Bab 9 Menunggu Matahari

22 0 0
                                    

Ada sesuatu yang melintas di atas Kastil? Apakah gerangan? Benda apa itu? Sungguh. Ada seperti lidah api menjilat, tapi, mirip ekor burung. Panjang sekali.

Min Tai Ce sudah memilih dan memilah beberapa prajurit yang siap untuk dijadikan pasukan berperang. Sebelum matahari terbit seluruh prajurit berbaris menunggu untuk diseleksi.

"Sebenarnya, Kuntero sesuai untuk dijadikan prajurit. Dia memiliki unsur angin dan air, sedangkan Yukimura memiliki unsur api dan tanah. Maka, keduanya tidak akan aku jadikan satu, Kuntero memimpin barisan prajurit warna biru sesuai dengan unsur jiwa yang dimilikinya. Lalu, Yukimura akan memimpin pasukan barisan prajurit warna merah untuk unsur api" kata Min Tai Ce

Di dalam Kastil, Kaisar Zhen Juan berunding membicarakan tentang bahan pangan, bagaimanpun juga gandum harus ada di lumbung, masyarakat harus punya pasokan bahan pangan, karena dengan begitu, raja akan lebih leluasa memilih dan mengambil senjata hasil rampasan perang.

Selain itu, raja juga memikirkan barisan prajurit yang tengah berlatih sebagai pertahanan militer yang disiapkan untuk mengamankan pertahanan kekuasaan kastil Kaisar Zhen Juan. Tiba-tiba, Momoku membawakan segelas air dalam sebuah gelas.

"Tolong ambilkan air panas ya!" Perintah Zhen Juan

Momoku menghadap Zhen Juan, kemudian menjawab "Baik Tuan, akan saya ambilkan"

Selang beberapa menit Momoku datang dengan membawa berisikan air panas, Min Tai Ce di panggil juga untuk menghadap Zhen Juan. "Min Tai Ce, kemarilah, aku ada perlu denganmu!" Kata Kaisar Zhen Juan

"Silakan diminum. Ada teh hijau, silakan diminum sembari kau aku perintahkan untuk menempel lembaran tulisan kanji yang mulai terabaikan. Sebuah gulungan ini, hasil peninggalan Kaisar Kensuke. Aku mau membacanya nanti, jadi tolong kamu bantu saya" kata Kaisar Zhen Juan

***

Min Tai Ce memilih Kuntero untuk maju di barisan paling depan, disusul barisan yang dipimpin Yukimura, mereka berdua menjadi prajurit pilihan. Matahari masih belum menampakkan sinarnya, hingga sebuah terompet, ada Phoenix melintas diantara Kastil, hawa panas terasa di punggung Kuntero. Ekornya sangat panjang, warnanya merah bercampur jingga.

Entah apa tadi yang sekelebat melintas di benak Kuntoro, Min Tai Ce tidak menyadari keberadaan hal aneh yang mendadak datang mendekati Kuntero. Apa tadi yang sebenarnya melihat? Kuntero berlari di belakang kastil. Memastikan bukan meteor jatuh dari langit.

Bahkan, Yukimura yang memiliki unsur api saja tak mampu mendeteksi apakah gerangan? Warna merah menyala melintas begitu saja dibelakang kastil. Hujan salju pun masih lama tak kunjung datang. Mana mungkin ada satelit pengintai atau alien. Ini kan Jaman Dinasti Zhen Juan.

Apa mungkin, ada penyusup yang hendak menyerang dengan busur api yang nanti bakal membakar kastil dengan lidah apinya?

"Benda apa tadi? Melintas begitu saja. Aku harus mencari tahu apa yang sedang terjadi" gumam Kuntero yang tidak menginginkan ada percikan api, atau lidah api dari langit yang menyambar parit yang nantinya akan membahayakan kastil.

"Oh, tidak. Rupanya burung Phoenix pemberian kakek Nobunaga datang menghampiriku. Pantas saja warnanya mengkilap seperti lidah api. Aku pikir tadi petir menyambar" kata Kuntero

Burung Phoenix memang memiliki ekor api yang sangat panjang. Kuntero takjub melihatnya. Kenapa Kakek Nobunaga membiarkan burung ini terbang kemari? Apa ada sesuatu yang bakal terjadi di kastil ini. Sebaiknya, Kuntero harus mencari tahu. Apa mungkin benar ini burung Phoenix yang bisa berubah dan berbicara layaknya manusia.

Brusss....

Ekor lidah api itu berubah menjadi sosok wanita yang akan membantu Kuntero saat berperang. Rupanya, burung Phoenix ini memiliki unsur api. Kakek Nobunaga kenapa tidak memberi tahu sebelumnya. 

"Kun, Baiknya kamu berlatih menggunakan unsur api. Kamu harus menggunakan kekuatan dalam tubuhmu lebih maksimal"

Brusss...Zrapp...Brusss...

Burung Phoenix itu mendadak pergi meninggalkan Kuntero. "Tunggu. Kenapa? Kenapa?" Sergah Kuntero heran

Yukimura datang menghampiri, dirinya berjanji akan membantu sekuat tenaga. Sebenarnya Iyeasu itu memliki unsur es, lihat saja wajahnya selalu dingin. Wajahnya tampak merem. "Iyeasu memliki unsur es, dirinya akan aku perintahkan untuk menjadi prajurit memimpin warna hijau" kata Min Tai Ce

***


"Tadakatsu memiliki unsur tanah, dirinya aku perintahkan untuk prajurit warna coklat sesuai dengan kemampuannya" kata Min Tai Ce

Hingga matahari menjelang tepat di atas kepala. Min Tai Ce berdiri. Di tengah kerumunan para prajurit, terik panas membakar, menyengat kulit. Ada Momoku mengamati barisan prajurit.

"Baiklah, kalian di tengah matahari yang terik ini silakan berlatih. Kuntero dengan unsur air, Yukimira dengan unsur  api, Iyeasu dengan unsur es, dan Tadakatsu dengan unsur tanah. Masing-masing kalian punya skill masing-masing" kata Min Tai Ce

"Terimakasih telah telah bergabung, dan  kalian akan menjadi prajurit di sini!!" Kata Min Tai Ce setelah selesai menyeleksi para prajurit.

"Kalian di sini, di tengah terik matahari dikumpulkan agar kalian terpilih menjadi prajurit yang hebat untuk membantu pertahanan kastil Kaisar Zhen Juan" tegas Min Tai Ce

"Apabila kalian sakit, ada tabib yang akan mengobati kalian. Jadi, pastikan diri kalian tetap sehat" sambung Min Tai Ce

Suasana gembira, gemuruh, serta antusias para prajurit sungguh luar biasa. Mereka dipilih dan dipilah dari yang terbaik sesuai seleksi alam. Ketahanan tubuh, serta kekuatan mental menjadi prajurit memang diperlukan.

***

Burung itu kembali, dengan ekor api miliknya. Burung Phonix kesayangan kakek Nobunaga itu melintas di atas kastil. Kenapa? Burung sebagus itu bisa melintas di atas kastil, sungguh indah warnanya. Menyala seperti api.

"Kuntero, kamu memiliki sahabat Yukimura. Dirinya akan membantumu, maka dekati dia. Tapi, kamu harus berhati-hati dengan unsur api miliknya" kata Burung Phonix itu

Burung Phonix itu bernama Lien, seorang permaisuri raja yang kemudian berubah menjelma sebagai burung. Memiliki ekor api yang panjang. Kemudian burung itu, melintas pergi begitu saja. Maka, Kuntero pergi dengan membawa pedang naga miliknya.

Pedang naga ini memang sempat menjadi rebutan antara Kuntero dengan Yukimura di lembah naga. Tapi, apa mungkin Yukimura menginginkan pedang ini.

"Tunggu, bukankah Yukimura sudah memiliki tombak yang kuat...? Dan memiliki skill yang luar biasa?" Kata Kuntero

Lien pergi mendekati Kuntero, "Kakek Nobunaga yang menyuruhku pergi ke sini. Hanya untuk mengawasi dan membantumu sebagai prajurit. Tapi, aku tidak bisa terus seperti ini. Namaku Lien, panggil saja Lien. Aku adalah permaisuri raja yang berubah menjadi burung Phoenix" kata Lien

"Kamu terlihat cantik sekali, Lien. kenapa kamu bisa kemari?" Kata Kuntero

"Aku disuruh kakek Nobunaga membatumu. Nanti aku akan kembali seperti sosok wujudku yang semula, yakni burung phonix" kata Lien.

Bruss...

Lien pun berubah menjadi burung Phoenix dan terbang menghilang dari kastil. Kaisar Zhen Juan tidak menyadari keberadaan burung Phoenix yang melintas di kastil.

***

TBC

KUNTEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang