Romantisme Perjuangan

1.1K 102 12
                                    



"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik. 

(QS. Al-Ankabut: 69)

***

75 tahun sudah Indonesia tercinta merdeka, semua berkat romantisme pejuang yang dengan tulus tanpa pamrih berjuang membela Negara, yang rela melayang nyawanya, usaha terus tak pernah putus, doa pun dilangitkan tak pernah pupus, dan semua perjuangan para pejuang tak sia-sia, tak peduli kasta, tak peduli strata, tak peduli harta semua berjuang bersama-sama untuk satu tujuan yang sama, dari kalangan santri maupun kiai, dari kalangan rakyat jelata maupun berpangkat derajatnya, tak peduli dari suku, ras, agama, budaya dan bahasa semua bersatu pada, bahu membahu memerdekakan Indonesia tercinta. Bahkan tanpa diketahui manusia Allah pun turut serta menurunkan bala tentara tak kasat mata, malaikat pun mengaminkan serius hingga akhirnya 'merdeka' dari para tangan-tangan penjajah. 17 Agustus 1945 menjadi sejarah lahirnya bangsa Indonesia merah putih benderanya, merah berani putih suci, keberanian dan ketulusan bangsa Indonesia yang mengantarkan Negara ini berada di titik 75 tahun usianya.

Tahun ini memang berbeda, pandemi memberi jeda, sehingga upacara pun virtual, ada yang tetap mengadakan memang di sebagian tempat, itu pun harus mematuhi protokol kesehatan, lomba-lomba untuk memeriahkan hari lahirnya Indonesia pun hanya terbatas di rumah dan lingkungan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, semua untuk kebaikan bersama, menjaga kesehatan. Dan generasi bangsa Indonesia tetap harus berjuang dan memperjuangkan melanjutkan estafet perjuangan para pejuang yang telah gugur syahid dalam pertempuran, para pejuang yang rela bertaruh nyawa. Merdeka bukan hanya fisiknya namun juga batinnya, merdeka dari intervensi manapun, dan menjaga keutuhan bangsa adalah keharusan.

Termasuk konser kemerdekaan yang diadakan oleh salah satu station tv nasional berjalan dengan lancar, keseruan, kemeriahan, serta keharuan melebur menjadi satu, bertaburan para bintang yang turut serta merayakan, termasuk Kakak dan Dedek yang turut mengisi acara tersebut. Untuk kali petama Kakak menjadi host di acara konser bertajuk kemerdekaan, satu kesyukuran yang luar biasa baginya bisa belajar, menggali ilmu dari banyak orang, khususnya dalam dunia yang baru menjadi host suatu acara.

Nuansa merah putih begitu kental, semarak meramaikan kemerdekan meski di tengah pandemi Alhamdulillah berjalan dengan lancar, senyuman Kakak dan Dedek pun membuat semua penonton turut terbawa suasana bahagia. Keduanya berjalan ke backstage beriringan akan menuruni tangga perlahan dan Bi menawarkan tangannya sebagai pegangan.

"Awas hati-hati turunnya, sini Kakak pegangin, biar nggak jatuh." Bi mengulurkan tangannya ke Dedek.

Dedek ragu untuk menyambut uluran tangan dari Kakak, ia "Nggak usah Kak, udah kayak apa aja dipegangin, banyak orang nanti dilihatin, kalau udah halal aja hahahaha, ups bukan kode."

"Yaudah yuk ... halalin di MUI."

"Hahahah ... terus aja ... kasih stempel, kasih label ada lisensinya sekalian, dasar Kang manga, bisa ae hahha."

"Yee megangin lengan bajunya kok, geer hahhaha."

"Ngeles aja terus Kang klepon."

BLUK ... seluruh pasang mata langsung mengarah ke sumber suara, seperti ada yang jatuh, dan ternyata, orang yang mengkhawatirkan Dedek takut jatuh, yang menawarkan tangannya untuk menjadi pegangan, jatuh sendiri.

"Allahu akbar! Kakaaaaak..."

Bi segera bangkit, dan tertawa lepas begitu pula dengan Dedek dan orang-orang sekitar yang juga tertawa karena ulah dua sejoli ini, yang entahlah kenapa keduanya sama-sama suka tersandung, atau memang ikatan takdir agar mereka sama-sama berpegangan sebagai pasangan dunia akhirat yang saling menguatkan, tak ada lagi acara tersandung atau linglung.

The Fate #LESLAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang