin dapet pacar makin gahar sih? Di mana-mana mah orang kalo lagi kasmaran auranya bagus, mood nya enak diliat, mukanya juga. Nah elo?”

“Kayak lo iya aja.”

Anjrit.”

“Ga usah anjrit-anjritan. Lo udah di mana? Gila gue bisa-bisanya kepikiran nyuruh mahasiswi doyan telat kayak lo yang bawain makalah kelompok. Tobat gue ga lagi-lagi, sumpah.”

“Woles. Kalo ga bikin kesalahan, ya lo ga pernah belajar kan?”

“JEEEEEENN!”

Tawa Jen pecah seketika. Dia terkikik puas untuk teriakan menggelegar Emily di seberang telepon, untuk responnya yang priceless, untuk kepanikannya yang tepat sesuai yang dia perkirakan sebelumnya, dan.. untuk kecemasannya yang sebenarnya tak beralasan mengingat Jen yang sekarang sebenarnya sudah memacu langkahnya ke arah kelas, beberapa langkah di depan si Ibu Dosen yang tadi dia lewati di Ruang Absen dekat lobby.

Jen masih mengabaikan teriakan-teriakan Emily yang berlanjut mendarat di kupingnya selagi dia terus memacu langkah. Teriakan-teriakan yang akhirnya menyurut dengan sendirinya begitu si pelaku peneriakan itu menyadari kemunculannya yang melangkah masuk ke kelas beberapa saat kemudian. Ringisan panik yang berubah menjadi cengiran lega tak terkira, walaupun tangannya kemudian tetap terulur untuk menoyor kepalanya begitu Jen sudah benar-benar menghempaskan diri duduk di sebelahnya.

Conflate (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang