Happy Reading!
Copyright © ArCastellan•••
Hentakkan kaki kini terdengar memenuhi lorong penuh pencahayaan terang dari gedung yang tak lagi indah, dengan infrastuktur berhias cipratan darah dan goresan tembak di mana-mana. Bukan kesunyian ditemani suara gaduh dari langkah yang saling mengiring. Namun, sebuah rontahan gadis cilik di gendongan sang nyonya mampu membuat gema yang terasa bising.
"Turunkan aku!" jerit gadis kecil tersebut dengan intonasi tinggi. Mambuat sang Nyonya muda merasa kesal pada putri angkat yang kukuh akan pendirian.
"Kubilang tidak ya tidak!" bentaknya yang tak lain adalah Rachelly yang kini tersulut emosi, membuat gadis kecil tersebut menunduk dalam dengan mata kemilau bak kaca terkena cahaya rembulan. Hal itu, tentu saja membuat Rachelly merasa bersalah. Ah! Tak seharusnya ia membentak Lara. Pikirnya sedikit gelisah akan respon putri kecilnya.
"Maafkan Mommy, Honey. Mommy tak bermaksud membentakmu. Mommy mohon menurutlah sayang. Okay?" sambung Rachelly melembut yang membuat Lara menatap sosok wanita tersebut dengan mata sayunya.
"Ini hanya luka kecil," sangkal Lara parau yang tentu saja membuat beberapa sosok lain yang setia mengikuti tampak iba menatapnya, kecuali Rachelly yang masih tetap mempertahankan pendapatnya demi kebaikan Lara.
"No! Jahitan operasi bukan luka kecil, Honey," pungkasnya mengusap pipi Lara lembut.
"Tap-"
"Tak ada tapi-tapian! Mommy tidak suka dibantah! Jangan bandel, sayang. Atau Mommy benar-benar akan marah!" ancamnya membuat Lara membulatkan matanya ketika Rachelly menyebut dirinya Mommy.
"Tapi kau bukan Mom-" sangkal Lara yang lebih dulu dipotong oleh suara anak laki-laki yang berjalan santai di samping Rachelly. Tentu itu Lucian, siapa lagi? Anak laki-laki yang akan merangkak menjadi kakak angkatnya tanpa Lara duga terlihat segar dipandang mata.
"Hey, Adik kecil. Kau lebih baik menurut dengan Mommy. Lagipula itu demi kebaikanmu," potongnya lembut diiringi senyuman tipis yang membuat Lara mengumpat kesal dengan alis bertaut sempurna. Yang sayangnya hanya mendapat balasan senyum maklum dari semua.
Menurut mereka, lebih baik Lara bersikap ketus dan semena-mena daripada ia harus terlarut dalam kesedihan tak bermakna.
***
Setelah sekian lama berjalan diiringi perdebatan kecil antara Lara dan Rachelly, akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan bernuansa klasik dengan campuran modern yang membuatnya terlihat lebih santai dipandang.
"Duduk sini ya, sayang," ucap Rachelly mendudukkan Lara di sofa panjang yang hanya mendapat balasan anggukan dari gadis berandal tersebut. Kemudian, wanita itu berjalan membelakangi Lara ke arah sebuah nakas mengambil air mineral untuk gadis bermata legam yang terus mengamat. Hingga....
"Diam! Jangan banyak tingkah!" sambungnya dingin ketika Lara berusaha menggapai snack milik Lucian yang tersedia di meja dengan tangan mungilnya tanpa memperhatikan kondisi tubuh yang empat jam lalu telah melakukan operasi.
"Umm, itu...." balas Lara mendudukkan diri kembali dengan menunjuk snack tersebut menggunakan dagunya yang tampak menginginkan makanan ringan tersebut.
Rachelly pun berjalan ke arah Lara dengan gelas berisi air mineral di tangannya. Helaan napas kasar terdengar cukup berat. Yang awalnya ingin memarahi Lara, namun ia urungkan karena wajah sang anak yang membuat siapapun tak sampai hati untuk memarahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaura's Secret [Agent E] - END (TAHAP REVISI ALUR TOTAL)
Misterio / SuspensoTatapannya mengisyaratkan kebencian. Hidup dan mati adalah permainan. Menyangkal berarti siap bermain tanpa akal. Lara Auretha Degreez, Ah no! Itu bukan dirinya. Sosok kejam tak berperasaan ada pada dirinya. Dirinya yang lain, yang berubah menjadi...