[18]

304 23 10
                                    

Memaafkan adalah kemenangan terbaik
~Ali bin Abi Thalib

______________________________________________

"Jadi gitu ceritanya, Ra. Bu Sania itu baik banget orangnya, shalihah lagi, aku pengen bisa seperti dia." Diana menjelaskan sedetail-detailnya dari awal sampai akhir kepada lyra.
Setelah balik dari Mall, ia langsung bercerita karena daritadi lyra terus memintanya bercerita.

"Masyaallah baik banget ibu itu, eh tapi Lo beneran udah mantap buat bercadar? Waktu lo masih berhijab aja udah di nyinyirin segitunya apalagi kalo Lo bercadar. Apa Lo sanggup, di?" Mata lyra menatap lekat mata Diana, memastikan jika tidak ada keraguan di dalamnya

"Insyaallah hati aku udah mantap,Ra. Lagian dari dulu aku pun udah suka cadar dan sekarang hati aku udah mantap untuk bercadar lalu buat apa aku menundanya lagi? Aku ga tau kapan aku akan mati jadi aku ga akan menundanya lagi, dan berhijrah memang bukan hal yang mudah tapi jika bisa bersabar melalui segala rintangan Insyaallah nantinya bisa istiqamah dan biarlah orang lain berkata apa itu adalah hak mereka, lagipula bukankah aku akan mendapat pahala jika ada yang membicarakan dan mengolok-olok aku? Jika begitu bukankah aku akan diuntungkan?" Ucap Diana sembari menampilkan senyuman manis yang ia punya

Sedangkan lyra terdiam. Mencerna satu persatu kalimat yang diucapkan oleh diana. kemudian ia menggenggam erat tangan Diana,
"Baiklah kalo memang Lo udah mantap dengan pilihan Lo ini, gue sebagai sahabat Lo akan terus mendukung pilihan lo"

Diana tersenyum lembut, betapa beruntungnya ia mempunyai sahabat seperti lyra.
"Terimakasih, Ra," ucapnya tulus

"Tapi apa pihak sekolah bakalan ngizinan Lo pakai cadar?Lo udah minta izin?"

Diana terdiam sekarang. Ia lupa kalo dia belum izin dengan pihak sekolah
"Belum. Terus gimana ya Ra?"

"Udah tenang aja. Nanti gue yang ngurus semuanya" ucap lyra memenangkan Diana yang terlihat bersedih

"Emang kamu bisa Ra?" Tanya Diana ragu-ragu

"Om gue kan pemilik sekolahnya jadi soal izin pake cadar mah gampang pasti nanti disetujui" Lyra menjentikan jarinya, ia menatap Diana dengan tatapan sombongnya:v

"Serius Ra?! Kamu ga bohong kan?," Tanya diana memastikan, ia masih ragu dengan ucapan lyra

"Iya beneran. Tapi Lo diam aja, cukup kita yang tau" ucap lyra seraya menaruh jari telunjuknya di bibirnya seolah menyuruh diam

"Kalo gitu makasih ya raa," ucap Diana antusias

Lyra mengangguk lalu ia memeluk erat Diana,
"Iya sama-sama, kita kan sahabat jadi sudah sewajarnya gue mendukung kamu, btw udah malam ni kita tidur yuk, gue ngantuk"

Diana mengangguk menyetujui, merekapun mengurai pelukannya dan mulai berbaring di kasur hingga tidur terlelap.

*****

02.30

Diana terbangun dari tidurnya karena deringan alarm yang disetelnya,
Ia mengucek-ucek matanya yang terlihat menyipit menahan kantuk.
"Ra, lyra.., kamu mau ikut sholat tahajud ga Ra?," Tanya Diana pelan sambil menggoyangkan tubuh lyra

"Eng..ga na" sahut lyra setengah sadar lalu kembali lagi ke alam bawah sadarnya

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi Diana menuju kamar mandi untuk mengambil wudu dan melaksanakan sholat tahajud

Hijaber And Handsome Boys💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang