Set it Free

24 3 0
                                        

Riuk piuh siswa yang berlalu lalang melintasi koridor menjadi nyanyian indah bagi seorang gadis yang sedang duduk manis di bangku taman sekolahnya. Dengan sebuah buku ditangannya, ia fokus mengisi soal yang tertera tanpa peduli pada sekitar. Tak lama ada seseorang yang menghampiri dan duduk di sebelahnya.

"Sya, gak kangen apa sama aku?" Sang pemilik nama pun menghentikan aktifitas nya dan menatap lawan bicaranya.

"Eh, kamu key, Udah pulang ya. Gimana, menang gak?"
Ia menatap Keyzi dengan senyuman yang sangat tipis.

"Iya dong, siapa duluuu, hehe" Arsya ikut bahagia atas keberhasilan Keyzi dalam Olimpiade Internasional yang diikutinya.

"Jadi kapan rencananya kamu ngungkapin perasaan kamu ke Azriel?" Keyzi menaruh tasnya di samping bangku tempat mereka duduk, kemudian menatap Arsya dengan serius.

"Rencananya hari ini Sya, aku gugup banget Syaaaa....astagaaa," Keyzi menutup wajahnya malu. Arsya mengerti dengan yang Keyzi rasakan, lalu menepuk punggung Keyzi.

"Enggak usah gugup kali Key, santai aja. Satu pesan aku, kalau nanti semuanya gak sesuai ekspektasi kamu, jangan pernah sedih. Kamu harus tetap lanjutin mimpi kamu, janji ya sama aku," Keyzi kembali menatap Arsya, ia tersenyum lalu memeluk Arsya.

"Iya Sya, aku janji," Arsya hanya tersenyum, sangat tipis. Dan berakhir ketika Keyzi izin pamit untuk melanjutkan rencananya hari ini untuk menemui Azriel.

.

.

Di taman belakang sekolah, seorang pemuda sedang duduk di bawah pohon dengan ditemani oleh sebuah buku tebal di tangannya. Matanya sangat fokus membaca persamaan reaksi glikolisis respirasi aerob. Sangat fokus, sampai tidak menyadari bahwa dari tadi ada yang memperhatikannya dari jarak 2 meter di belakangnya.

Seorang gadis berjalan mengendap-endap agar bisa mengejutkan pemuda itu. Dan setelah sampai rencananya ia ingin mengejutkan pemuda itu. Tadinya ia ingin berteriak, sebelum....

"Ngapain lo," Ternyata kita salah bung.... Sang pemuda sudah tahu rupanya kalau ia akan dikerjai.

"Ah lo gak seru, gagal jadinya rencana gue," Keyzi cemberut dan duduk disamping Azriel. Azriel hanya terkekeh melihat Keyzi, dan menoyor kepala Keyzi.

"Bego jangan dipelihara, siapa juga yang enggak sadar dengan langkah kaki lo yang kayak suara tikus?" Keyzi hanya melayangkan tatapan membunuh kepada Azriel.

"Aduh, serem banget mukanya mbak, takut dedeq" Azriel tertawa puas melihat ekspresi Keyzi sekarang.

"Udah ah, gue tuh kesini mau ngomongin hal penting," Azriel menyudahi tawanya dan kemudian menatap Keyzi dengan serius. Keyzi tertegun dan salah tingkah melihat tatapan Azriel.

"Mau ngomong apa?" Azriel penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh Keyzi. Memang Azriel adalah tipe orang yang susah ditebak, apa yang sedang dipikirkannya tidak ada yang tahu. Ia sangat pintar menutup dirinya sendiri.

"Zriel, dengerin gue dan jangan dipotong selagi gue ngomong," Keyzi meremas roknya karena gugup. Azriel hanya mengangguk mantap mengiyakan.

"Zriel, dari semenjak kita pertama kali ketemu di Club Olimpiade, semenjak itu juga gue udah suka sama lo. Maaf gue harus ngomongin masalah ini ke elo, karena gue gak bisa nutupin perasaan terus menerus. Gak baik buat hati gue," Keyzi menatap hamparan rumput di taman belakang sekolahnya itu, tidak berani melihat ekspresi Azriel sekarang.

"Lo enggak perlu jawab kok, gue udah nerima kemungkinan terburuknya. Gue cuma mau ngungkapin, jadi jangan sampe ini semua ngerusak persahabatan kita," Keyzi melanjutkan ucapannya. Azriel mengacak rambut Keyzi dan terkekeh.

"Kayak bukan elo aja, ini Keyzi apa bukan?" Keyzi menatap Azriel dengan tatapan membunuhnya.

"Gue serius tau, lo main-main mulu deh," Keyzi cemberut dan itu membuat Azriel mencubit pipinya gemas.

"Gue kira sosok Keyzi Andara itu hanya mencintai dirinya sendiri. Ternyata dia bisa jatuh cinta juga sama cowok, ya" Azriel melihat apa yang ditatap oleh Keyzi tadi, yaitu rerumputan yang terlihat panjang karena jarang dipangkas. Dan Azriel malanjutkan,"Tapi gue udah anggep lo sahabat gue, perasaan gue hanya sebatas rasa sayang ke sahabat aja. Gue minta maaf sama lo karena harus menjawab ini,"

Keyzi tersenyum, ya senyum palsu. Senyuman penuh kepedihan. Ia memang sudah memikirkan kemungkinan terburuknya, namun ini tetap saja menyakitkan. Pertama kalinya ia jatuh cinta, saat itu juga ia patah hati. Perasaan ini membuatnya ingin duduk dan makan sebanyak-banyaknya. Ya, memang makan adalah hal terbaik dalam mengatasi patah hati.

"Zi, kok bengong? Jangan sedih ya, mungkin saat ini belum ada perasaan khusus di hati gue, tapi ga ada yang tahu sama masa depan kan? Tuhan itu maha membolak-balikkan hati. Mending kita fokus capai cita-cita dulu, nanti urusan perasaan biar Tuhan yang rencanakan," Azriel tersenyum tulus kepada Keyzi, ia menumbuhkan sebuah harapan di hati Keyzi.

"Siapa yang sedih, gr amat deh lu," Keyzi menepuk kuat bahu Azriel, menampilkan deretan giginya.

"Yaudah, jangan terlalu dipikirin. Yok kita fokus aja ke masa depan, semangat!!" Azriel selalu berhasil membangkitkan semangat Keyzi.

Mereka pun menghabiskan waktu sampai jam 5 sore di halaman belakang sekolah. Hari itu, halaman belakang sekolah dipenuhi dengan canda dan tawa yang menyembunyikan sebuah luka.

🐋🐋🐋

Arsya sedang termenung di kamarnya, ia sedang memikirkan tentang cara melanjutkan pendidikannya. Mungkin ia harus bekerja setelah lulus sekolah, karena ia belum ada uang untuk membayar biaya masuk kuliah. Arsya juga tidak begitu ingin untuk kuliah, ia berpikir untuk merintis usaha sendiri. Tapi ia bingung ingin berjualan apa, ah itu bisa dipikirkan nanti.

Arsya beranjak membuka laci di nakasnya. Ia mengambil dompet tempat ia menyimpan tabungannya. Ia menghitung uangnya dengan teliti. Arsya berpikir untuk pergi ke kota lain agar ia bisa melupakan kenangan pahit di rumah ini. Ia berharap tabungannya cukup untuk memenuhi keinginannya.

Sudah pukul 11 malam, Arsya mengantuk. Dia lelah setelah bekerja, dan ia menaruh tabungannya kembali di laci nakasnya. Dan ia merebahkan diri di kasurnya, Arsya kembali teringat kejadian di sekolah tadi, wali kelas menyuruhnya untuk menyanyi di acara perpisahan mereka nanti. Arsya memang mempunyai suara yang bagus. Ia malas sekali menuruti kemauan wali kelasnya, tapi ia tak bisa membantah.

Hari ini membuatnya lelah, mulai besok ia akan mulai menghemat energi. Ia menatap langit-langit kamarnya, dan tak lama kemudian ia pun tertidur dengan lelap.

To be continue...



Mengejar Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang