25 - Gadisnya Yang hilang

792 111 27
                                    

"Kenapa cepat sekali, sih!?"

Jeongyeon hanya bisa merengut pasrah setelah hampir lima menit Jimin merengek dengan nada aneh seperti ini.

"Kalau aku tidak pulang, Ayahku nanti akan khawatir. Apa kau tidak kasihan padanya?"

"Aku kan juga ayah." Lalu tersenyum sambil menatap manik kekasihnya, "Ayah dari anakmu nanti."

Jeongyeon membelalakan matanya, pria disampingnya itu memang mahluk yang sangat menyeramkan.

"Menginap, ya. Satu hari saja."

Jeongyeon mendesis, "Ish, yasudah. Tapi apakah ada kamar tidur lain? Maksudku kita tidak mungkin akan tidur bersama, kan?"

Jimin tersenyum tengil, ia menyipitkan matanya, "Kalau kau tidak keberatan, sih. Mari tidur bersama."

"TIDAK!"

''Kita tidak akan melakukan apapun, kok."

"Tidak mau, aku pulang saja, deh."

"Tidak, tidak. Jangan, kau bisa pakai kamar yang lain, kok. Jangan pulang!"

Jimin langsung mengambil posisi dengan menaruh kepalanya diatas paha milik Jeongyeon, ia tidur menyamping, menghadap layar televisi yang menampilkan drama Are You Human, Too yang diperankan oleh aktris favoritnya, Gong Seungyeon.

Jeongyeon mengusap pelan surai milik Jimin yang kini tertidur diatas pangkuannya. Tak lama, nafas teratur mulai terdengar. Tentu saja hal itu menandakan kalau Jimin sudah tertidur pulas.

Dengan hati-hati, Jeongyeon bangkit dan menaruh kepala Jimin diatas bantal sofa dengan posisi senyaman mungkin. Ia mencari letak remot ac, tangannya mengusap lengannya sendiri karna ruang tamu ini begitu dingin. Tapi sayang sudah sampai dicari kearah dapur, remot ac belum juga ditemukan. Alhasil Jeongyeon hanya bisa menahan rasa dingin dengan menarik lengan dari sweaternya.

Netranya kini menangkap sosok lelaki yang tertidur damai diatas sofa, bibir lelaki itu agak bergetar menandakan kalau dia juga kedinginan. Jeongyeon rasa mungkin saja pemanas ruangan ini diatur kesuhu yang terlalu rendah, tidak mungkin suhu AC dari ruang tamu sebesar ini dapat membuat orang jadi mengigil.

Sekarang Jeongyeon berinisiatif untuk menyelimuti pria itu, namun ia juga tidak bisa menemukan sebuah selimut. Matanya menangkap salah satu pintu kamar terdekat dihadapannya, namun ia ragu.

"Mungkin disana ada selimut." Gumamnya, ia melirik kearah Jimin. "Tuan, izinkan aku masuk kekamar mu, ya. Hanya mengambil selimut, kok." Lanjutnya, berucap pada diri sendiri.

Langkah kakinya memasuki ruangan besar itu dengan mulut yang menganga, baru saja pintu terbuka ada dua buah wastafel dengan kaca yang sangat keren.

"WAHH!" Ucap Jeongyeon, merasa kagum melihat betapa kerennya kamar ini. Ia melangkah masuk, melihat interior kamar yang sangat modis tidak seperti barang-barang jadul dirumahnya.

"Aku pikir, kau sudah pulang."

"Hah!"

Jeongyeon terkejut saat sebuah tangan dengan suara serak memeluk tubuhnya dari belakang secara tiba-tiba. Itu Jimin, pria itu bahkan menaruh kepalanya ke ceruk leher Jeongyeon hingga membuat jantung wanita itu berdebar-debar.

"Ayo tidur, aku sangat mengantuk."

____

Jimin tinggal di salah satu apartement dengan view pepohonan dipertengahan kota. Tentu saja bukan sembarang harga yang dikeluarkan, untuk tinggal dengan suasana seperti itu diperkotaan saat ini.

Jam delapan pagi adalah jam terbaik untuk melihat pemandangan, tirai jendela berwarna coklat yang sangat besar terbuka dengan otomatis. Membuat sinar mentari masuk, memenuhi sudut-sudut kamar yang tadinya temaram.

Tidak bisa tertidur pulas semalaman akibat ulah Jimin yang memeluknya kelewat erat. Membuat Jeongyeon kini merasa sangat mengantuk dipagi hari.

Merasa bosan dan bingung harus melakukan apa, Jeongyeon memutuskan untuk menelusuri ruangan ini. Ia melangkah kearah Jendela untuk melihat suasana pepohonan dengan embun yang masih menutupi sebagian kaca. Ia kemudian melangkah kearah sudut yang lain dan melihat-lihat pajangan keren koleksi Jimin yang berada diatas drawers.

Namun Jeongyeon tidak sengaja melihat kearah tangga yang mengarah langsung ke lantai dua mezanin. Disana adalah walk in closet tempat Jimin menaruh semua pakaian dan perlengkapannya. Seakan lupa kalau ini adalah hal yang lancang karna sangat penasaran, Jeongyeon memilih untuk melangkah kearah tangga dan mulai berjalan perlahan keatas sana.

Saat sampai, Jeongyeon berjalan masuk sambil mengusap pintu lemari kaca yang didalamnya terpajang pakaian mahal dan perlengkapan tidur yang pastinya bermerek terkenal.

"Wah, pasti semua barang ini lebih mahal dibanding tagihan listrik rumahku." Gumam Jeongyeon, sambil menggelengkan kepala terkagum-kagum.

Ia penasaran dengan salah satu space dari lemari ini, yang berisi perlengkapan wanita seperti jaket, parfum, pakaian, bahkan sepatu. "Loh, memangnya siapa lagi yang tinggal dengan dia, disini?"

Tangannya tidak kuat untuk tidak membuka pintu lemari itu. Banyak sekali Baju perempuan tergantung, dan ada banyak tumpukan kotak parfum dari berbagai merek dirak bagian bawah.

Jeongyeon menemukan sesuatu yang menarik perhatian dibalik tumpukan kotak parfum itu. Ada sebuah figura berisi potret gadis cantik yang sedang tersenyum teduh didalamnya. Dan saat Jeongyeon menarik figura itu, beberapa amplop surat terjatuh kebawah kakinya.

Ia mengambil salah satu amplop itu dan membaca tulisannya, "Nona manisku, yang telah hilang. Kang seu-"

Seseorang tiba-tiba datang dan merebut surat itu dengan paksa. "Apa yang kau lakukan!? Kau merusaknya!?"

Jimin berucap marah, ia mengambil semua amplop yang tercecer dilantai dan menaruhnya kembali pada salah satu laci disana. Ia juga merebut figura yang ada ditangan Jeongyeon dan menaruhnya kembali, ketempat sebelumnya.

"Biar aku bantu-" Jeongyeon menawarkan bantuan karna merasa tidak enak sudah mengacak barang pribadinya, Namun Jimin dengan tegas menolak itu bahkan membentaknya.

"Tidak perlu! Aku bisa sendiri."

Jeongyeon menunduk, lalu memainkan jemari tangannya, "Aku minta maaf." Ucapnya sebelum pergi dari ruangan ini.

____

Jimin terdiam, menatap Jeongyeon dari kejauhan. Ia menyesal saat ini, karna kemarahannya tadi membuat Jeongyeon menjadi lebih pendiam, seharian wanita itu tidak berbicara sepatah katapun. Saat ia mendekat Jeongyeon seolah menghindarinya.

Jimin berjalan kearah dapur, memperhatikan Jeongyeon yang amat cekatan memotong-motong wortel dan sayuran untuk membuat sup.

"Kau sedang masak apa, sayang?" Jimin bertanya, ia memeluk Jeongyeon dari belakang.

Wanita itu tidak menjawab, ia hanya melepaskan kaitan dari tangan Jimin yang melingkar posesif dipinggangnya.

"Ayahku tadi menelpon. Aku harus cepat memasak dan pulang setelah ini."

Saat Jeongyeon akan memasukan sayuran dari atas talenannya kedalam panci berisikan air panas yang telah mendidih, Jimin langsung menyelang dan mematikan kompor. Lalu mengambil talenan berisi potongan sayuran di tangan Jeongyeon kemudian menaruhnya diatas meja.

"Tolong, dengarkan aku." Ucap Jimin, selembut mungkin.

Jeongyeon mendengus pelan, ia membuang wajahnya kesamping dan memilih mengupas kulit apel yang tertata rapih diatas piring buah.

Jimin mencium Pipi kiri Jeongyeon secara tiba-tiba. "Hey, aku Mencintaimu."

"Tidak, kau tidak mencintaiku."

Jimin mengerutkan alisnya, ia ingin mengusap pipi Jeongyeon tapi wanita itu menghindar,

"Kau masih Mencintai, Kang Seulgi."

MY SECRETARY YOO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang