Bagian 26: Natasha Kembali?

111 26 1
                                    

Selamat membaca!🌻
--

Semalaman Mentari tidak bisa tidur setelah apa yang terjadi. Orang tuanya tak bertanya apa-apa ketika dia datang diantar oleh Ravi. Setelah kepulangan Ravi yang begitu sopan untuk pamit pulang pada orang tuanya, Mentari langsung pergi menuju kamarnya.

Tangisannya masih berlanjut. Semalam dia terus terbayang akan sikap Bintang. Merasa dirinya amat kotor karena terjamah oleh laki-laki yang sangat dia benci. Walau dia masih bersyukur, tidak sampai kehilangan sesuatu yang berharga.

Tubuh yang sudah penat dan mata yang tak kuat lagi terbuka. Baru bisa tidur di waktu sepertiga malam. Hingga hanyut dalam ketenangan alam mimpi. Tapi rasanya baru saja dia tertidur. Hingga sebuah alarm dari ibunya memanggil.

Raina terus membangunkan Mentari dengan suara cerewetnya. Biasanya dia jarang membangunkan anaknya. Karena Mentari mampu bangun sendiri di waktu shubuh dan kadang langsung turun membantu dirinya menyiapkan sarapan.

"Tari! Ayo bangun! Kamu ada kelas kan hari ini?"

Ibunya memang perhatian hingga ibunya tahu jadwal kuliahnya hari ini. Mengingat dia baru kali ini terlambat bangun setelah terakhir kali dia terlambat bangun yang sudah terlupa kapan terjadi.

"Engh!" Mentari melenguh.

Bagai ditarik paksa dari alam mimpi, tubuhnya terasa malas untuk bangun. Tetapi rentetan kata yang belum juga berhenti dari ibunya membuat Mentari terbangun. Hingga dia melirik jam dinding di kamarnya.

Jam menunjukkan waktu 05.30. Tidak! Dia memekik dalam hatinya. Dia sudah hampir kesiangan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba.

Menghiraukan ibunya yang duduk di tepi ranjangnya, dia berlari menuju kamar mandi miliknya. Tak menghiraukan juga penampilannya yang masih acak-acakkan. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Setelah sholat kamu mandi! Mamih tunggu kamu untuk sarapan!" Terdengar suara Raina yang meninggalkan kamarnya.

Jaket Ravi masih menempel di badannya. Bibirnya membentuk busur bahagia ketika merasakan aroma Ravi. Terasa sosok Ravi begitu dekat dengannya. Mengingatkan perlakuan Ravi yang heroik semalam.

Tapi ketika dia membuka jaket itu, alangkah kaget dirinya melihat banyak tanda kemerahan di perut dan menelusuri ke dadanya. Maka dia pun segera menghampiri cermin di kamar mandinya.

Ternyata tak hanya di perut, di dada dan leher pun terdapat jejak yang memang dikatakan Ravi pasti nampak keesokan harinya. Sungguh jelas tercetak di tubuhnya yang putih.

Belum lagi bibirnya yang merasa sakit dan bengkak. Ternyata bibirnya pun sudah membiru. Bagaimana harus menutupinya? Dia malu. Bila jejak di tubuhnya bisa saja tertutup oleh baju dan kerudungnya. Tapi bila di bibir? Ingin terus memaki Bintang rasanya.

Mau tidak mau hari ini dia harus memakai lipstik untuk menutupi memar di bibirnya. Ciuman pertamanya telah direnggut Bintang. Bahkan dia ingat sekali ciuman yang liar itu.

Setelah dirasa siap, Mentari turun dari kamarnya untuk ikut sarapan. Nampak ayah dan ibunya sudah duduk di posisinya. Tapi kakaknya masih belum terlihat.

Baru saja dia duduk, kakaknya mulai terlihat batang hidungnya. Lalu duduk di tempat biasanya. Hingga sarapan pun dimulai. Tanpa adanya pembicaraan seperti biasanya. Hingga ibunya mulai angkat bicara.

"Semalam kenapa Ravi yang mengantar? Bukan Bintang?"

"Itu. Itu karena semalam Ravi datang ke apartemen Bintang. Kebetulan kita baru beres makan malam. Jadi dia menawarkan diri untuk mengantarkanku," Mentari menjawab tanpa berani menatap ibunya ataupun yang lainnya.

Siapa Merebut Siapa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang