Chapter 6 Musim Panas

20 0 0
                                    

Berbicara tentang senjata, Kuntero  sudah punya banyak sekali teknik bermain pedang, selain itu dirinya juga piawai menggunakan shuriken dengan tepat sasaran. Untuk menjadi shinobi hal pertama yang harus dimiliki yakni kelincahan, juga ketangkasan, dan ditunjang otot-otot yang kuat.

Musim kemarau ini, di tengah hutan bambu, tepatnya malam hari, ada sorot rembulan yang menyinari, juga kepak kelelawar, serta bara api unggun yang menghangatkan, tak lupa juga ikan bakar hasil tangkapan di sungai.

Malam yang sangat indah, dimana bulan sabit terlihat sangat malu-malu menampakkan senyumannya. Awan terlihat menggantung di ujung dedaunan. Asap mengebul hasil pembakaran ikan yang sengaja diletakkan Kuntero di atas bara api unggun.

Kakek tampak begitu lelap tertidur mendengkur, berselimut, hingga Kuntero tak berani membangunkanya. Ada lolongan serigala yang terdengar memekik telinga, juga suara cicitan burung hantu yang bikin bulu kuduk serasa meremang.

Kuntero duduk di dekat bara api yang menyala, usai pergi ke Kastil dan bertemu dengan Kaisar Kensuke, dirinya berniat untuk menemukan kekasih, hatinya serasa ada yang memanggil. Malam begitu larut hingga tak sadar ikan yang dibakarnya sudah matang, dan Kuntero mencoba untuk membangunkan kakeknya, "Kek, bangunlah. Kakek tidak makan? Aku baru saja membakar ikan. Mungkin kakek sudah lapar" ucap Kuntero pelan.

"Oh, kamu, Kun. Aku pikir siapa. Sebentar lagi kakek juga akan makan" kata kakek

Ikan bakar yang diasap, Kakek menikmatinya dengan sumpit dan nasi yang baru dinanak menggunakan  kayu bakar. "Nanti kakek aku pijiti kalau sudah selesai makan" kata Kuntero

Sedangkan Kakek hanya diam, kakek menyembunyikan senyumannya, dan masih menikmati hasil ikan bakar tangkapan Kuntero malam ini. Menjadi tua dan orang paling disegani di desa memang sangat luar biasa. "Kamu mau berlatih lagi malam ini? Kamu mau aku ajari teknik menghilang?" Tutur Kakek

"Baik, Kek. Kuntero mau kakek ajari cara menghilang" kata Kuntero

***

"Ada kukiya, ada samurai, ada shuriken. Mana yang kamu pilih?" tanya Kakek

Kuntero hanya melihat, mengamati benda-benda yang bisa dipakai senjata untuk bertempur. Kuntero berkeringat, tampak cucuran air mengalir dari dahi, dan keningnya. Belum apa-apa sudah dikasi latihan seperti ini, rasanya ah mantap..

"Sebentar kek, biar Kuntero lihat-lihat dulu" ucap Kuntero ragu

"Kamu pilih satu, senjata mana yang mau kamu pakai bertempur?" Tanya kakek

"Aku mau pakai samurai saja kek" kata Kuntero

Ujian untuk menjadi seorang shinobi yang tangguh, kuat, juga ulet, juga harus diimbangi dengan sikap yang jujur, bertanggung jawab, dan mampu bertahan dan survive di tengah hutan bambu seperti ini. Kuntero mengangkat pedang samurai di depannya.

Kakek hanya menggunakan sebilah bambu, tapi ada sebuah benda yang disembunyikan kakek, terikat seperti bubuk kopi yang dibungkus dengan kain goni, ah entahlah, benda apa itu yang penting bisa berlatih dengan kakek malam ini. Rembulan masih terlihat sinarnya begitu terang.

Hiiiyaat....

Kuntero mencoba untuk menyerang kakek, dan Kakek berhasil menghindar, di saat terjepit, kakek selalu bisa menghindar, seperti membelah angin. Kuntero kembali membuat kuda-kuda yang kuat. Dengan pedang samurai Kuntero berlatih dengan gigih, dan serangannya hanya bisa dihadang dengan sebilah bambu milik kakek.

KUNTEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang