[19]

132 15 9
                                    

Diana membereskan bukunya ketika pelajaran pertama selesai, sungguh Diana lelah.
Hari ini ia telah mendengar berbagai ejekan dari siswa siswi bahkan dari guru nya sendiri.
Namun Diana menguatkan diri dan hatinya sendiri agar tahan dengan ujian yang sedang Allah berikan kepadanya.

"Di?" Diana tersentak ketika sebuah tangan menepuk nya pelak.

"Apa Ra?" Tanya Diana dengan senyum dibalik cadarnya

"Yang sabar ya gue yakin lu pasti bisa ngadepin ujian ini, inget lu dulu pernah bilang ke gue kalo ketika Allah mencintai hambanya ia akan memberi berbagai ujian untuk hambanya sebagai penghapusan dosa dan diangkat derajatnya" ucap lyra menguatkan.

Diana tersenyum dibalik cadarnya, ia memeluk lyra erat.

"Terimakasih lyra kamu memang sahabat terbaik aku." diana semakin mengeratkan pelukannya, sungguh ia terharu.

"Iya iyaaa udah jangan nangis lagi, gue gasuka." Perlahan lyra mengurai pelukan itu dan menghapus air mata Diana.

"Eh btw lu nanti ini ke kantin sendiri ya gua ada rapat OSIS soalnya" lanjut lyra

Yah memang lyra sekarang adalah OSIS , beberapa hari lalu ia mendaftar ikut organisasi tersebut.

Diana mengangguk, "yaudah sana kamu pergi nanti telat"

Lyra mengangguk dan pergi meninggalkan Diana sendiri di kelas.
Diana pun ikut melenggang pergi, bukan ke kantin tapi ke perpustakaan karna ia malas mendengar ejekan dan hinaan dari orang orang

****

Diana mencari cari buku apa yang akan ia baca dan matanya tertarik dengan buku novel bersampul biru di rak paling atas
Dia mencoba menggapainya namun tetap saja tidak bisa karna badannya terlalu mungil

Ntah darimana, tiba-tiba ada tangan kekar yang mengambil buku novel tersebut, Sontak Diana pun menoleh ke pemilik tangan tersebut.

"Nih" pria tersebut memberi buku novel itu kepada Diana

"Terimakasih," ucap Diana.

"Hmm"

"Emm maaf n-nama kamu siapa kalo boleh tau" Ntah mendapat keberanian darimana Diana mampu menanyakan hal tersebut, ia merutuki kebodohannya, untuk apa pula dia menanyakan nama pria itu

"Alvin" ucap Alvin datar.

Diana hanya mengangguk lalu berpamitan pergi,
Ia memilih duduk di bangku pojok agar tidak ada yang melihat nya, bukannya ia takut dengan orang-orang namun jujur saja ia lelah dengan berbagai cacian yang selalu terucap untuknya
Diana hanyalah manusia biasa yang masih mudah terpengaruh dengan kata-kata yang melemahkan mentalnya

"Cukup Diana cukup, jangan pikirin lagi!" Batin Diana.

Seraya ia menarik napas dalam,
Ia menatap buku novel yang berada di tangannya entah mengapa ia tertarik dengan novel ini,
Ia mulai membacanya dan ia mulai hanyut dalam kisah yang berada di cerita tersebut
Ia mulai melupakan masalahnya sementara, ia seolah masuk dalam dunia novel tersebut
Novel yang ia baca bergenre romance ntah sejak kapan ia menyukai hal-hal seperti ini namun ternyata asik juga.

Krieek...
Seseorang duduk di sebelah Diana dan menyenderkan tubuhnya di rak perpus di belakangnya, sesekali ia mengintip Diana yang keasikan membaca novel yang baru saja ia ambilkan.

"Lu suka ginian?" Tanya Alvin

Mata Diana terbelalak kaget, sejak kapan Alvin berada di sampingnya? Kenapa ia tidak menyadarinya?
Astagaaa! Kenapa jaraknya dan Alvin bisa sedekat ini?!

"Hei!" Tepukan di pundaknya mampu menyadarkan Diana dari lamunannya.

Seketika ia memperbesar jarak antara mereka

"Kamu kenapa disini?" Tanya Diana to the point.

"Pengen"  jawab Alvin seadanya.

"Up to u" pasrah Diana.

"Btw lu belum ngejawab pertanyaan gue" tagih Alvin

"Yang mana?"

"Gue gasuka ngulang ucapan gue" Tekan Alvin, dingin.

"Hmm ya"

"Jawab!"

"Iya iya gausah ngegas juga kali lagian ga penting juga bahas kenapa aku suka Novel ginian lagipula aku juga baru baca novel kaya gini ya mana aku tau suka atau enggaknya tapi jujur aja seruu sih seakan hanyut dalam dunia novel tersebut dan yah aku seakan mampu melupakan ku akan kekejaman dunia hahaha" cerocos Diana sekaligus mencurahkan isi hatinya pada orang yang baru saja ia kenal

Alvin mendengarkan Diana dengan seksama dan ia menatap Diana dalam dengan pandangan tak terbaca, entah apa yang dipikirkan lelaki tampan tersebut.

"Pundak gue siap buat sandaran kalo lu mau" tawar Alvin seraya menepuk-nepuk pundaknya.

"Bukan muhrim" tolak Diana.

Refleks, Alvin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaudah"

Diana hanya berdeham tanpa menjawabnya.

"....."

Suasana tiba-tiba hening, Diana fokus Membaca Novel romance tersebut tanpa memedulikan Alvin di sampingnya, sedangkan Alvin, ia tengah memikirkan berbagai rencana di dalam otak cerdasnya

"Ekhem" deheman Alvin menarik perhatian Diana.

"Kenapaa?" Tanya Diana tanpa menatap mata Alvin.

"Gue boleh nanya?"

Diana mengangguk mengiyakan.

"Kenapa lu Makai ni cadar? Padahal lu masih sekolah dan muda" akhirnya Alvin menanyakan hal yang sejak tadi ingin ia tanyakan.

"Jadi kalo masih sekolah dan muda gak boleh Makai cadar gitu?" Tanya balik Diana.

"Bukan gitu, tapi...-"

"Udah gak usah dijelasin aku tau kok maksud kamu" potong Diana.

"Yah sebenarnya aku telah ingin memakai cadar dari dulu namun baru terlaksana sekarang, alasan utama ku memakai cadar karena aku ingin meneladani para idola ku yaitu ibunda Aisyah r.a dan Sayyidah fatimah dan para wanita mulia lainnya yang sangat menjunjung tinggi rasa malu
Dan sekaligus untuk membantu para laki-laki menjaga pandangannya, dan kurasa aku telah siap memakai cadar jadi ya kenapa harus aku tunda? Lagipula kita gak tau kapan kita akan mati bisa aja sekarang nanti besok maupun kapan itu dan sebelum aku mati aku hanya ingin membenahi diriku menjadi sosok yang lebih baik lagi" jelas Diana panjang lebar.
Di akhir kalimatnya Diana tersenyum.

Tubuh Alvin membeku, hatinya tersentuh dengan jawaban dari Diana.
Zaman sekarang perempuan seperti Diana yang memiliki rasa malu yang tinggi, menutup aurat sempurna, lemah lembut dan berpendirian kuat sangat langka!

Alvin bergelud dengan hati dan pikirannya, ia menjadi bingung, apa ia sanggup melakukan 'hal' tersebut kepada wanita sebaik Diana?

"Tidak tidak Vin! Jangan terpengaruh, tetep fokus sama tujuan utama lu!" Batin Alvin.

"Vin?" Alvin menoleh mendapati Diana yang memanggilnya.

"Kamu anak baru ya? Soalnya aku ga pernah lihat kamu sebelumnya" tanya Diana.

"Iya , gue anak pindahan, baru seminggu gue sekolah disini" jawab Alvin

"Ohh" Diana ber-oh ria

"Udah bel tuh, ayo kita balik ke kelas masing-masing" ajak Diana yang dibalas anggukan oleh Alvin.

****
HALOOO GUYSSS! I'M COMEBACK!
ADA YANG KANGEN GA? ADADONG PASTIIII!, YAKALI MASA GADA YG KANGEN SAMA AUTHOR CANS KYUTTT NAN TDK SOMBONG INI:V WKWKKW

BTW MAAF KALO SEMPET HIATUS SOALNYA SEBELUMNYA AUTHOR TERLANDA VIRUS MALAS XIXIIX:V

HAPPY READING.

JANGAN LUPA VOTE NAN KOMENT!



Hijaber And Handsome Boys💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang