Matahari sudah turun dari singgasananya sejak beberapa jam yang lalu.
Meski malam belum datang semakin larut, tetapi Yoongi bisa saja mengajukan protes dan memaki Namjoon begitu pria itu mengabarinya bahwa ia ingin bertemu di sebuah restoran daerah Gangnam. Sengaja Yoongi memperlama kedatangannya sebab ia memang sibuk mengurus administrasi tahunan, tetapi Namjoon sangat keras kepala dan mengatakan bahwa ia akan menunggu meski Yoongi baru datang ketika pagi tiba.
Jadilah ia menginjakkan kaki didalam sebuah restoran jepang yang tampak sangat eksklusif dengan makanan yang serba lezat. Ia kesal karena batal memaki setelah merasakan semangkuk sup krim keju dan daging wagyu yang dibalut selada masuk kedalam mulutnya."Kau sudah bekerja keras hari ini untuk negara, terimakasih." kata Namjoon menambahkan daging kedalam mangkuk nasi milik Yoongi. Tentu ia tahu, sahabatnya itu memang berniat mengomel begitu datang. Jadi Namjoon terus mencekokinya dengan segala jenis makanan tanpa henti.
"Sudah, hentikan. Kau bisa membuatku obesitas dalam satu hari."
"Omong kosong," Namjoon tertawa sembari menuang air soda dan memberikannya pada pria itu, "kau tak pernah mendengar yang namanya sistem pencernaan?"
"Apa aku ini bodoh?"
Namjoon tertawa, "tidak, jangan marah hyung. Aku minta maaf karena terpaksa membuat janji denganmu malam ini."
"Kukira kita akan membicarakan rencanamu melalui voice notes?"
Sambil melempar selayang pandang pada parkiran diluar lalu Namjoon mendenguskan tawa, "aku berubah pikiran setelah bertemu paman Sung Rok tadi sore di kantorku. Kita harus diskusi secepat mungkin."
"Dia kekantormu? Untuk apa?""Membicarakan hal remeh-temeh. Dan mungkin juga ingin memastikan bagaimana kondisi Yoona saat ini."
"Lalu kau bilang apa? Bilang saja Yoona sudah mati, masalah selesai."
Kadang-kadang Namjoon tak habis pikir, dimana letak putusnya sistem saraf seorang abdi negara seperti Min Yoongi.
"Eh, bagaimana kabar Ji Eun? Kudengar mantan kekasihmu itu sudah meninggal setahun yang lalu?"
Sumpit yang dipegang Yoongi batal mencapit sayuran, ia menatap Namjoon dengan sorot yang mematikan.
"Bagaimana rasanya?" tanya Namjoon diselingi tawa usil, "menyakitkan bukan?"
"Baiklah. Katakan padaku apa rencanamu selanjutnya."
**
Terhitung sudah empat hari semenjak ia tinggal didalam rumah sakit yang rasanya seperti penjara, akhirnya Yoona dapat menarik napas lega setelah ia diperbolehkan pulang oleh Dokter Lee tadi sore.
Ketika mendapat kabar itu—untuk sesaat—nyaris dirinya meraih ponsel dan menelepon Namjoon untuk memberitahu kepulangannya hari ini. Tetapi pikirannya berubah karena beberapa hal yang menjadi pertimbangan. Alasan utamanya adalah ia tak ingin mengganggu sang CEO bekerja, dan alasan lainnya adalah mungkin ia dapat membenahi perasaannya jika tidak terus menerus bergantung pada seorang Kim Namjoon.
Baju pasiennya dilipat, lalu Yoona memoles sedikit lip balm warna peach didepan cermin sembari memperhatikan luka kering di beberapa bagian tubuhnya. Cukup mengerikan. Yoona memiliki bekas luka disekitar pelipis, lengan serta pinggang. Meski tidak mengalami gangguan berat, ia cukup sadar bahwa mulai sekarang hidupnya akan penuh dengan bahaya. Entah sampai kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Nair Coorp. | Kim Namjoon x Im Yoona
FanfictionHarum tubuhnya mendefinisikan kekayaan dan kekuasaan sekaligus. Yoona-hampir saja jatuh hati kalau tidak ingat bahwa pria itu adalah CEO di Nair Coorps. Perusahaan dimana seharusnya Yoona-lah yang menjadi ahli warisnya. "Apa kau akan berdiri disitu...