05 - Nona Cantik Yang Baik Hati

1K 142 2
                                    

Langkah kaki Jeongyeon menapaki dipinggiran trotoar jalan dengan tergesa–gesa. Setelah turun dari dalam bus, gadis itu sesegera mungkin berlarian masuk kedalam gedung kantornya karna ia sudah terlambat.

Tali Id card nya terlilit dengan tali tas slempang coklat yang sedang ia bawa, membuat Jeongyeon kesulitan untuk mencari kartu akses masuk kantor karna resletingnya macet.

"Aish, kenapa malah macet sih!"

Karna kesulitan dan sudah dikejar waktu, Jeongyeon melambaikan tangan pada pegawai dimeja resepsionis agar membantunya membukakan akses gerbang putar QR Scanning, supaya dia bisa masuk kelorong yang akan menuju langsung pada ruang kerjanya.

Pegawai wanita itu datang dan menempelkan kartu miliknya agar Jeongyeon bisa masuk, Jeongyeon hanya bisa berterimakasih dengan membungkuk hormat dan segera berdiri untuk berlari secepat mungkin.

Kini Jeongyeon sudah sampai didepan ruangan Tuan Park yang juga merupakan ruang kerjanya. Mulutnya pun mengeluarkan banyak sumpah serapah karna resleting tasnya baru bisa dibuka sekarang, padahal sebelumnya dia harus sampai melewati sebuah kesulitan karena hal itu.

Sebelum masuk kedalam ruangan, Jeongyeon mengatur napasnya dengan sebaik mungkin. Perutnya agak sakit karna berlarian dari rumah nya ke halte bus yang ada dibawah tanjakan. Kini, Jeongyeon mengeluarkan bedak cushion untuk melihat penampilannya dicermin saat ini, beberapa helai rambut yang berantakan ia rapihkan sebaik mungkin.

Setelah usai, ia mengatur napasnya sekali lagi dan mulai membuka pintu tersebut dengan hati–hati. Ia berusaha tetap tenang dan tersenyum, meskipun pikiran buruk terus berputar diotaknya. Mungkin saja, ini hari terakhir ia bekerja diperusahaan ini.

"Kau terlambat." Ucap pria yang terduduk dibangku utama, Presdir Park Jimin kini memperlihatkan aura tegasnya hingga membuat Jeongyeon bergidik kengerian.

"Maafkan aku." Jeongyeon membungkuk dan meminta maaf. "Tadi semua kendaraan sudah penuh, aku sulit untuk–"

"Apakah aku bertanya tentang hal itu?" Potong Jimin, ia melipat tangan diatas dada. Sedangkan Jeongyeon kini hanya tertunduk takut sambil memainkan jari–jemarinya.

"Tidak tertarik mengerjakan tugas pertama?"

Saat Jeongyeon menaikan pandangannya, ia menangkap mata Jimin yang melirik kearah meja diujung ruangan. Dan saat gadis itu berbalik, ia sampai menutup mulutnya dengan kagum.

"Ehm, tolong cek laptopmu. Apakah seluruh database milikku berhasil diimpor kedalam sana." Jimin berdehem, membuat Jeongyeon mengangguk paham dan sesegera mungkin berjalan kearah meja kerjanya.

"Wahhh.." Jeongyeon menahan gejolak hasratnya untuk berteriak, ia mengusap meja coklat dengan aksen hijau itu sambil berdecak kagum. Matanya melirik kearah Jimin, pria itu kini sedang sibuk dengan komputernya, membuat ia tersenyum senang karna ini merupakan sebuah kesempatan.

Jeongyeon mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, dengan hati–hati ia memotret meja kerja barunya juga seluruh isi dari ruangan ini. Dengan gerakan cepat, ia mengirim gambar itu ke kontak sang ibu dengan harapan meluluh lantahkan keinginan Jungrin agar dia cepat–cepat menikah.

_____

Di sebuah kafe roti dekat tanjakan komplek perumahan Distrik Gwangjin, Jungrin tengah mengadakan pesta teh bersama keempat teman seusianya.

"Hyuren-na ku sangat bahagia menikah dengan woobin, karna anak lelaki itu sudah mapan, sekarang mereka punya rumah sendiri." Ucap Nyonya Kim, dia adalah wanita bertubuh gempal dengan pakaian nyentrik.

MY SECRETARY YOO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang