"Kalau bisa yang bagian 'Mark sahabatku' blablabla ini," usul Irene yang menjadi korban gagal liburan.
"Sonbae yakin tidak akan ketahuan kalau ini ... baru ditulis misalnya?" Taeyong bertanya, semuanya langsung bingung.
Tapi akhirnya Mark berdecak meremehkan, "Tidak ada yang menjual buku merk ini sejak pabriknya bangkrut tahun 2007. Betul, kan?"
Dasha memetikkan jarinya, "Benar. Ini harusnya menjadi bukti kuat."
Taeyong mengangguk setuju, lalu berusaha mengambil foto diary Dasha dengan angel paling baik, dan berniat memposting di akun resmi mereka. Namun tiba-tiba perhatiannya teralihkan oleh manager Reeve yang masih saja terpaku dan mengetik sesuatu di handphonenya.
"Anda baik-baik saja?" tanya Taeyong, wanita dengan kacamata bulat itu menggeleng, "Ini parah, Dasha, hate comment di sosial media sangat banyak."
Dasha mendengar hal barusan memilih untuk bungkam, tidak berbicara sedikitpun. "Aku ... ada—"
Kalimatnya terpotong karena tangan Seulgi menggenggamnya erat, dan Seulgi menggeleng seraya tersenyum seakan mengatakan, "Jangan takut, aku disini."
Semua member, bahkan manager pun tahu bahwa Dasha bukanlah gadis yang kuat, bukanlah perempuan yang memiliki mental baja seperti idol pada umumnya.
Seulgi, Irene, dan lainnya hanya menghawatirkan masalah mental pada akhirnya, tidak ada yang lain.
"Dasha, kau pucat," ujar Joy, kemudian menyelipkan helaian rambut Dasha ke telinganya. "Tidak apa-apa, kan?"
Dasha menggeleng, "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Sepertinya ... "
Taeyong segera berdiri dan mengambil satu kursi lipat untuk Dasha, "Sonbae-nim, duduk di atas saja," tawarnya ramah. "Ah, terimakasihh, maaf jadi merepotkan begini."
"Tapi kalau sonbae merasa tidak enak badan, apa tidak lebih baik periksa ke dokter dulu?" ujar Jungwoo, tapi Dasha tetap menolak.
"Lebih baik selesaikan ini saja, urusanku bisa belakangan. Aku khawatir jika karir kalian akan anjlok,"
Manager Reeve mengangguk, "Baiklah kalau begitu, Dasha dan Mark, bisakah kalian menulis penjelasan dan permintaan maaf di secarik kertas?"
***
'Dia mengirimkan bukti, untuk apa, sih? semuanya juga sudah jelas, kkkkk'
'Dasar wanita murahan, kemarin saja sudah tertangkap kamera dengan Taeyong. Sekarang Minhyung? seperti jalang.'
'Heol, aku sudah tidak suka dengan orang-orang Amerika itu sejak awal,'
'Anak aneh.'
'Aku berdoa semoga Mark dijauhkan dari ular-ular seperti ini lagi di masa depan.'
Dasha membanting handphonenya. Komentar seperti itu memang bukan masalah besar, tapi apa kalian tidak sadar bahwa disini terlihat hanya Dasha yang seolah bersalah? mereka tidak menjelek-jelekkan nama Mark sama sekali.
Kalau soal jalang, bukannya itu kasar sekali, bahkan untuk masyarakat Asia?
Dasha kemudian bercermin menatap dirinya sendiri. "Apa benar-benar wajahku terlihat seperti jalang, ya?"
Ia kemudian menepis pikiran-pikiran negatif itu. Jadi ingat apa kata Wendy ... "Perkataan orang lain jangan terlalu dipikirkan. Mereka tidak berguna,"
Ya, seperti itulah. Jika dipakai dalam keadaan kritik, mungkin salah, tapi untuk kondisi seperti ini sangat cocok.
"Aku ... takut jika aku akan sakit. Sehat-sehat saja, ya ... "
Dasha tersenyum dan memandangi dirinya. Memang, resiko itu selalu ada. Jika dibandingkan materi yang di dapat, ternyata tekanan dari dalam juga lebih besar.
Yah, semuanya pasti mengalami dengan cara yang berbeda. Untuk hari esok dan seterusnya, Dasha akan mencari nilai positif yang bisa ia dapat.
Semoga, semoga saja bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
capitulate.
Fanfiction[ lengkap, segera terbit ] ft. 마크 리; mark lee ❩❩ jikalau yang akrab engkau sebut masa depan itu adalah keberadaan kita dibumi dibawah rintiknya hujan, maka kau butuh sebuah penghapus, usap kertasmu dan katakan selamat tinggal, sampai jumpa di kehidu...