Sejak berita kecelakaan pesawat yang ditumpangi Mark mulai ditayangkan di televisi, tidak ada yang curiga. Tidak ada yang mengetahui bahwa Mark Lee, idola mereka adalah satu dari ratusan korban meninggal di sana.
Cuaca buruk, memang takdir itu begitu pahit. Semuanya telah mereka lalui bersama selama ini, tidak ada yang bisa disalahkan dan disesali sekarang.
Semuanya tercatat, kebahagiaan, kesedihan sudah sempat singgah walau rahasia Tuhan seberapa lama mereka duduk untuk minum teh di kehidupan kita.
Wendy pernah bilang, bahwa,
"Seseorang hanya muncul sekali di hidupmu. Yang membuatnya terlihat berjuta kali melambai itu hanya durasi, seberapa lama mereka ada di sana. Jadi ku harap kau tetap pada tujuan awal mu, temukan dia, lalu katakan apa yang terkurung di hatimu sebelum semuanya terlambat." (Bagian '3. Find')
Tapi semua mimpi buruk itu menjadi kenyataan. Bibirnya terkatup rapat, tubuhnya membeku bagai kristal. Kenyataan mana lagi yang bisa ia terima?
Semuanya sudah terlambat, tidak ada yang bisa diulangi lagi. Setidaknya Dasha sudah sedikit mengetahui tentang betapa berharganya hidup dan seorang sahabat yang menemaninya selama ini.
Berkorban begitu banyak, dan setidaknya di saat-saat terakhir, ia bisa menangis dalam rengkuhannya yang hangat.
Dasha menengadah, menatap langit mendung yang tak kunjung cerah, menghapus air matanya untuk kesejuta kalinya. Tersenyum manis sambil mengadahkan tangan untuk menampung tetesan air hujan.
Awan akan menggelap pada saatnya, tetesan air akan turun dan kering setelah beberapa waktu, meski terlalu banyak cerah yang hadir. Seperti hidup, rasa senang adalah yang mendominasi, rasa sedih dan marah itu tidak abadi, akan kering dan dihapuskan oleh waktu secara perlahan-lahan.
Taeyong menghampiri, mengusap pundak Dasha secara lembut, dan mengangguk pelan seolah memberi kode. Dasha kembali tersenyum tipis, menutup jendela dan berjalan keluar mengikuti Taeyong.
Untuk sementara waktu, pergi dari sini adalah hal yang paling tepat untuk melupakan semua rasa sakit dan sedih yang ada. Saat hampir mencapai pintu dari ruang tamu apartemen Mark, Dasha menoleh ke belakang sekali lagi, melangkah maju satu langkah, lalu Taeyong menggenggam tangannya lembut, lalu menggeleng.
Satu langkah berjalan maju, tiga langkah berjalan mundur. Tidak bisa, tidak akan pernah bisa. Terlalu banyak kenangan terlukis di sini. Suara tawanya, candaannya, dan semua tingkahnya yang selalu berhasil membuat Dasha tersenyum terekam dengan baik di ruang ini.
Berat rasanya untuk melepaskan ini semua, tidak akan ada lagi seseorang yang mendatangi Dasha saat pagi, memberi makan kucing kesayangan mereka, yang menemaninya berjalan satai di bawah langit malam yang cerah, dan yang selalu mengiriminya surat layaknya hidup di zaman lama.
Dasha mengusap tembok yang sering Mark jadikan sandaran saat lelah, yang jadi tumpuan saat mengemasi barang-barang sebelum semuanya benar-benar terbang ke langit.
Rasanya seperti mimpi, Mark benar-benar pergi secepat itu. Meski aroma tubuhnya masih menempel di kardigan dan kamarnya, sang pemilik tak akan lagi bisa menyentuhnya.
Satu butir air mata kembali menetes mengaliri pipi Dasha saat Taeyong mengunci pintu untuk masuk ke apartemen Mark, dan memutuskan untuk mengakhiri kontrak dengan sang pemilik.
Tak ada lagi yang bisa datang ke tempat penuh kenangan ini. Tidak akan pernah.
Dasha berusaha untuk menerima semua kenyataan meski prosesnya begitu menyakitkan. Berjalan maju dan perlahan-lahan meninggalkan tempat biru tanpa pemilik itu, Dasha bergumam dalam hati, hanya satu permintaannya untuk sekarang.
Jika memang Tuhan berkehendak, Dasha sangat berharap bahwa jasad Mark bisa ditemukan dalam waktu dekat. Untuk terakhir kalinya, ia berharap bisa melihat Mark sekali lagi dalam kondisi yang berbeda.
***
Dear, Mark Lee-ku yang sangat aku sayangi.
Aku selalu menangis dan tersenyum disaat yang bersamaan ketika mengingat dan mengatakan namamu. Kau bahagia di sana, kan? tidak ada antis atau sasaeng yang membuatmu kesal, ya?
Sahabatmu ini ikut bahagia jika memang kau bahagia di sana. Terimakasih atas semuanya, terimakasih, terimakasih, terimakasih.
Aku tidak akan pernah bisa membayangkan betapa abu-abunya hidupku jika kau tidak tersenyum sambil menggenggam tanganku di sampingku.
Terimakasih atas semua kepedulian dan kasihmu selama ini. Surga itu milikmu, sekarang.
Maaf bila aku sering melakukan hal-hal yang mengecewakanmu. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi meski kau tak akan pernah ada untuk menegurku.
Hadiah terbaik untukmu dan Ibu saat ini hanyalah doa, aku akan berdoa dengan sangat tulus untuk kalian, dua orang yang sangat amat ku sayangi.
Sekarang aku hanya bisa menangisi kepergian kalian, maaf karena ini membuat kalian semakin sakit, aku minta maaf.
Sampaikan salamku pada Ibu, ya. Selamat bersenang-senang, sampai jumpa di kehidupan selanjutnya yang jauh lebih baik, ya!
Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, melebihi semua cinta yang pernah kau dapat. Selamat tidur dan selamat jalan, pangeranku, sahabatku, duniaku, Mark Lee.
Tertanda penuh kasih, Dasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
capitulate.
Fanfic[ lengkap, segera terbit ] ft. 마크 리; mark lee ❩❩ jikalau yang akrab engkau sebut masa depan itu adalah keberadaan kita dibumi dibawah rintiknya hujan, maka kau butuh sebuah penghapus, usap kertasmu dan katakan selamat tinggal, sampai jumpa di kehidu...