Hancur

544 39 0
                                    

Tiga hari berlalu, dokter mengizinkanku untuk pulang. Rey membantuku berkemas. Setelah semuanya dirasa selesai, kami melangkah pergi melewati koridor rumah sakit.

Langkahku tertahan saat melewati ruangan bayi. Kuperhatikan dengan nanar bayi-bayi dari balik kaca. Menyentuh kaca dengan lembut seakan sedang membelai wajah yang lucu dan imut itu. Ah, aku jadi teringat kembali dengan anak kami yang kini sudah tiada.

Rey menepuk pundakku. "Aya, ayo kita pulang!"

Lamunanku sontak buyar. "I-iya," jawabku terbata-bata.

"Aku tau kau masih mengingatnya. Tidak hanya kau yang sedih, aku pun sama. Kita hanya harus belajar ikhlas, Aya. Semua yang terjadi pasti adalah yang terbaik."

🥀🥀🥀

Sepulang dari rumah sakit aku menghabiskan hari-hariku seperti biasa. Menjadi ibu rumah tangga yang menghabiskan waktu dengan mengurus rumah, dan taman kesayangan yang berada di bagian belakang rumah.

Walau samar, tapi aku dapat mendengar seperti ada suara deru mobil dari luar. Tak ambil tempo, aku melangkah cepat ke arah teras. Setelah pintu terbuka, dapat kulihat sebuah mobil berwarna silver masuk ke pekarangan rumah.

Aku kenal mobil itu adalah milik keluarga Ayah. Tidak biasanya Ayah datang saat siang seperti ini, dan sebelumnya dia tidak ada mengirimkan pesan, bahwa akan kemari.

Setelah sampai di depan teras, mobil itu berhenti. Turun seseorang dari pintu belakang. Ah, ternyata Adelia dan Tante Rini. Melihat wajah mereka, terlebih Adelia seperti menaburkan garam pada luka yang sedang dialami.

"Assalamualaikum," Tante Rini mengucap salam, suaranya kali ini terdengar lebih lembut dari biasanya.

"Waalaikumussalam. Masuklah!" ajakku.
"Ada keperluan apa kalian datang kemari?" tanyaku usai meletakkan dua gelas berisi teh hangat di atas meja ruang tamu.

"Sebenarnya, kami kemari karena ingin-,"

"Biar Adel yang bicara, Bu," tukas Adel. Dia mulai mengambil napas panjang, lalu berkata, "Kak Aya, Adel benar-benar minta maaf atas kejadian seminggu yang lalu. Adel tidak menyangka, bahwa kejadian itu ternyata sampai membuat Kak Aya keguguran. Adel ingin sekali menemui Kakak dan meminta maaf saat di rumah sakit, tapi ketika itu aku sangat takut." Pelupuk matanya terlihat mengembun, mungkin sebentar lagi air mata akan menerobos pertahanannya.

"Aya, saya mohon padamu untuk memaafkan Adel! Dia sudah mengakui semua kesalahannya," tambah Tante Rini dengan menangakup kedua tangan di depan wajah.

Aku mengangguk. "Aku sudah memaafkanmu, Dek."

"Benarkah?" Mata wanita yang memiliki selisih umur enam tahun denganku itu tampak berbinar. Aku mengangguk lagi sebagai jawaban.

Aku tahu, setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Sang Pemilik. Kalau aku marah kepadanya berarti aku juga marah terhadap Tuhan. Sungguh, aku tidak bisa melakukan itu.

"Pada momen ini, saya juga ingin meminta maaf padamu, Aya. Selama bertahun-tahun hubungan kita selalu kurang baik. Saya tahu kamu begitu marah, karena kehadiran saya dalam hubungan kedua orangtuamu. Namun, bukankah itu masa lalu. Bagaimana kalau kita mulai lagi semuanya dari awal? Kita bangun lagi sebuah keluarga yang benar-benar harmonis. Saya ingin keluarga kita tidak lagi dalam keadaan seperti ini, bercerai berai."

"Jujur saja, sebenarnya sampai saat ini rasa sakit hati yang Aya rasakan masih melekat. Namun benar juga kata Tante, kita adalah keluarga, rasanya tak pantas untuk selalu dalam keadaan seperti ini."

"Saya tau kamu orang yang baik."

🥀🥀🥀

"Sudah aku duga kau akan ada di sini. Apa kau melakukannya lagi?" tanya Rey yang datang tiba-tiba.

Dalam DekapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang