Harapan Untuk Peri Kecil

38 6 0
                                    

Sang surya belum bangun dari tidurnya, namun hal itu tak membuat Arsya bermalas-malasan di kasur sederhananya. Hari ini hari kamis, ia masih harus pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu demi menggapai semua impiannya. Ia bangun dari tidurnya, lantas mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Pukul 06.00 pagi, Arsya sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Ia sangat manis mengenakan kemeja putih dilapisi almamater berwarna navy serta rok selutut berwarna serupa. Tak lupa rambutnya ia kuncir kuda agar tak mengganggu saat ia sedang belajar. Arsya keluar dari kamarnya untuk membuat sarapan dan menyuapi mamanya. Ia selalu bangun lebih awal agar bisa mengurus mamanya terlebih dahulu. Ia membuat 2 porsi nasi goreng untuk ia dan mamanya. Ia pun menyuapi mamanya sambil bercerita ringan, yang tentu saja hanya ditanggapi dengan tatapan kosong.

"Ma, Arsya mau berangkat sekolah. Hari ini ada ulangan biologi loh ma, walaupun Arsya gak pinter, Arsya pasti bisa dapat nilai yang bagus kok. Mama doain Arsya yah," Setelah menyuapi mamanya, Arsya kemudian pamit dengan mengecup pipi serta mencium tangan mamanya. Arsya pergi kesekolah dengan menaiki bus, ia sangat suka memandangi kota melalui jendela bus. Ia merasa nyaman dan bisa melihat berapa sibuknya semua orang yang sedang beraktivitas.

Arsya melangkahkan kakinya yang dibalut sepatu hitam berlist putih menuju koridor sekolahnya. Itulah SMA Cakrawala, tempat ia menimba ilmu. SMA yang berisi orang-orang yang populer di masyarakat. Kaya, fashionable, serta pintar, itulah kata-kata yang bisa mendeskripsikan siswa-siswa dari SMA Cakrawala. Arsya melintasi koridor dengan tenang menuju kelasnya. Arsya bukanlah siswa yang famous, ia hanya gadis yang pendiam dan tidak mudah bergaul. Arsya hanya memiliki satu teman.

"Sya! Woi Sya!," Panjang umur si teman Arsya, namanya Keyzi Andara, panggil saja Keyzi. Hanya Keyzi yang dekat dengan Arsya. Keyzi pun tau jika Arsya sering menampilkan senyum palsu untuk menutupi lukanya. Seringkali Keyzi berusaha untuk membuat Arsya berbagi mengenai lukanya, namun Arsya hanya menolak dengan halus dan disertai senyuman.

"Iya key, aku denger. Gak usah teriak lagi," Arsya menoleh dan melempar senyum manis kepada Keyzi.

"Ih, kamu kemarin kok gak masuk sekolah? Aku nyariin tauuuuu" Keyzi cemberut menatap Arsya. Memang kemarin Arsya izin untuk tidak masuk sekolah karena ia ada urusan dengan penerbit novel nya.

"Aku kemarin harus ketemu sama editor aku, untuk diskusiin tentang novel terbaru aku,"

"Waaahh, hebat tuh. Nanti aku baca ya novel baru kamu," Keyzi girang mendengarnya, ia memang salah satu penggemar tulisan Arsya. Bagi Keyzi, semua karya Arsya sangat menyentuh hati saat dibaca. Membuat para pembacanya tenggelam dalam cerita yang dibuat Arsya.

"Harus dong, masa kamu gak baca, hihi" Arsya terkikik geli melihat ekspresi Keyzi yang sangat antusias.

"Eh besok tuh ada pertandingan basket dengan SMA Nugraha, kita nonton yuk!" Keyzi teringat dengan pengumuman yang sempat ia baca saat melewati mading tadi.

"Hm, boleh aja tuh. Aku gak keberatan, asal jangan kesorean pulangnya," Arsya memikirkan mamanya, ia tahu jika mamanya sendiri dirumah. Dan Arsya tak mau meninggalkan mamanya terlalu lama.

"Ia Syaaaa, gak kesorean kok. Lagian yaaa, pemain dari SMA Nugraha tuh ganteng-ganteng banget!" Keyzi histeris kala mengingat betapa tampannya para lelaki dari SMA Nugraha.

"Huh kamu tuh, selalu aja mikirin cowok. Kayak gak ada hal lain aja," Arsya menggeleng melihat Keyzi. Keyzi adalah peminat para pria tampan, seperti para gadis umumnya. Arsya juga sebenarnya, bagaimanapun ia juga masih normal. Tapi ia hanya ingin tetap fokus pada tujuan awalnya.

"Iya Arsya Natalia, aku juga mikirin hal lain. Btw, salah satu pemainnya itu namanya Kak Arga. Nama lengkapnya Arga Dwi Putra. Ganteng banget loh Sya, mana namanya mirip lagi sama kamu. Mungkin jodoh kali ya,"

"Ish ngawur aja deh kamu Key," Mereka pun sampai di kelas mereka. Itu adalah kelas 11 IPA 1. Kelas para murid yang berbakat serta pintar. Keyzi adalah siswa dari club olimpiade biologi. Meskipun dari luarnya ia terlihat konyol dan maniak pria tampan, ia adalah salah satu aset sekolah dalam cabang olimpiade biologi.

Mereka duduk di kursi mereka nasing-masing. Arsya duduk di samping Keyzi, mereka memang sangat dekat semenjak masih kelas 10. Kelas dimulai dengan tenang saat Bu Eva memasuki kelas dan memulai pelajaran Prakarya.

***

"TIDAK! SUAMI SAYA MASIH HIDUP, IA TIDAK MATII, KALIAN TIDAK BOLEH MEMAKAMKANNYA!" Arsya terkejut mendengar teriakan dari kamar mamanya. Ia berlari menuju kamar mamanya, dan ternyata mamanya sedang mengalami kilas balik saat ayahnya akan dimakamkan.

"Ma, tenang. Ma, ini Arsya. Jangan teriak lagi ma, kita udah bahagia sekarang. Mama gak boleh sedih lagi. Mama harus kuat, ma," Arsya menahan air mata yang sangat ingin tumpah dari pelupuk matanya. Ini semua sangat berat ia jalani.

"SIAPA KAMU! SUAMI SAYA MASIH HIDUP!" Mamanya masih berteriak histeris. Arsya masih berusaha menenangkan mamanya. Arsya memeluk mamanya agar tenang. Dan benar saja, mamanya perlahan-lahan mulai tenang di dalam dekapan Arsya.

Arsya pun menarik selimut mamanya, ia membiarkan mamanya kembali terlelap di dalam tidurnya. Arsya mencium kening mamanya dan kemudian kembali ke kamar untuk melanjutkan kegiatannya.

"Aku harus kuat, aku gak boleh terlarut dalam kesedihan. Lebih baik aku lanjut nulis lagi," Arsya mencoba tersenyum kepada dirinya sendiri. Semua hal yang terlihat di dunia ini, belum tentu itu adalah hal yang terjadi sebenarnya. Jadi lebih baik kau mengenalinya terlebih dahulu, baru menilai seseorang.

TBC

Keyzi Andara

Keyzi Andara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mengejar Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang