Chapter 1

2.9K 143 4
                                    

"Apa kau akan berdiri disitu sampai matahari terbenam?"

Suara berat Sajangnim membuyarkan lamunan Yoona yang berdiri didepan pintu entah sejak kapan. Dia sendiri tidak ingat, sebab melihat pria itu saat ini membuatnya begitu emosional.

"Maaf Sajangnim," Yoona berjalan kearahnya dengan menyembunyikan perasaan susah-payah, "namaku Im Yoona, sekretarismu yang baru. Senang bertemu denganmu."

Namanya Kim Namjoon. Pria yang menjadi atasannya ditempat dia bekerja. Yoona membiarkan pria itu menelanjanginya dengan tatapan yang sulit diterjemahkan dengan kata-kata. Yang pasti, ada sensasi berbeda ketika Namjoon menutup jarak diantara mereka.

Lalu Namjoon memperhatikannya dengan seksama. Sekretaris barunya itu memiliki wajah yang unik, tipe-tipe yang akan membuat pria teringat pada kisah cinta pertama mereka pada musim semi yang indah. Tapi begitu Yoona berjalan, kesan pertama itu menghilang. Sorot matanya yang tajam membuatnya terlihat siap menerkam siapapun yang menghalangi jalannya.

"Baiklah, kurasa aku tidak perlu memperkenalkan diri," katanya kemudian menuju keluar ruangan, "ikut aku."

Waktu Namjoon melewatinya, Yoona tahu bahwa pria itu bukanlah tipe atasan yang hanya menerima jabatan dari sebuah perusahaan keluarga. Kim Namjoon adalah pria dengan aura yang luar biasa kuat. Hampir mengintimidasi. Tubuhnya terbentuk sangat proporsional entah karena latihan otot atau memang terlahir mempesona begitu saja. Harum tubuhnya mendefinisikan kekayaan dan kekuasaan sekaligus. Yoona-hampir saja jatuh hati kalau tidak ingat bahwa pria itu adalah CEO di Nair Coorps. Perusahaan dimana seharusnya Yoona-lah yang menjadi ahli warisnya.

Pria itu mengajaknya ke pantry khusus dan mengeluarkan beberapa jenis kopi dari buffet atas.

"Aku suka campuran dari kedua kopi ini. Kau harus mencampur kedua jenis kopi ini dengan bandingan 80:20."

Dua jenis kopi yang dikemas mewah diperlihatkan Namjoon pada Yoona.

"Buat kopinya dengan takaran 30 ml espresso dan 50 ml susu cair yang kusimpan didalam kulkas. Oh ya, campurkan gula cairnya sebanyak 50 ml juga. Kalau stoknya habis, kau bisa membelinya di supermarket seberang kantor."

Oh, bagus! Selain menjadi sekretaris, Yoona juga harus belajar menjadi seorang barista!

"Kenapa kau tidak membeli kopi yang sudah jadi saja? Kau tahu ini merepotkan!" kalimat itu tiba-tiba saja meluncur dari mulut Yoona tanpa sadar.

Namjoon sampai menyipitkan mata karena ia tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya, "maaf?"

"Aku bertanya-tanya kenapa kau tidak membeli kopi jadi saja," Yoona hampir-hampir menampar mulut sendiri karena telah berkata lancang pada seorang CEO,"tapi kupikir itu pasti karena Anda menyukai segala sesuatu yang dibuat sendiri di rumah." kilahnya mengarang indah. Namjoon tersenyum ringan sambil melengos. Dari situlah Yoona tahu bahwa pria itu memiliki lesung pipit. Pria seperti Namjoon seharusnya mungkin menjadi pebisnis yang merajai banyak sektor daripada bekerja disebuah perusahaan yang terdapat sengketa pada ahli warisnya.

Lagipula memang tidak benar-benar ada sengketa. Itu hanya pemahamannya saja.

"Apa kau bisa menggunakan senjata?" tanya pria itu sudah mengajaknya kembali keruangan dan duduk di sofa khusus tamu. Cahaya matahari menerpa wajahnya yang tegas, bola matanya berpendar kecokelatan memandang Yoona.

"Apakah wajahku terlihat seperti orang yang bisa menggunakannya?" Yoona malah balik bertanya, membuat ruangan hening sejenak sementara Namjoon terpaku ditempat. Tidak pernah ada anak buah yang bicara begitu santai pada Namjoon. Hanya Yoona seorang, dan ajaibnya, dia adalah sekretaris barunya. Mungkin kalau Yoona bekerja di tempat lain, hari pertamanya sudah menjadi hari terakhirnya sebab ia tidak menjunjung tinggi norma kesopanan sebagai seorang bawahan.

Tapi Namjoon suka wanita itu. Yoona terlihat penurut, padahal keras kepala dan menantang.

"Tidak menjadi suatu keharusan bagimu bisa menggunakan senjata. Tapi perlu kau tahu, bekerja di satu-satunya perusahaan yang menjadi pemasok senjata api pemerintah, membuat resiko bekerja menjadi dua kali lipat lebih besar daripada seharusnya. Kuharap kau sadar akan hal itu."

"Apa itu berarti aku bekerja dengan orang-orang yang berbahaya?"

"Itu tergantung dari sudut pandangmu." jawab Namjoon menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Kali berikutnya, dia melihat Yoona mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan untuk meneliti segala sesuatu yang menarik perhatian. Gerak-geriknya nampak polos dan cukup menggemaskan.

Meski yang tidak Namjoon ketahui, adalah Yoona mencoba menyusun pertanyaan demi pertanyaan yang bercokol didalam benaknya sedari tadi. Dia akan mulai dari awal sekali. Yaitu-

"Apakah perusahaan ini adalah sebuah perusahaan keluarga?"

**

Cuaca sebenarnya sedang sangat mendukung untuk sekadar minum teh di sore hari.

Tapi suasana hati Sung Rok menurun semenjak dia mendengar kabar bahwa kenalannya sudah tutup usia hari ini. Lee Dong Wook, orang yang berhubungan dengannya belasan tahun yang lalu dan rahasia yang mereka punya cukup berbahaya jika tersebar. Sung Rok meraih ponsel buru-buru karena pikirannya sudah sampai pada tingkat kekhawatirannya yang paling tingggi.

"Ya bos."

"Si brengsek itu sampai akhir hidupnya mengancamku dengan hal yang tidak berguna. Sekarang tidak ada lagi yang kutakutkan, segera cari anak itu. Bunuh dia sekarang juga!"

"Im Yoona?"

"Siapa lagi!??"

"Baikah, akan kami cari dirumahnya hari ini."

Lalu panggilannya ditutup. Sung Rok melempar ponselnya keatas sofa begitu saja. Emosinya naik perlahan-lahan ketika dia mengingat perselisihan dengan Dong Wook lima tahun lalu. Padahal mereka sudah sepakat untuk bekerjasama tapi Dong Wook selalu tidak bisa ditebak dengan segala kepentingannya.

Yang pasti, tidak ada orang yang bisa menghalanginya lagi untuk menghabisi nyawa Im Yoona. Wanita itu harus mati, dan Sung Rok harus memastikan itu secepatnya.

Dia mengambil ponsel dan akan menghubungi seseorang ketika sebuah tangan mencengkeram bahunya dari belakang.

Sung Rok menoleh, "ah, Soo Hee-ya! Kau mengejutkan Ayah tahu."

"Memang apa yang sedang kau lakukan?" Soo Hee menaruh dagu dibahu Ayahnya manja, "seharian ini aku bosan. Aku mau liburan ke Paris besok pagi."

"Ke Paris?"

Surai panjangnya berjatuhan kedepan saat Soo Hee memainkan ujung sandalnya dengan sepatu sang Ayah, "eoh. Habis kau pembohong besar. Katamu kau mau mengenalkanku dengan anak Inspektur."

Ah, Sung Rok mengesampingkan hal itu. Dia menyampirkan tangannya dibahu Soo Hee sambil mengajaknya keluar ruang kerja, "bukankah kau sedang berhubungan dengan Joo Hyuk? Kau yang bilang padaku agar jangan mengganggu hubungan kalian."

"Iya tapi belakangan ini dia sangat sibuk. Aku jadi merasa sering ditinggalkan. Mungkin bertemu dengan yang lain membantuku membandingkan mana yang lebih baik. Bukan begitu? Salah satu dari mereka adalah calon menantu Ayah kan?"

Sung Rok tertawa rendah. Soo Hee-nya adalah permata yang dia jaga baik-baik bahkan jika dia harus mengorbankan nyawa. Parasnya mengagumkan dengan dagu yang lancip. Tak jarang pria menggodanya dari berbagai kalangan.

"Tentu, tentu. Luangkan waktumu minggu depan. Aku akan menghubungi Namjoon untuk bertemu."

**

*

Haaaii, anyyeong! Cerita ini kembali lagi, tapi dengan alur yang sudah direvisii. Enjoy! 💜

CEO Nair Coorp. | Kim Namjoon x Im YoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang