15| Rasa

276 24 3
                                    

THANKS FOR YOU READING ❄

"Hahaha! Makasih hiburan nya Tae," pekik Jisoo dengan senang. Lalu mengudarakan kedua tangannya keatas, ia lambaikan dengan iringan angin yang menerpa.

"Hehe, sama-sama Jis. Kalau ada hal penting Bilang aja ke gue, siapa tau gue bisa bantu," tawar Taehyung masih mengendarai sepedanya, tak lupa keningnya terlihat begitu jelas karena terpaan angin.

Jisoo yang mendengar ucapan Taehyung langsung memeluk pinggang Taehyung sangat erat, Pria itu sedikit terkejut dan sepedanya sempat oleng sedikit,"Makasih Tae udah jadi teman gue yang paling baik! Maaf gue ngerepotin Lo."

"Ga ngerepotin, lagian gue juga senang ngebantuin Lo. Oh iya, tadi Nenek gue masak. Terus niatnya mau gue kasih ke Lo," ujar Taehyung dan menambah laju sepedanya lebih cepat, ditambah bunga sakura di Korea sedang bermekaran. Sore hari itu menjadi indah.

"Beneran? Makasih loh, repot-repot aja bawain makanan itu ke gue," Jisoo tak enak hati. Dan sedikit merenggangkan pelukannya ketika ia tersadar bahwa dirinya memeluk terlalu erat.

Jisoo yang menunduk sambil berpegangan, ia mendengar Taehyung tertawa pelan,"Justru karena gue mau kasih makanan itu, gue jadi ketemu sama Lo yang lagi Nangis. Kalau tadi kita ga ketemu, gue ga tau Lo udah berakhir dimana Jis," Taehyung tahu bahwa Jisoo adalah gadis yang tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Gadis itu menghela nafas, ucapan Taehyung memang benar. Mungkin Jika Dirinya tadi tak bertemu dengan pria itu, sekarang ia sudah berakhir basah karena berdiri sambil menangis dan mengenai dirinya pada air shower yang menyala.

Jisoo kerap kali menangis dikamar mandi, Pikirnya itu adalah tempat dimana ia bisa mengeluarkan Rasa sakitnya tanpa Ragu.

"Aku benci Appa!" sentak gadis itu.

Taehyung sedikit terhenyak, perlahan laju sepedanya merendah. Pria itu teringat akan orang tuanya, ia juga benci. Ia kesal dengan mereka berdua, tapi rasa bencinya dikalahkan oleh rasa sayangnya.

Bagaimana pun, seburuk apapun orang tua Taehyung. Mereka tetap orang tuanya,"Jis. Jangan membenci Appa mu," ujar Taehyung. Sementara Jisoo yang dibelakang hanya menggelengkan kepalanya dan menepis cepat ucapan Taehyung.

"Kalau Appa bisa benci gue? Kenapa gue ga bisa?!"

Taehyung mendengus,"Coba Lo pikir deh Jis. Lo sayang ga? Sama Eomma Lo, Tzuyu, Jennie dan yang lainnya? Lo sayang ga sama mereka?" tanya Taehyung masih merendahkan ritme sepedanya.

"Sayang, gue sayang mereka."

Pria itu tersenyum,"Lo sayang kan Sama mereka? Dan Lo tau ga? Tanpa orang tua, kita ga akan bisa lahir ke dunia. Kita ga bisa menikmati hidup, kita ga bisa ketemu orang-orang yang kita sayang saat ini," lagi-lagi pria ini benar, Jisoo terbungkam. Namun pikirannya berkata bahwa ia harus bicara.

"Tapi? Buat apa gue dilahirkan kalau kehidupan gue kaya gini Tae, Appa ga sayang sama gue," lirih Jisoo, perempuan itu menarik nafas dalam dan menahan tangisnya.

Dan sedetik kemudian Taehyung memberhentikan sepedanya, ia turun diikuti Jisoo yang masih menundukkan kepala.

Sepedanya diparkiran dibawah pohon, Taehyung menarik pelan lengan Jisoo menuju suatu tempat.

"UNDERSTAND!" |VSoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang