Bagian 3: Mulai Dekat

114 53 13
                                    

Selamat membaca!!!🌻

Finish sudah di depan mata. Mentari coba menambah kecepatannya. Tapi Ravi seolah tak mau kalah dia sudah menjadi yang terdepan. Walau dia anggota baru, bukan berarti dia harus kalah.

Melihat ada kesempatan, Mentari langsung kembali menambah kecepatan. Hingga diapun menyentuh garis akhir. Rupanya selisih tipis itu cukup membuat Mentari unggul.

Awalnya Mentari tak menyadari akan kemenangannya. Tetapi ketika Reva menghampirinya dan kembali memeluknya sambil melompat, meneriakkan selamat untuk kemenangannya, barulah Mentari sadar.

Semua anggota pun langsung menyalaminya. Bahkan Ravi pun dengan legowo mengulurkan tangannya ingin memberi semangat. Tetapi Mentari hanya memandangi tangan itu.

"Kamu enggak mau menerima ucapan selamat dariku?" Ravi masih berusaha tetap di posisinya.

Mentari tersenyum dan meraih uluran tangan Ravi. "Terima kasih,"

Senyum Mentari tiba-tiba berubah ketika tangan kiri Ravi mengacak kepalanya walau tertutup kerudung dengan melemparkan senyum simpulnya. Mentari hanya terdiam, darahnya tiba-tiba berdesir.

"Ternyata kamu hebat! Mungkin lain kali aku tak akan lengah untuk mengalahkanmu!"

"Sekali lagi terima kasih," Mentari merendah.

"Ekhem! Suasana di sini kenapa jadi panas, ya?" Reva tiba-tiba mengibas-ngibaskan tangannya.

Mentari dan Ravi tersadar. Tatapan mereka terputus, beralih menoleh ke arah Reva yang seolah tidak paham dengan situasi.

"Kak Okan mana ya? Pengen rasanya tanganku dipegang kaya kamu sama dia," Reva pura-pura tak menoleh ke arah Mentari.

Merasa tersindir, Mentari melepas genggaman tangan Ravi. Membuat Ravi dan Mentari tersipu malu. Tapi Ravi tersadar dan langsung pergi dengan tersenyum pada Mentari. Membuat Mentari jadi salah tingkah.

Tanpa sadar Okan memeluk Mentari dari belakang. Membuat Mentari terkejut. Kedua tangan Okan melingkar di dada atas dan leher Mentari.

"Selamat ya buat adikku tersayang! Enggak sia-sia kakakmu ini melatihmu," bisik Okan di telinga kanan Mentari.

Senyum bangga menghiasi bibir Mentari. Dia bahagia mendapat pelukan dari kakaknya. Walau itu cuma balapan biasa tapi dia merasa kemenangan kali ini sangat mengesankan.

Kemenangan untuk pertama kali dan membuktikan pada kakaknya bahwa dia bisa. Apalagi dia mempersembahkan kemenangan itu untuk kakaknya yang lengser dari jabatannya.

"Aduh! Kak Okan! Reva mau dong dipeluk kaya gitu," rengek Reva yang dibuat-buat.

Refleks Okan melepas pelukannya karena beberapa orang sedang melihat ke arahnya. Suara Reva yang cukup keras membuat perhatian orang-orang menoleh. Membuat Okan hanya tersenyum dan memasukkan kedua tangannya pada saku.

Mentari pun malah salah tingkah dibuatnya. Tak semua orang tahu Mentari itu adiknya Okan, maka ketika Okan memeluknya pasti mengira dia kekasihnya. Tapi kalau yang tahu sikapnya mereka akan biasa saja.

"Pada diam! Kak Okan enggak mau peluk aku?" Goda Reva.

"Ngapain peluk kamu? Belum mahrom!" Ketus Okan.

"Mau jadi mahrom? Halalin dong, Kak!" Reva tersenyum jahil.

"Yakin? Entar aku melamar, kamu malah bilang belum siap lagi,"

"Kalau Kak Okan yang melamar, aku siap," Reva menyelipkan rambutnya di telinga kanannya dengan nada sedikit malu.

"Tunggu aku tiga tahun lagi ya? Aku mau nabung dulu," senyum jahil Okan muncul.

Siapa Merebut Siapa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang