Eunha tersenyum pada Jaemin. "Ngapain sendirian disini?"tanya Eunha. "Anu kak... itu... saya lagi cari kamar"ucap Jaemin.
"Ohhh... diantar aja yuk sama kakak. Soalnya kepala sekolah suka marah. Liat murid nya jalan sendirian"
"Emang nggak boleh jalan sendirian?"tanya Jaemin. "Nggak. Minimal harus berdua. Soalnya Kepala sekolah terlalu sayang sama kita"ucap Eunha.
"Oh begitu ya kak."ucap Jaemin mengerti.
Jaemin menyusuri koridor bersama Eunha. "Kamu kenapa disekolah in disini?"tanya Eunha. "Hmmm... ibu saya anggap saya pembunuh adek saya"ucap Jaemin.
"Ohh begitu yah."ucap Eunha. "Kakak sendiri. Kenapa disekolah in disini?"tanya Jaemin.
Eunha terkekeh. Senyum manis nya terukir di bibirnya. "Hmmm... lain kali saja ya cerita nya"ucap Eunha.
Tiba tiba sesuatu menarik perhatian Jaemin. Sebuah lukisan Babi dan Rubah yang terpajang besar dekat koridor asrama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kak Eunha itu siapa?"tanya Jaemin menunjuk pada wanita bertopeng Babi. "Ohh itu Tante Jieun."ucap Eunha.
"Tante Jieun? Siapa beliau?"tanya Jaemin. "Dia pemilik asrama ini. Yang kubilang tadi. Kepala sekolah kita"
"Disebelahnya siapa kak?"tanya Jaemin. "Itu suaminya. Dia sudah meninggal"ucap Eunha.
"Oh begitu ya kak. Tapi, lukisan nya aneh"ucap Jaemin. Eunha tersenyum sebagai tanggapan. "Tak ada yang aneh disini. Hanya khayalanmu yang merasuki pikiranmu"ucap Eunha.
Mereka pun lanjut berjalan.
"Kamu tau. Tante Jieun mewajibkan kita sebagai putri ikut kelas balet"ucap Eunha. "Aku belum pernah bertemu dengan kepala sekolah"ucap Jaemin.
"Kau akan bertemu tapi tidak saat ini"ucap Eunha. "Tante Jieun pintar main piano loh. Setiap malam sampai tengah malam, dia selalu bermain piano"ucap Eunha lagi.
"Kenapa dia hanya bermain pada saat tengah malam?"tanya Jaemin.
"Karena Tante Jieun sangat menyukai malam hari. Dia benci pada siang hari, sehingga dia harus berdiam diri di kantornya"ucap Eunha.
Mereka pun sampai di koridor 2 asrama putra. "Aku akan mengantarmu sampai sini saja ya. Aku harus ikut kelas musik"ucap Eunha.
"Ya tidak masalah. Terima kasih sudah mengantarku"ucap Jaemin. Eunha hanya tersenyum pada Jaemin.
Jaemin menyusuri koridor asrama 2. Dia melihat setiap nomor yang terpangpang di pintu.
Dia menemukan kamar Nomer 12. Dia pun memasuki kamar itu. Terlihat disitu Renjun sedang duduk di kursi goyang menatap jendela.
"Aneh"
"Aku tidak aneh"ucap Renjun. Bagaimana bisa Renjun membaca pikiran Jaemin. "Aku tidak menganggapmu aneh"ucap Jaemin.
Tak ada jawaban.
Jaemin segera merapikan bajunya untuk dimasukkan ke lemari.
"Na Jaemin ya?"tanya Renjun yang masih setia menatap Jendela.
"Kok tau?"tanya Jaemin heran.
"Kamu dimasukkan kesini karena dituduh membunuh adikmu kan?"