Extra Pages; Mark's Letter

118 28 18
                                    

Dear, Dasha.

Tidak ada yang abadi, semuanya, baik kesedihan walau kebahagiaan. Hanya nikmati saja prosesnya, itu akan membuatmu semakin dewasa.

Seperti sebutir air mata yang tidak sengaja terjatuh, memeluk hangat biji tumbuhan yang membuatnya tumbuh menampakkan sesuatu yang menakjubkan.

Benar-benar berharga.

Mungkin saat aku menulis ini, saat aku masih bernafas dan melihatmu tersenyum, saat aku masih bisa menjagamu.

Bagaimana jika nanti saat aku sudah meninggal?

Maaf apabila aku membuatmu kecewa selama ini. Tapi terkadang saat aku menyentuh malam, aku merindukanmu, aku mencemaskanmu.

Aku tahu dirimu tidak sekuat itu, maka dari itu aku selalu berpikir yang tidak-tidak tentangmu. Tapi hari ini kau bahagia, bukan?

Tertawalah, aku merindukan sosok Dasha yang penuh tawa.

Tapi,

Menangislah jika kau sudah tidak kuat lagi, tapi tolong jangan beranggapan bahwa semuanya akan baik-baik saja apabila kau menghilang dari semesta.

Suatu saat, ketika aku telah pergi, ingat bahwa tidak ada proses yang menyenangkan. Nikmatilah proses itu selagi masih bisa, dan jangan takut menderita ditengah-tengah kebahagiaan itu sendiri ketika tujuanmu telah tercapai.

Semakin banyak waktu yang kau lalui, semakin banyak pelajaran berharga yang kau dapat. Dan seiring berjalannya waktu pula, dirimu yang baru akan datang, sosok Dasha yang dinanti-nantikan, sosok Dasha yang lebih dewasa.

Jangan menyerah, jangan menyerah. Dimataku, kau adalah bulan diantara bintang, dan matahari diantara para awan. Kau adalah orang yang spesial.

Suatu pagi, dilangit yang cerah, kau mengangkat keatas foto polaroid kita berdua yang sedang tersenyum bahagia, perlahan memudar ditanganmu, tenggelam oleh waktu.

Saat itu kau menoleh ke belakang, gantungan kunci yang kau lihat bersama suamimu dan anak-anakmu yang telah berkarat karena umurnya yang tua, tidak bisa beradaptasi dengan baik karena udara yang banyak berubah di masa depan.

Suatu saat, tatapan ini mungkin akan begitu asing di otakmu, berjalan tanpa arah menyusuri jalan yang gelap gulita.

Ada satu hal yang ingin aku katakan padamu, tapi aku terlalu takut untuk membuka mulut, dan tidak akan ada yang bisa menjelaskan seberapa besar selain diriku itu sendiri.

Tapi memang, terkadang semua yang nyata terasa sangat semu, seperti khayalan anak-anak yang menyedihkan.

Malam itu akan berlalu, ketika kegelapan tak berujung datang, aku berjalan perlahan diantara remangnya jalan, menggenggam erat tanganmu, dan kita tidak perlu takut akan kesendirian

Kita akan selalu bersama, pasti, selamanya bersama sampai kapanpun itu.

Meski hanya sekecil pasir keinginan itu, tetaplah hidup, walau hanya demi melihat bintang jatuh, aku akan selalu ada disampingmu, melihatmu dengan tenang bersama rasa bahagia yang selalu merekah.

Jika memang setelah ini aku pergi tak kembali, tetap tersenyumlah. Setidaknya satu dari dua impian kita telah terwujud dengan tawa.

Tumbuh bahagia dalam jangkauan masing-masing.

Cinta dan kasih, Mark Lee.

capitulate.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang