Chapter 3 Berkuda

76 3 0
                                    

Di sebuah zaman sebelum ada sumbu kompor, dan masih menggunakan kayu bakar untuk cethik geni. Padang rumput yang luas. Di sana, ada kuda milik Kakek yang tengah makan jerami. Di bawah pohon bambu, dekat dengan kastil Kuntero mengelap pedangnya. Kuntero mampu menguasai angin, berkat ajaran Kakeknya Kuntero menjadi pendekar pedang angin. Pedang naga pemberian Kakeknya selalu dielus setiap hari.

Kuntero juga harus belajar menunggang kuda. Hal pertama yakni dirinya harus mengetahui apakah kuda yang ditunggangi apakah jantan atau betina. Kita bisa membedakan kuda dari ringkikannya ketika kita ajak berlari.

"Kun, Kakek mau mengajarkan kamu tentang bagaimana cara menunggangi kuda dengan benar. Ini latihan yang keenam. Semoga kamu bisa menguasai latihan ini" ucap Kakek

"Kenapa harus Kuntero, Kek?" Tanya Kuntero heran

"Lambat laun kamu akan menjadi kesatria. Maka, Kakek akan mengajarkan kamu tentang bagaimana cara berkuda yang baik. Karena Kestria juga akan terlihat gagah kalau sudah di atas kuda tunggangannya" ucap Kakek

Kakek menyiapkan kuda yang ada di kandang, lantas memegang tali kendalinya dengan erat. Kakek melompat ke atas punggung kuda dan kuda pun mulai mengangkat kaki depannya.

"Nah, kira-kira begini cara menunggang kuda dengan benar" ucap Kakek

"Lalu?" Tanya Kuntero

"Kalau kuda yang kamu tunggangi agak sedikit berontak, kamu elus pelan-pelan sampai kuda itu kembali tenang, kemudian kamu ajak jalan menyusuri hutan" kata Kakek

"Kalau begitu, Kuntero mau belajar berkuda Kek!!" Kata Kuntero

Kakek meloncat kembali ke tanah, dengan tangan masih memegang tali kendali kuda dengan benar, lalu memberikan tali tersebut kepada Kuntero.

"Kamu pegang ini, kamu naik ke atas kuda itu ya, Kun" kata Kakek

"Baiklah, Kek!! Aku mau berburu di hutan dengan kuda ini." Kata Kuntero

Kuntero naik ke atas punggung kuda, seperti pegasus tapi kuda ini tidak bersayap. Kakinya kokoh menghentak-hentakan tapal kudanya di tanah. "Tenang, kamu harus beradaptasi dengan kuda kamu, berikan sentuhan sedikit agar kuda kamu menjadi penurut" kata Kakek

"Seperti ini kek? Wah, seru sekali" tutur Kuntero.

"Sekarang kamu ajak berjalan pelan-pelan, kalau sudah terbiasa ajak kudamu berlari. Iya, berlari sekencang mungkin" kata Kakek

***

Pedang naga yang mampu membelah angin, Kuntero berani menunggang kuda dengan gagah berani. Kudanya berlari menyusuri hutan. Kuntero berlatih pedang di atas kuda. Sungguh menyenangkan.

Kuntero mulai terbiasa dengan kuda miliknya, warnanya hitam ada warna putih di keningnya, dan diikat tali dengan kuat agar tidak lepas. Kuntero merasa senang dengan kuda pemberian Kakeknya.

"Kun, mau merawat kuda ini, Kek. Biar Kuntero yang mencarikan rumput di padang ilalang di ujung bukit" kata Kuntero

Kuntero pun mengembalakan kudanya untuk mencari rumput. Lalu, pulang sore hari dengan membawa rumput untuk ditaruh di kandang. Juga hasil berburu di hutan untuk makan malam.

***

Kaisar Kensuke juga terkanal dengan pedangnya. Kaisar tinggal di sebuah kastil yang sangat besar. Kaisar Kensuke memiliki pedang yang sangat kuat. Selain itu, Kensuke juga mempunyai adik perempuan yang bernama Momoku. Momoku terlihat sangat cantik.

Pedang naga yang dimiliki Kuntero mulai terdengar sampai Kastil. Kensuke pun juga berlatih tak kenal lelah. Momoku selalu memberinya semangat agar Kastil tetap terjaga dan tidak ada musuh yang berani menyerang. Kensuke memiliki rambut yang panjang, dan dikuncir. Juga memiliki pedang yang kuat.

Kensuke kerap berlatih dengan sungguh-sungguh. Hingga tiba-tiba Momoku datang dengan gaun kimono dan membawa kipas. "Aku harap, Kastil akan baik-baik saja" ucap Momoku.

"Iya, aku juga mendengar berita ada pendekar pedang naga yang mampu menebas angin dari bukit bambu di seberang sana" kata Kensuke

"Siapa dia. Aku jadi penasaran dengan kehebatan kesatria angin itu?" Ucap Momoku

"Kuntero, iya Kuntero pemilik pedang naga" ucap Kensuke

Momoku menarik kembali kipas dan menyimpannya. Rasa penasaran akan keberadaan Kuntero yang cukup legendaris itu menyita waktu makan siang di kastil. Kensuke juga duduk dengan tidak tenang mendengar berita tentang Kuntero yang mulai terkenal baik dan pandai berburu di hutan bambu.

Kuntero masih di hutan dan berencana kembali pulang. Kakek sudah mengajarkan cara berkuda yang baik. Kuntero membawa hasil buruannya dan menaruhnya di atas api unggun yang sudah disiapkan kakek sajak tadi. Kuntero turun dari kuda dan mengembalikannya di kandang.

"Terima kasih kek. Aku selesai berburu di hutan dan menemukan kijang untuk makan malam kita hari ini" kata Kuntero

Sementara di Kastil, Kensuke juga makan enak bersama Momoku. Jamuan makan di kastil sangat lezat. Ada buah anggur, pisang, juga apel di sana. Kastil yang sangat megah. Kensuke merasa nyaman berada di dalam kastil.

Kuntero menaruh hewan buruannya di atas bara api yang menyala. Kayu bakar yang diambil di hutan dipakai kakek untuk membuat api unggun sekaligus menanak air dan membakar hasil buruan. Kakek senang melihat pertumbuhan Kuntero yang luar biasa. Kakek berharap Kuntero akan menjadi kesatria pedang yang cukup disegani. Hingga nama dan kemampuan bermain pedangnya terdengar sampai di kastil milik Kensuke.

***

TBC

KUNTEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang