Part 8. Home

181 39 1
                                    

"Puas?!"

Reynand berkacak pinggang di depan pintu apartemen Darren. Sedangkan Darren yang sedari tadi melipat tangan di depan dada kini menggedikkan bahu lalu berjalan memasuki apartemennya.

Reynand menghela napas, "Gue kesebelah dulu."

Baru saja Reynand akan melangkah, Darren menahan lengannya. "Ngapain?"

"Ya jagain calon bini gue lah. Lo pikir ngapain gue nginep disini? Lo pikir gue gak punya rumah?"

Darren tampak berpikir sebentar lalu buru-buru melepaskan cekalan tangannya lalu berdeham. "Kalo gitu cabut dari apartemen gue."

"Lah?" Reynand hampir saja tertawa. "Yaudah bagus, bagus banget malah. Gue bisa nginep di Lia aja kalo gitu."

"Lia?"

"Derylia."

Darren mengangguk lalu setelahnya menggeleng, masih dengan wajah datarnya. "Disini atau pulang."

"Lo siapa ngatur-ngatur bos?" Habis sudah kesabaran Reynand, kini lelaki itu berjalan dari pintu yang masih terbuka untuk mendekati Darren. "Ada masalah apa lo?"

Tak sadar, Reynand malah berdesis di depan wajah Darren sembari mencengkram kerah baju lelaki itu. Darren sendiri hanya menanggapinya dengan raut wajah datar dan sikap santai.

"Jawab!"

"Gak baik perempuan dan lelaki tinggal serumah, apalagi mereka belum sah. Ngerti?" Darren menyahut santai, sementara Reynand memasang wajah kesalnya.

"E-eh! Lo apain laki gue?!"

Tangan seorang gadis tiba-tiba melepas secara paksa cengkraman Reynand dari Darren, terlihat Deryl yang kini masih memakai pakaian tadi namun terlihat lebih rapih dengan sepatu sneakersnya dan sligbagnya.

"Dia apaansih?" Reynand menatap Deryl dengan wajah protes. "Sok kenal segala pake nyuruh gue nginep di tempat dia. Sok asik banget anjing!"

"Elu sok asik goblok!" Deryl menatap Reynand sinis. "Pake nganjing-anjingin laki gue lagi lu. Bacot banget."

Reynand menghela napas, mengalah. "Jadi gak?"

"Jadi lah!" Deryl kini menatap Darren yang sedari tadi menatap tak minat pada mereka berdua. "Gue pergi dulu ya! Baik-baik jaga rumah!"

Darren menaikkan alis lalu menghela napa sembari menatap punggung Deryl dan Reynand yang ditelan tikungan.

Akhirnya, ia bebas dari dua makhluk absurd itu.

***

"Gue tunggu sini aja lah ya?"

Deryl turun dari motor sport milik Reynand dan menatap temannya yang kini sedang melepaskan helm. "Emang lo mau masuk?"

"Ada nyokap bokap lo gak?"

"Gak tau," Reynand menggedikkan bahu. "Gue aja baru balik, bego! Bokap paling jam segini masih di kantor, kalo orang itu gak tau."

"Yee, biasa aja!" Deryl mencibir. "Tapi boleh deh daripada gue diculik kalo disini."

Reynand mendengkus. "Labil."

Mereka berdua lalu masuk ke dalam rumah besar dengan cat putih itu. Saat masuk, mereka berdua disambut oleh pelayan yang langsung menunduk hormat pada mereka— lebih tepatnya pada Reynand.

Stuck With You (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang