Prolog

208 5 5
                                    

Kuntero merupakan seorang ahli pedang, piawai dalam memainkan pedangnya. Mempunyai wajah yang karismatik dan cukup disegani. Pendekar pedang ini mempunyai hewan peliharaan yang selalu menemaninya dalam berburu di hutan bambu. Pedangnya mampu menebas benda apa saja, bahkan daun yang gugur tertiup angin pun langsung terbelah menjadi dua. Kuntero tumbuh menjadi remaja dan ahli pedang berkat didikan kakeknya.

Awalnya, Kuntero masih ragu untuk menggunakan pedang pemberian dari kakeknya. Pedang Naga yang selalu diburu dan ditakuti oleh saudara dan musuh-musuhnya. Pemberian nama Kuntero berharap mampu menjadi ahli pedang yang disegani di seluruh antero jagad raya. Pendekar pedang yang cukup legendaris.

Kuntero mampu menggerakkan tubuhnya seirama dengan pedangnya. Alunan gesekan pohon bambu yang sunyi mampu membawa Kuntero untuk menjadi lebih hebat. Berlatih dengan gigih dan bersungguh-sungguh. Pohon bambu tampak rindang dan hijau, matanya yang tajam dan rambutnya yang lurus dikuncir dengan menenteng pedang tampak begitu gagah berlatih, peluh keringatnya yang menetes membawa semangat dan senantiasa untuk bersungguh-sungguh-sungguh untuk menjadi pendekar pedang yang terbaik.

SRIINGGG....!!!

Daun yang jatuh dari ranting pohon pun langsung ditebas, pendekar pedang ini memang mempunyai insting yang luar biasa. Suara pedang itu menebas daun yang jatuh di depannya. Lantas wajahnya mendongak ke atas, rambutnya yang menjutai lurus tertiup angin membuat wajahnya terlihat lebih tampan.

Daun-daun tampak berguguran, suara kicau burung yang tengah bertengger di atas ranting itu asyik bersiul. Panggil saja Kontero, pendekar pedang yang cukup disegani dan terlihat duduk santai di atas batu. Angin berhembus kencang pagi ini, serta sinar matahari yang terang. Kuntero begitu bersemangat mengelap pedangnya sembari duduk di atas batu besar di bawah pohon yang rindang.

"Latihan pertama, kamu harus menutup mata kamu dengan kain ini" perintah kakeknya

"Kenapa harus ditutup, kek" tanya Kuntero

"Sudah, kamu jangan banyak tanya. Ikuti saja instruksi kakek. Gunakan indra pendegaran kamu" tutur Kakek

"Baiklah, Kek" Kuntero menurut

"Kamu sekarang sudah berhasil menutup satu indra penglihatan kamu, tapi kamu masih punya indra pendengaran, gunakan itu saat berlatih dengan kakek." Kata Kakek.

"Siap, Kek" kata Kuntero

"Ingat, lawan kamu tidak hanya menyerang kamu hanya dari depan, bisa saja lawan kamu datang dan menyerang dari belakang, dari samping, bahkan dari atas kepala kamu sekalipun" kata Kakek

"Iya, Kek. Kun sekarang sudah paham" kata Kuntero

Angin berhembus dengan pelan, Kuntero pun berhasil menutup matanya. Latihan kali ini belum sampai menggunakan apa-apa. Kakek berharap bisa mengikuti tahap demi tahap untuk bisa menjadi pendekar pedang.

"Latihan kali ini, kita masih menggunakan tangan kosong. Kamu bisa menyerang Kakek darimana datangnya" tutur Kakek

Hiiyaatt...!!

"Kamu cukup bersemangat rupanya, Kun" kata Kakek

"Bagaimana seranganku, kek?" Tanya Kuntero

"Kuda-kudamu cukup kuat. Nanti kalau kamu bisa melewati tahap ini kakek akan memberimu pedang" kata Kakek

"Baiklah, Kek" kata Kuntero

***

Kuntero masih belum bisa menyerang kakeknya dalam keadaan mata tertutup. Sedangkan Kekeknya hanya berdiri di depannya tak jauh darinya sembari bersedekap.

KUNTEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang