Dikamar rawat inap, Jeongyeon termenung sambil menyaksikan Jihyo yang perlahan pilih sedang makan makanan rumah sakit dengan sangat lahap. Ia memperhatikan luka yang berada dialis, hidung dan tulang pipi gadis itu yang kini masih dibalut plester.
"Eonnie, jangan khawatir terus, dong. Aku tidak kenapa-napa, kok." Ucap Jihyo, menyadari Jeongyeon tidak berhenti menatap wajahnya.
"Tidak kenapa kenapa!? lalu apa ini!?, ini!? Dan ini!?" Jeongyeon menunjuk semua luka yang terdapat ditangan, dahi, telinga milik Jihyo.
"Jeongyeon-ah." Jungrin memanggil putrinya, ia telah selesai mengemas semua pakaian kotor yang harus dibawa pulang setelah merawat Jihyo kurang lebih tiga hari disini. "Pulanglah, kau harus bekerja besok. Biar ibu dan bibimu yang merawat Jihyo disini!"
Jeongyeon melirik kearah Jihyo yang berada dihadapannnya. Gadis bermata besar itu hanya mengangguk lemah untuk meyakinkan agar Jeongyeon segera pergi.
____
Jeongyeon sekarang berdiri di meja resepsionis bersama dengan Taehyung, mereka tidak sengaja bertemu sebelumnya. Saat ini ia sedang mengatur napasnya, kelelahan membawa semua tas itu dari lantai 7 rumah sakit. Meskipun menggunakan lift, menyeretnya sampai sejauh ini juga butuh tenaga dalam.
"Sudah lebih baik?" Ucap Taehyung, yang dibalas anggukan oleh gadis disampingnya. "Aku berencana untuk makan malam, apakah kau mau ikut?, atau mau menunggu disini saja?"
"Emm." Jeongyeon berpikir, lalu mengangguk sambil mengusap perutnya yang menyedihkan.
Sekarang mereka memutuskan untuk makan bersama dikantin rumah sakit. Taehyung mentraktir Jeongyeon dan memberikan rekomendasi makanan kesukaannya. Jeongyeon hanya menurut, walau batinnya resah menunggu kehadiran Jimin yang berkata akan menjemputnya.
Taehyung memperhatikan Jeongyeon yang sedari tadi hanya sibuk dengan ponselnya, bahkan makanan dinampannya pun hanya ia aduk-aduk, "Sibuk sekali. Membalas pesan dari pacarmu, ya?" Ucap Taehyung, basa-basi.
"Eh?"
"Makan dulu nasinya, nanti keburu dingin dan tidak enak."
"I, iya." Jeongyeon gugup, sekarang ia menaruh ponselnya pada saku celana dan membuka plastik pembungkus sumpit.
Untung saja tas milik Jeongyeon dapat dititipkan pada rekan dekat Taehyung yang berjaga dimeja resepsionis. Setidaknya ia bisa makan dengan tenang tanpa menyeret barang sialan penuh cucian kotor itu.
"WAH, MAKAN BERSAMA, YA!?"
Jeongyeon terkesiap saat Jimin tiba-tiba duduk disampingnya sambil membanting semangkuk kimbap keatas meja.
"Sejak kapan kau disini!?" Lelaki itu menyuap kimbab kedalam mulutnya sambil mengintrogasi Jeongyeon dengan nada yang serius.
"Hah?, kapan kau datang?"
Jimin terdiam, kemudian melepas ikat rambut Jeongyeon secara tiba-tiba. membuat leher kaku wanita itu sampai berbunyi 'krek' karna terlalu kencang.
"Jangan tunjukan lekuk tubuhmu dihadapan orang seperti dia."
"Ish, Kau–, Menyakitiku!" Desis Jeongyeon sambil mengusap lehernya. Jimin berdehem sambil mengaduk mangkuk kimbab dan melirik Taehyung dengan tatapan sinis.
"Kenapa, ya? Ada lelaki yang suka sekali makan bersama dengan kekasih orang!" Sindir Jimin tiba-tiba, membuat Pria dihadapannya menyadari perkataan itu.
"Hush!" Jeongyeon mengusap lengan Jimin agar lelaki itu tidak sembarangan bicara, kemudian tersenyum canggung kearah Taehyung karna merasa tidak enak.
Taehyung berdehem, "Yaa, aku memang senang makan dengan pacar orang, apalagi kalau pacarnya cantik seperti dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SECRETARY YOO
Fanfiction[END] "Cinta pertama ku itu kamu, tapi sekarang sudah habis masa berlakunya." 10-2-20