Part 12. Pertunangan

165 38 5
                                    

Reynand dan Deryl berjalan bersisihan menuju salah satu ruang inap di rumah sakit. Reynand sengaja tak mau menanyakan atau membahas perihal Deryl yang menangis di motor tadi.

Saat sampai, Reynand membuka pintu ruang inap tersebut dan langsung disambut oleh Mama Papa Deryl, Mama tiri Reynand dan tentunya Papa Reynand yang sedang terbaring di brankar rumah sakit dan kini sedang disuapi oleh istrinya.

"Assalamualaikum," Ujar Reynand masuk dan langsung menyalami Mama dan Papa Deryl. "Ada Om sama Tante?"

Rilly -Mama Deryl- mengangguk. "Ada yang mau kami bicarakan.

Sedangkan Deryl yang sedari tadi diam kini duduk di sofa setelah menyalami Papa, Mama, Papa Reynand dan Mama tiri Reynand. Gadis itu terlihat lesu.

"Ada apa emang?" Reynand bertanya seraya ikut mendudukkan tubuhnya disebelah Deryl.

"Begini," Papa Deryl menjeda, "Kita semua tau kalo kalian itu sangat dekat, bahkan kalian sudah berteman sejak lama."

"So?" Deryl bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Kami mau meminta kalian untuk bertunangan." Kini suara Papa Reynand yang terdengar, agak lemah. "Kami mau ada yang menjaga Deryl dan kalian bisa tinggal berdekatan. Tidak satu rumah tapi."

"Kalian gila ya?" Deryl kini menatap semua orang disitu dengan alis bertaut kesal. "Lo berdua setiap hari kerjaannya berantem terus, sekarang mau pisah dan lo dengan enaknya kasih gue ke Reynand. Wtf! Mau gue tunangan atau nggak sama Reynand dia bakal jaga gue tanpa lo semua minta! Gue bukan boneka kalian!"

Plak!

"Derylia!! Siapa yang mengajari kamu bicara tidak sopan sama orang tua? Siapa, hah?"

Deryl berdecih seraya memainkan lidahnya di pipi bagian dalam. "Kelakuan gue dari dulu kan gak pernah kalian peduliin! Kemana lo saat gue sedih, sakit, bingung, hah? Sebagai Ayah harusnya lo jadi pelindung anak perempuannya bukan anak perempuan lain! Lo pikir gue gak sakit hati liat Ayah kandung gue yang harusnya sayang dan beri perhatian buat gue malah dia kasih ke orang lain?! APALAGI ITU SAHABAT GUE SENDIRI!"

"CUKUP!" Rilly membentak dengan mata berkaca-kaca. "Kita selesaikan di rumah."

Deryl terkekeh. "Kita semua memang udah selesai sampai disini. Oh ya, kalo kalian mau minta gue tunangan sama Reynand, kalian harus siap kehilangan gue. Artinya? Gue tunangan tapi setelah itu bukan lagi anak lo berdua. Permisi."

Deryl keluar dari ruangan itu dengan perasaan sesak dan amarah memuncak. Tak sengaja ada yang menyenggol tubuhnya di koridor rumah sakit, gadis itu langsung memakinya. "Eh tolol! Udah sakit diem aja di kamar gak usah gentayangan terus nabrak orang! Nyusahin lo!"

Beberapa orang melihat kearahnya dengan aneh dan Deryl langsung mendengkus lalu berjalan keluar dari rumah sakit dengan terburu-buru.

***

"Reynand...," Reynand yang masih belum mencerna apa yang terjadi menoleh ke arah Papanya yang sedang terbaring lemah di brankar. Mama tirinya serta kedua orangtua Deryl sudah pamitan dan berpesan kepada Reynand agar memikirkan keputusannya.

Ragu-ragu Reynand berjalan menuju kursi sebelah brankar. Melihat Papanya tersenyum hati Reynand seperti tercubit dan matanya berkaca, karena Papanya baru melempar senyum padanya kali ini. "Pa," suara Reynand agak parau.

"Nak, maafin Papa udah selalu kasar sama kamu."

Reynand masih terdiam memandang wajah tua lelah Papanya. "Papa tau Papa salah, Papa pantes dikasih sakit sama Tuhan biar Papa sadar kalo Papa selalu jahat sama kamu. Tapi jujur, Papa sayang banget sama kamu, nak. Ego Papa yang terlalu menguasai karena setiap lihat wajahmu seperti mengingat Mama kamu. Itu bikin Papa sakit."

Reynand meneteskan air matanya lalu menggeleng. "Gak apa-apa, Pa. Reynand ikhlas."

"Papa udah tua, nak. Perusahaan kalau bukan kamu yang pegang Papa gak bisa percayain sama siapa-siapa lagi. Dan Papa butuh pertunangan kamu dengan Deryl untuk memenuhi perjanjian yang ditawarkan Papa Deryl."

"Tapi Pa—"

"Papa tau kamu sayang Deryl. Dari perhatian kamu untuk anak itu semua terlihat, nak. Tapi Papa tidak mau memaksakan kehendak jika kamu tidak mau sama Deryl. Keputusan ada di tangan kamu."

"Papa percaya kamu, Rey."

***

dua hari gaketemu wkwkwkk

jgn lupa share dan komen yaaaa, lov u

Stuck With You (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang