Part 10. Jaket

161 37 1
                                    

"LIAAAAA DIMANA BAJU PUTIH GUE?"

Deryl dengan tubuh sudah memakai seragam, rambut basah dan sedang ia usap dengan handuk Deryl berjalan keluar kamar untuk menghampiri suara yang memanggil namanya.

Sesampainya diruang tamu, ia melihat Reynand yang sedang memakai celana boxer putih biru dan kaos polos hitam sedang berkacak pinggang.

Deryl memandang lelaki itu sinis. "Ya di tempat Darren lah, kenapa lo nanyanya kesini bego!"

"Cariin!"

"Ogah," Deryl melengos ke kamarnya. "Cari aje sendiri lu punya kaki punya tangan buat apa."

Terasa jika Reynand mengikutinya dari belakang. "Cariin kek, gue kan gak tau lo kemaren naronya dimana."

Deryl yang sedang menyisir pun menatap Reynand yang kini bersandar di pintu kamar. Menghela napas, gadis itu berdiri lalu beranjak.

Bugh.

Saat melewati Reynand, gadis itu menendang tulang keringnya sampai lelaki itu jatuh terduduk dengan kedua lutut menyentuh lantai. "Potong aja kalo gak butuh itu tangan sama kaki, gak guna!"

Berjalan menuju unit Darren, Deryl cuek saja saat sang pemilik unit yang sedang memakan roti selai miliknya diruang tamu menatapnya. "Ngapain?"

"Cari seragam Rey."

Deryl melangkah memasuki kamar tamu lalu dibelakangnya Darren mendengkus saat tak lama menatap Reynand yang mengikuti gadis itu. Tapi sebelum Reynand memasuki kamar, Deryl sudah melempar seragam lelaki itu dari dalam lalu tak lama muncul sosoknya.

"Ada di atas tas ya! Lain kali gue pukulin kepala lo ke tembok kalo sampe gak jelas kayak gini!"

Menatap Deryl yang keluar dari unit apartemen Darren sambil membanting pintu, dua lelaki itu saling berpandangan.

"Dia kenapa?"

Sedangkan Darren hanya mengangkat bahu tak peduli lalu lanjut memakan sarapannya.

***

"Gak! Lo berangkat sama gue!"

"Gue mau sama Darren, anjing!" desis Deryl disebelah Reynand yang sedang berjalan menuju basement, sedangkan Darren berjalan sendiri dihadapan mereka dengan tenang.

"Lo harus sama gue, Lia!"

"Rey," tatapan Deryl kali ini memelas. "Gue mau sama Darren."

Menghela napas, Reynand membuang muka. "Sono lu!"

Iya, secepat itu ia luluh.

Dengan tersenyum senang, Deryl sedikit berlari untuk menyamai langkah Darren di depannya. "Dar, gue sama lo ya?"

Darren melirik ke arah Deryl yang sedang memasang wajah memelas. Ia menatap seragam perempuan itu yang seperti biasa, terlihat ketat dan sesak. Ia juga heran mengapa perempuan itu senang memakai pakaian ketat sampai memperlihatkan bentuk tubuhnya.

Memikirkan itu tiba-tiba rahang Darren berubah keras.

"Kalo lo gak mau gak apa-apa sih, gue bisa sama Reynand."

Nada kecewa itu terdengar jelas, saat Deryl akan berbalik ia merasakan tangannya ditahan dari samping. Ia sudah akan tersenyum lebar jika ia tidak tahu malu. "Sama gue."

Deryl sekuat tenaga menahan kesenangannya lalu dengan tampang sumringah gadis itu berjalan mengikuti Darren menuju motor sport hitamnya.

"Pake ini!" Darren melemparkan jaket yang sedari tadi dipakainya kepada Deryl yang kini ditangkap dengan sigap oleh gadis itu. "Hah?"

Darren diam saja dan memakai helmnya lalu menyalakan motor. Sedangkan Reynand, lelaki itu sudah pergi duluan.

Deryl mengangguk lalu saat melihat ada aba-aba gadis itu akan memakai di tubuh, Darren menatapnya lalu berbicara. "Gak disitu."

"Hah?"

"Buat nutupin paha lo!"

Wajah Deryl memerah sekarang. Ia sendiri baru sadar jika rok sekolahnya terlalu ketat dan ia tak mengingat jika akan menaiki motor besar Darren. Gadis itu dengan pelan melilitkan jaket milik Darren di pinggangnya.

Darren sudah siap dan ia merasakan jika Deryl kini memegang pundaknya saat naik. Darren menahan tangan Deryl yang masih berada dipundaknya saat gadis itu naik namun motor sedikit oleng. Deryl langsung terdiam saat merasakan terkejut ia tadi akan jatuh.

"Pelan-pelan," ingat Darren. Percobaan kedua Deryl berhasil menaiki motor hitam itu.

"Jangan lupa tutupin," ujar Darren sebelum lelaki itu menjalankan motor hitamnya keluar dari area basement.

Darren melihat dari kaca spion Deryl mengangguk lalu tanpa diminta, gadis itu memeluk dengan kencang tubuh Darren dari balik punggung lelaki itu.

Ya Allah, sering-sering baik ya sama Deryl!

***

pengennya up pendek pendek aje deh wkwkwk. biar santai gt. sometimes kalo ide lancar gue panjangin, ya semuanya tergantung ide sih.

ayo coba share cerita ini ke temen temen lo dan komen, gue tu paling suka baca komen wkwkw. thank you yang udah komen di part part sebelumnya ya, lo semua keren!

btw, gue unpub cerita Emilio dulu ya. gak sreg gitu. nanti kalo ada mood gue publish lagi:)

see u.

Stuck With You (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang