PART 4 (MAAF LO KENA IMBASNYA)

144 21 3
                                    

-Tugas kita hanya mengerti dan membantu dia untuk bisa keluar dari ruangan yang sesak-

selamat membaca...

Semenjak kejadian arin yang tak mau lagi bertemu Farhan, di kelas mereka hanya duduk dan tak mengeluarkan suara walaupun itu hanya sebuah huruf. Mereka diam dengan fikiran mereka masiing-masing.

Farhan POV

"Apa kesalahan numpahin air di tugasnya dan nabrak dia itu sangat besar? Sampai-sampai gue bisa ubah dia dari yang cerewet jadi pendiam gini?"

"Ohh ya tuhannn" (farhan sambil mengusap wajahnya)

"Gue nggak bisa di diemin kayak gini, mending gue dimarahin sama dia hingga malam daripada dicuekin gini" *batin Farhan

"Gue emang aneh, harusnya gue senang dicuekin sama si jutek dibanding harus dimarahin mulu setiap hari tapi dengar marah-marahnya itu udah jadi kebiasan gue entah sejak kapan. Bagi gue marah-marahnya itu bukan karena dia benci sama gue tapi lebih mengarah dia sedang punya masalah dan dia lampisin ke gue. Kalau ingat gitu gue serasa mau marah balik ke dia dan bilang gue salah apa si sama lo? Tapi gue sadar bukan waktu yang tepat untuk bilang gitu karena sekarang dia sedang butuh seseorang untuk menemaninya menyelesaikan masalahnya. "

Arin POV

"Tumben banget nggak nyari masalah tuh anak, Apa dia benar-benar lakuin yang gue suruh sama dia?"

"Apa gue salah udah bilang gitu sama dia?"

"Apa dia marah udah gue bentak? Tapi setiap hari juga gue bentak dia"

''Apaa.......dia benci gue?"

Itulah beberapa dari sekian pertanyaan yang ada di otak Arin yang tak bisa dikeluarkan melalui mulutnya sendiri

Bel sekolah berbunyi menandakan waktu untuk pulang kerumah

Ruang osis

"Jadi gimana mos hari ini, berjalan lancar?" *dirga bertanya sebagai ketua osis

"Lancar kok, anak kelas 10 nggak ada yang buat masalah" *jawab anggota osis

"Jadi besok gue ada acara di SMA 3 dan gue nggak bisa urus acara mos besok, arin lo siapkan gantiin gue untuk besok ngurus acara mos?" * ucap dirga menengok arin

Arin hanya diam dan menghayal entah apa yang sedang ada difikirannya mungkin dia masih memikirkan apa farhan akan mendiamkannya selamanya

"Hello, rin.. Arinn.. lo ngapain sih?" *dirga sambil melambaik tangan di depan wajah arin

"Eh apa-apa? Maaf gue nggak fokus, nggak enak badang soalnya" *bohong arin

"Lo nggak enak badan? Jadi gimana untuk besok, gue besok ada undangan ke SMA 3. Apa lo bisa gantiin gue urus acara mos besok?" *dirga kembali bertanya

"Oh bisa kok, palingan badan gue besok udah fit kembali"

Acara rapat pun selesai dan sekarang udah jam 4, semua pengurus OSIS udah pulang tapi tidak untuk Arin. Sebelum pulang arin terlebih dahulu ke perpustakaan untuk meminjam buku untuk menambah wawasan dia

Hingga di depan gerbang dia dapat telfon dari mamanya

Mama : "Rin, maaf yah nak nggak bisa jemput soalnya ada acara meeting yang mendadak"

"Oiya ma, nggak apa-apa. Nanti arin bisa pulang naik ojek'

Mama : "oiya, kamu hati-hati yah"

''Iya ma, mama juga hati-hati"

Baru saja arin ingin pergi cari ojek, tiba-tiba ada sebuah motor menghalangi jalannya

"Lo naik cepat!" *farhan sambil membuka kaca helmnya

"Eh ngapain lo disini?"

Tak disangka sudut bibir farhan terangkat sedikit, dia cukup senang mendengar kalimat ngapain lo disini, kalimat yang paling sering diucapkan oleh Arin ketika ketemu

"Lo mau pulang nggak? Sekarang udah sore udah jarang ada ojek" *farhan

"Jarang belum tentu udah nggak ada" *Arin sambil membuang wajahnya

Arin cukup senang ternyata farhan nggak marah sama dia, hampir setengah hari dia memikirkan pertanyaan yang sekarang udah ada jawabannya. Farhan nggak marah sama gue

'Ya udah, kalau nggak mau naik" *farhan sambil menyalakan motornya

"Eh, kok gitu?"

"Yaudah cepat naik, lama banget lo kayak siput" *farhan sambil menahan senyumnya\

Di jalan mereka hanya diam tak ada yang bersuara, hingga farhan memberhentikan motornya didepan sebuh taman

"Kok berhenti? :"

"Turun aja dulu, ada yang gue mau selesain sama lo"*farhan sambil membantu arin untuk turun dari motor

"Apaan? Gue capek banget hari ini, bawa gue pulang lo harus tanggung jawab"

"Cerewet banget sih lo, ayo jalan kalau mau cepat pulang" *farhan

Sekarang mereka sudah duduk di sebuah kursi yang ada di taman. Hening kembali tercipta tak ada satupun dari mereka yang berani bersuara hingga..

"Lo mau ngomong apa?"

"Gue nggak tau mau mulai dari mana"*farhan yang masih setia menatap rumput yang ada didepannya

"Kalau lo nggak tau, ayo pulang" * arin berdiri tetapi tiba-tiba tangannya ditahan oleh farhan sehingga dia duduk kembali

"Lo nggak ingat taman ini?" *Tanya Farhan kea rah arin

"Gue ingat dan gue kangen sama semuanya tapi gue takut" *batin arin

Farhan merubah duduknya mengarah ke arin dan berkata . 'Kita sering ke taman ini, entah itu untuk duduk-duduk aja ataupun cerita sampai sore hingga berantem pun disini kita pernah. Banyak banget yang kita lakuin dulu sampai lo berubah dari yang suka senyum ke semua orang hingga sekarang lo udah senyum hanya ke orang-orang tertentu dan gue bukan orang-orang tertentu itu. "

"Apa gue punya salah sama lo hingga gue yang awalnya dapat senyum lo setiap pagi tapi sekarang muka jutek lo yang gue dapat" *farhan sambil tersenyum miring

Arin hanya diam mendengar semua itu, jujur ini melelahkan jika dipikir oleh Arin. Arin juga bingung dengan pola pikirnya yang masih kekanak-kanakan.

"Gue juga nggak tau kenapa gue bisa sejutek sama lo sekarang, nggak tau kalau lihat lo bawannya gue mau marah-marah sama lo padahal gue nggak PMS sama sekali"*canda arin

Melihat itu, hati farhan terasa hangat entah sejak kapan terakhir dia melihat senyum arin dan sekarang dia bisa melihatnya kembali walapun hanya beberapa detik

"Lo punya masalah?"*Tanya farhan

Seketika muka arin kaget mendengar itu, dan farhan bisa menebak bahwa yang dipikirakan kemarin itu benar kalau arin ada masalah entah masalah apa itu

''Lo nggak mau cerita, siapa tau gue bisa bantu"*Tanya farhan kembali

"Ngapain lo bantu gue, emang lo siapa gue?" *arin dengan muka juteknya kembali

"Ya allah, berikan hamba kesabaran baru aja tadi senyum sekarang udah kembali jutek" *batin farhan

"Kalau lo nggak tau apa-apa lo diam, mau itu gue punya masalah atau nggak bukan urusan lo"

''Oke, kalau lo belum siap untuk cerita tapi lo harus ingat selalu gue masih farhan yang dulu yang siap untuk dengar cerita lo" *farhan sambil tersenyum

Setiap orang punya hak untuk mau bercerita atau tidak, jika awalnya dia bercerita denganmu tetapi suatu ketika dia nggak mau lagi berarti dia nggak percaya lagi sama lo entah itu karena salah lo ataupun salah dari orang lain tapi lo kena imbasnya

Hidup memang aneh, ada yang pernah mengatakan bukan gue yang salah kok gue yang kenah? Tetapi setiap orang berhak mengutarakan perasannya kepada setiap orang entah itu benci ataupun suka, bisa jadi ketika dia membenci orang lain dan memarahimu berarti dia sudah tak sanggup lagi memendam amarah yang ada di dalam, jadi lo sebagai orang terdekat malah kenah imbasnya. Tak ada yang bisa disalahkan tetapi kita juga harus mengerti yang dirasakan orang tersebut dan mencoba menariknya dari ruangan yang penuh sesak.

Good Looking or Good AttitudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang