Peeling An Onion

793 110 9
                                    

Entah berapa kali aku mengecek penampilanku di kaca mobil. Gema harusnya datang sepuluh menit lalu tapi batang hidungnya masih saja belum terlihat. Aku belum pernah segugup ini, padahal aku hanya akan bertamu. Aku merasa seperti akan bertemu mertuaku, walaupun sebenarna memang itu yang akan aku lakukan.

"Finally!" Erangku.

"Maaf, bantu mama tadi." Kupeluk dia, namun segera kulepaskan. Konsepnya hari ini adalah 'kawan lama yang lama tak jumpa'

"How do I look?"

"You look great, tenang aja! Ini bukan mau lamaran, inget kan lu dateng cuman sebagai temen?"

"Iya tetep aja kan? Kesan pertama adalah segalanya!" Gema mulai berjalan menuruni tangga menuju rumahnya, aku membuntuti dari belakang.

"Jangan ngomong yang aneh-aneh ya?"

"Iya tenang aja!"

Ternyata rumahnya tak begitu jauh dari tempat aku biasa menurunkannya. Rumah itu adalah sebuah bangunan dua tingkat berwarna coklat gelap, perpaduan antara kayu dan beton. Desainnya minimalis, ada taman terbuka yang menjadi halamannya. Tak ada gerbang sama sekali, dari halaman bisa langsung berjalan menuju pintu masuk. Di sebelah kiri taman ada ayunan dan gazebo kecil teduh. Di sisi kiri ada jalan menuju ruangan di area belakang yang sepertinya sebuah garasi.

"Nice one babe! I'm impressed!" Gema mendelik, aku tau maksudnya. "Nice one Gema! I'm impressed! BTW ko ga digerbangin?"

"Nanti gue jelasin!"

Aku sama sekali tak mempermasalahkan ekonomi seseorang, tapi aku tak menyangka saja dia tinggal di rumah seperti ini. Gema selalu terlihat sederhana, naik angkot kemana-mana, dia tak pernah menyinggung-nyinggung keluarganya. Gema membuka pintu yang terbuat dari kayu berat itu dan mempersilahkanku masuk. Belum selesai aku kagumi eksterior rumah itu, interiornya membuat aku lebih kagum lagi. Aku disambut oleh ruang tamu yang lapang tak memiliki plafon. Ternyata lantai dua rumah itu hanya ada di bagian belakang, bagian depan dibiarkan seperti itu membuat ruang tamu itu terlihat luas. Ada foto keluarga sangat besar yang menghadap ke pintu masuk seakan mereka sengaja menaruhnya disitu untuk menyambut tamu yang datang.

Tenyata Gema memiliki dua orang kaka laki-laki, aku hanya tau fakta kalau dia itu bungsu seperti aku. Ayahnya seorang pria kurus berkumis yang berwibawa. Ibunya sangat cantik, yang membuatku sadar dari mana Gema mendapatkan paras tampannya itu. Ada hal yang mencolok dari foto keluarga tersebut, ketiga pria lain mengenakan jas putih kecuali Gema yang mengenakan tuksedo hitam.

"Sebelum lu ngomong sesuatu, yes I'm the black sheep of the family. Nyokap gue mantan perawat, ayah dan dua kakak gue dokter. Gue yang nyeleneh sendiri mau jadi insinyur! Rumah kita ga digerbangin karena bokap gue sih pengennya siapapun yang butuh pertolongan dia bisa dateng kapan aja..." Entah kenapa pengakuannya itu membuatku agak sedih.

"Bagus dong?"

"Iya, bokap gue baik ke semua orang. Kecuali ke gue."

"Maksud kamu?"

"Oh ini Ragil yang suka bikin anak tante pulang malem?" Tiba-tiba saja wujud wanita cantik di potret keluarga itu muncul di hadapanku. Aku agak panik mendengar apa yang diucapkannya. "Bercanda dong Gil! Ayo masuk, makanan udah siap!"

"Oh iya tante, permisi ya!" Aku menoleh pada Gema yang hanya mengerutkan kening dan mengangkat bahu.

"Semoga suka ya, maaf tante ga bisa masak banyak-banyak!"

"Apaan sih Ma, biasanya juga ga pernah masak sebanyak ini!"

"Diem kamu! Mana kamu tau Mama masak apa, kamu ga pernah makan di rumah!"

Emergency ContactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang