"Lo tau gak? Kemaren gue liat si Deryl jalan sama Darren di supermarket!"
"Serius lo? Dimana?"
"Deket apartemen gitu."
"Setau gue Darren tinggal diapartemen, itu cewek gak tau malu ngikutin Darren sampe kesana? Gila anjir! Psikopat!"
Brak!
Deryl menendang pintu bilik toilet yang ia datangi tadi, gadis itu sedari tadi mendengar pembicaraan dua perempuan itu dari dalam bilik toilet.
"Yang gak tau malu siapa?"
Deryl mencengkram dagu gadis yang tadi mengatainya tidak tahu malu. "Kasih tau gue dong biar tau malu itu gimana Gladys? Gue kayaknya gak pernah kenal sama yang namanya malu ya bagi lo?"
Gladys terlihat gemetaran, sementara temannya itu berangsut mundur meninggalkan toilet. "JAWAB!"
"Ma-maaf, Ryl. G-gue gak maksud."
"GAK MAKSUD GIMANA MAKSUD LO? HAH? Anjing ya, dari dulu lo gak pernah berubah. Berkali-kali gue maafin tetep aja lo julid dibelakang gue. SEKARANG NGOMONG DIDEPAN GUE SINI, ANJING! DEPAN MUKA GUE!"
"Ryl udah," tiba-tiba Reynand datang dan langsung melerai mereka. Deryl menatap Reynand dengan tajam. "Dia ngatain gue gak tau malu, enaknya mukanya gue bikin empuk sebelah mana, Rey?"
"Jangan," Reynand dengan paksa melepas cengkraman Deryl dari Gladys. Sementra di luar toilet sudah ramai karena mendengar teriakan Deryl yang sangat kencang.
"Lo bela dia, Rey?" Deryl menatap Reynand semakin tajam. "Lo belain anjing ini?"
"Gak Li. Jangan gegabah, ayo cabut. Gak usah ladenin hama begini."
"Hm, lo betul." Deryl lalu menarik rambut kepala Gladys, perempuan itu berteriak kesakitan sementara Reynand semakin panik. "Denger? Gue gak pantes ngeladenin hama. Kalo lo iri sama hidup gue, sebaiknya lo rasain gimana hancurnya gue."
Deryl berbisik ke arah Gladys lalu melepaskan gadis itu. Reynand menggiring Deryl untuk keluar dari toilet lalu menatap tajam mereka yang masih berkumpul di depan toilet. "NGAPAIN LIAT-LIAT? CABUT GAK?" teriakan Reynand begitu kencang membuat siswa siswi yang berkumpul disana perlahan bubar.
Masih dengan napas terengah, Deryl berpegangan dengan tangan Reynand sembari berjalan. Namun saat melihat ke arah tembok depan Lab Kimia, ia melihat Darren sedang bersandar di tembok memakai jas Labnya dan kini pandangannya tertuju ke arah Deryl.
Pandangan datar itu... Deryl membutuhkannya.
Segera saja, gadis itu melepaskan diri dari Reynand lalu berjalan menuju Darren dan menarik lengan lelaki itu, membawanya ke arah belakang sekolah.
Darren yang ditarik ingin protes namun merasakan cengkraman begitu keras membuat lelaki itu urung untuk melakukannya.
Saat sampai dibelakang sekolah, Deryl melepaskan tangannya dari Darren lalu membawa dirinya untuk berhadapan dengan Darren.
"Sebentar ya?" lirih Deryl.
"Hm?" Deryl hampir saja tak sadar mendengar gumaman lembut dari Darren. Gadis itu mendekat lalu menyandarkan kepalanya di dada Darren.
Mendengar isak tangis membuat Darren menengadahkan wajahnya sambil menatap langit siang disekolahnya yang cerah.
Deryl beranjak lebih dekat lalu melingkarkan tangannya di tubuh Darren yang hangat. Napas Deryl tersendat, "Mereka bilang hiks, gue itu gak tau malu. Gue bisa deket-deket lo karena gue gak punya rasa malu, Dar. Mereka gak pernah rasain rasanya di posisi gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With You (On Hold)
Teen FictionDimata orang dia galak, judes, pemarah, nakutin. Tapi dimata Darren, Deryl adalah cewek aneh, bodoh, dan gak tahu malu. Darren, adalah lelaki cuek, pendiam, sedikit anti sosial tapi sangat pintar. Apa saja bisa ia lalui dengan mudah. Semenjak menge...