PARIS VAN JAVA 2

866 96 9
                                    


Bandung menjadi kota dengan julukan Paris Van Java seperti halnya Paris yang menyajikan cerita romantis, rembulan menjadi saksi, bintang pun berseri-seri, dua insan yang dipertemukan oleh skenario ilahi. Para ajudan memberikan waktu untuk keduanya berbincang hanya empat mata, di bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang bekilauan di lamgit angkasa, keduanya duduk berhadapan di taman belakang villa.

Para ajudan pun setia menunggu dan melihat dari jauh, jadi mereka nggak hanya berdua, duduk pun berjarak. Keduanya sadar dan sama-sama belajar apalagi setiap hari mendapatkan siraman qalbu dari Abah Subki agar menjaga diri, menjaga hati apalagi belum mahrom, karena jika hanya berduaan maka setanlah yang suka menggoda dan menjerumuskan pada lubang kemaksiatan, na'udzubillah. Seperti halnya sabda Rasulullah saw:

"Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita kecuali ada mahrom yang menyertai wanita tersebut." (HR. Bukhari Muslim)

"Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan." ( HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim)

Suasana yang awalnya bercanda bareng-bareng tiba-tiba berubah, jantung Billar berdegub lebih kencang dari sebelumnya, entahlah mengapa ada letupan rasa dalam dadanya meski terhitung baru mengenal gadis di hadapannya, namun ia sadar semua butuh proses, dan ia tidak ingin menyakiti orang yang dia sayangi siapapun itu. Mengobati luka itu tidak mudah namun bukan berarti nggak bisa, sebab Allah memberi luka agar hamba-Nya kuat menghadapinya, berusaha untuk sembuh tak mengeluh, berusaha bangkit meski awalnya sulit, ujian yang Allah berikan sepaket dengan penyelesaiannya, dan Billar berharap dia bisa meyakinkan hatinya dan hati gadis di hadapannya untuk bersama melangkah beribadah bersama menggenapkan separuh agama.

"Ehm ... ehm." Billar mencoba memulai obrolan, entah kenapa seperti ada serak saat ingin berbicara serius, lidah seakan kelu, padahal biasanya bercanda lepas saat bertemu.

"Batuk beneran atau boongan Bapak Billar?" Lesti tersenyum sembari menyuguhkan minuman yang ada di meja. Dalam hatinya pun merasakan ada yang berbeda dengan pria yang saat ini dekat dengannya, entahlah dia tak mau menerka-nerka, dan dia bukan lagi anak SMP atau SMA yang baru pertama kali mengenal cinta.

"Dek Kakak mau ngomong nih."

"Ya ngomong aja, kan dari tadi juga ngomong." Lalu menunduk menyeruput jus di hadapannya.

"Dek, kan kita udah sama-sama dewasa, bahkan atas takdir Allah juga kita dipertemukan, juju raja Kakak orangnya nggak bisa memendam perasaaan, kalau suka ya suka, kalau sayang ya sayang."

"Akang gendang kalau aku bilang sayang ... sayang ya ... ahahahahah." Lesti tertawa lepas mendenngar penuturan Billar, meski sebenarnya dia sendiri juga hatinya dag dig dug penasaran apa yang akan diucapkan si Kakak.

"Ih ini Kakak serius loh Dek ..." Billar menatap dengan sorotan yang tajam dengan senyuman manis penuh ketulusan.

Lesti mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian menatap balik Kak Billar, ada sorot ketulusan dan keseriusan bukan bercandaan, dalam hatinya Dedek tak menyangka secepat ini Allah membolak-balikkan hati manusia. Sosok yang ramah, bahkan bisa mengambil hati orang tuanya serta keluarganya, bisa membaur dan tak canggung dengan keluarganya. Sosok yang baik agamanya, baik prilakunya, pekerja keras juga, sayang keluarga dan orang-orang di sekitarnya, bukankah di antara salah satu ciri laki-laki yang baik adalah yang baik terhadap Ibunya, jika ia baik pada Ibunya ia juga pasti baik pada istri dan keluarganya kelak. "Ah ... kenapa hati ini juga berdegub lebih kencang?" Lesti bermonolog dengan dirinya, lalu ia menundukkan pandangannya, ia masih bungkam dengan seribu bahasa.

"Kakak tahu, mungkin kamu masih ragu, sama awalnya juga Kakak sendiri juga ragu, namun seiring dengan berjalannya waktu keyakinan ini semakin tumbuh bahwa Dedek adalah pelabuhan terakhirku."

"Kak ... urusan pernikahan itu nggak boleh lo dijadikan bercandaan, nanti jadi beneran loh, kayak yang udah disampaikan Abah kemarin."

Billar masih ingat jelas bagaimana Abah menjelaskan inti dari hadits bahwa tidak boleh bercanda dalam tiga hal, sebab bercandanya aja bisa jadi serius. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tiga perkara, seriusnya adalah serius, dan candanya adalah serius, yaitu; nikah, perceraian, dan rujuk (membatalkan perceraian). Hadis hasan] - [Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud]

Billar menganggukkan kepala "Ya ... Kakak inget, maka izinkan aku menghapus semua luka yang pernah kamu rasa, menggantinya dengan suka cita, izinkan aku membuatmu bahagia, bukan untuk hari ini saja, tapi selamanya, bukan hanya di dunia tapi hingga ke surga-Nya. Aku berharap tatapanku padamu bukan lagi menjadi dosa tapi berladang pahala setelah ijab sah."

Hati Lesti semakin terenyuh dengan perkataan sosok yang ia panggil Kakak, ternyata orang yang biasanya bercanda, kalau serius gini makin bikin melting. Kedua pipi Lesti seperti tomat merah, tersipu malu sekaligus bahagia, terharu bercampur menjadi satu. Sejujurnya dalam hati kecilnya pun ingin mengatakan "Terima kasih Kakak telah memberikan warna yang indah di pertambahan usiaku, telah menaburkan bunga kebahagiaan dalam sanubariku, Allah kirimkan hadiah terindah dengan cara yang tak pernah terduga, terima kasih Kakak istimewa, terima kasih telah menamaniku melangkah, menawarkanku bahagia, mengobati seluruh luka yang pernah ada, kini ta ada lagi luka yang tersisa hanyalah obat penawar yaitu bahagia."

Namun lidahnya kelu, ia tak ingin terburu-buru, yang ia katakana justru berbanding terbalik dengan perasaan bahagia yang ada dalam hatinya. Lesti menghela nafas panjang "Hmmm ... kalau begitu Kakak yakinkan aku, kita sama-sama meminta petunjuk ke Allah, agar tidak salah salam melangkah, dan kita jalani semuanya dengan niat baik, cara yang baik, mmmm ... Kakak izin aja sama keluargaku."

"Udah, Kakak udah izin sama Bapak sama Mama," dengan bangga dia mengatakan hal itu karena Billar tahu untuk mengambil hati seseorang dengan cara meminta izin dan restu pada orang tuanya.

"Kapan? Kok Dedek nggak tahu?"

"Ada deh ... nggak perlu tahu."

"Dasar sop gurame bikin rame!"

"Hahaha kenapa jadi bahas sop gurame? Hahahah."

"Teteh ... abdi the bogoh ka aenjen." Billar berusaha membuat Lesti tertawa lagi dengan menyanyikan lagunya dengan bahasa sunda.

"Hahahaha, dasar Kang klepon, Kang cendol bisa ae ... ganti lirik lagunya sendiri, entar dimarahin sama pencipta lagunya baru tau rasa."

"Hmmm ... nggak mungkin Bang Syafik marahin Kakak, hahahah yang ada bakalan bikini lagu baru."

"Udah ah, udah malem, istirahat besok harus balik pagi, ke studio awas aja Kakak telat bangunnya."

"Hmmm ... jadi pengen cepet ke MUI buat halalin biar ada yang bangunin."

"Yeee ... dikira Dedek produc makanan apa halalinnya di MUI, bisa ae Kang klepon."

"Yaa biar ada labelnya hahahha."

Rembulan, bintang pun tersenyum melihat senyuman kedua sejoli yang baru saja memantapkan niat untuk melangkah bersama, dengan tujuan ibadah, nggak mau lagi pacaran yang mana menambah dosa. Satu yang terus mereka yakini bahwa skenario baik dan buruk yang Allah berikan adalah yang terindah. Meski perjalanan kedepannya tidaklah mudah, namun jika semua karena-Nya maka Allah akan mudahkan. 




Bagaimana pembaca kesayangan? Wafer atau baper? Pasti ngebayangin real life kan? wkwkkwkw

Semoga sehat dan semangat semuanya

ditunggu vote dan komentarnya

doanya ya semoga segera rampung novelnya

semoga manfaat 

salam sayang dari author


The Fate #LESLAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang