"Tapi ini manjur, kan?"
"Tentu saja, Nyonya. Jika kau menaruh ini pada saku bajunya, anakmu akan sepuluh kali lipat terlihat lebih cantik dari wajah aslinya."
"Apakah kekasihnya itu akan menjadi semakin sayang padanya?"
"Tentu saja, Nyonya. tentu saja, anak mu akan benar-benar terlihat sangat cantik dan membuat semua lelaki sepuluh kali lipat lebih tertarik padanya."
Jungrin mendekat, kemudian berbisik pada dukun pelet china yang ia datangi. "Apakah jimat ini bisa membuat kekasihnya itu –menjadi lebih bergairah?"
____
Jeongyeon mengemas semua pakaiannya, setelah bersusah payah meminta izin pada sang Ayah. Akhirnya dia diizinkan tinggal dirumah Jimin sampai minggu depan.
Jimin memohon seperti anak kecil. Dia bahkan menggunakan mimik tersedu-sedu saat meminta Jeongyeon untuk tetap tinggal karna dia beralasan konyol yaitu, sakit kepala. Dia berucap sedih karna mengaku hidup sebatang kara dan tidak punya siapa-siapa.
"Ada apa kau melihatku seperti itu?!" Ucap Jeongyeon, saat Jungkook menatap bingung kearahnya sambil bersandar diambang pintu kamarnya.
"Kau, benar-benar akan tinggal dengan nya, ya? Waaahhh."
"Eh, Ngomong ngomong bagaimana dengan ujianmu? Apa ada masalah?"
"Tidak, percayalah aku menyelesaikan itu dengan baik." Jungkook berucap dengan percaya diri, dibalas senyuman manis dari kakak perempuannya.
Jungrin berlari dengan terburu-buru untuk masuk kedalam kamar putrinya, dan langsung mengusir Jungkook sebelum mulai berbicara asal.
"Sana-sana kamu pergi. Eh, Jeongyeon-na kau itu benar tidur dengannya tidak sih!?"
Jeongyeon menghela napas, "Ya Tuhan, Ibu. Aku baru saja pulang dan akan berangkat lagi –kau bahkan tidak terlihat sejak tadi pagi. Tapi sekalinya terlihat, malah menanyakan hal yang aneh seperti itu!"
Jungrin memutar bola matanya. Dia bergegas membuka lemari sang putri, dan memilihkan baju tidur yang akan Jeongyeon kenakan malam ini.
"Kau ini berantakan sekali, sih! Dimana baju tidur pengantin milik nona saerom yang diberikan padamu?" Jungrin berdecak sebal, sambil mengacak lipatan pakaian tidur di lemari Jeongyeon. Semua baju piyama milik putrinya itu benar-benar terlihat membosankan, celana panjang dan kemeja yang kebanyakan berwarna hitam polos. Sekalinya ada motif hanyalah garis-garis putih disekelilingnya.
"Untuk apaan sih, bu?"
"Nah ini, dia!"
"Hah!?"
"Pastikan kau pakai baju ini nanti malam, ya, sayangku."
"TIDAK!, ibu!?"
Jungrin berjalan mendekat dan menangkup kedua pipi anak perempuannya, "Hey anakku yang cantik, tolong dengarkan ibu, ya. Ibu ini sangat sayang padamu, nak. Dengan cara ini kau pasti akan hidup bahagia. Semua bajumu sudah dikemas, kan? Turun dan cepat makanlah, ibu membeli Kue kenari di meja makan."
"Tapi, Aku kan tidak suka kue kenari, bu."
Jungrin berdecih, "Yasudah. Lebih baik kau turun dan makan cepat. Ibu yang akan membereskan ini."
Jeongyeon menggertakan kakinya sebal, saat berjalan pergi setelah didorong paksa oleh sang ibu agar segera keluar dari dalam kamarnya.
Dan setelah memastikan Kalau Jeongyeon sudah turun kelantai bawah. Ibu dari dua anak itu langsung memasukan kertas jimat berisi mantra pelet, yang ia dapatkan dari dukun sakti rekomendasi sahabat karibnya, kedalam kantung celana tidur Jeongyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SECRETARY YOO
Fanfic[END] "Cinta pertama ku itu kamu, tapi sekarang sudah habis masa berlakunya." 10-2-20