Lagi-lagi Perpisahan

19 2 0
                                    

For Home - NCT U

.

.

.

Happy Reading

Hari ini tanggal merah, hari libur nasional. Pukul 9 pagi Arsya masih berbaring di kasurnya. Gadis ini sangat malas untuk sekedar ke dapur membuat sarapan. Dia membalikkan badannya kearah nakas, sehingga tak sengaja matanya melihat bingkai foto yang selama ini dia abaikan.

Dalam foto itu terlihat mama dan papa beserta dirinya tersenyum lebar menghadap kamera. Dia ingat saat diambilnya foto ini. Saat itu papanya tengah menghadiri pesta yang diadakan oleh teman sekantornya. Arsya sangat senang ketika papanya mengatakan bahwa mereka akan pergi ke pesta. Karena dulu Arsya sangat menyukai film barbie dan princess.

Arsya mengenakan gaun berwarna silver sebatas lutut kala itu. Mamanya juga sangat cantik mengenakan gaun panjang berwarna navy, serta papanya mengenakan jas berwarna selaras dengan gaun mamanya. Papanya adalah manager di kantor, kedudukan yany cukup tinggi dan dengan gaji yang cukup tinggi pula. Arsya tidak memiliki kekurangan apapun kala papanya masih hidup.

Arsya teringat perkataan papanya saat melihat penampilannya.

"Anak papa nanti harus bisa jadi penulis terkenal ya, papa pasti bangga banget sama kamu. Tapi, meskipun kamu gak jadi penulis juga papa akan selalu bangga sama kamu kok," Masih melekat dalam ingatan Arsya, senyuman papanya yang sangat menenangkan saat itu.

"Tapi Arsya harus ingat, Arsya gak boleh nyerah sesulit apapun masalah yang lagi Arsya hadapi. Arsya kan tau kalo dengan berusaha aja bisa gagal, terus kalo Arsya nyerah bakal dapet apa?"

"Hmm, gak ada pa. Hehe, Arsya janji kalo Arsya gak akan nyerah!" Papanya menyodorkan tangannya mengajak Arsya untuk tos.

Arsya seperti kembali disadarkan, seharusnya dia tidak memilih untuk menyerah. Bukannya dia sudah lama berjuang untuk meraih impiannya? Lalu mengapa dia sekarang menyerah?

Arsya bangkit dari ranjangnya lalu berjalan menuju meja belajarnya. Gadis itu membuka laptop lamanya yang berisi project buku barunya yang tertunda.

Arsya duduk diatas kursi dan mulai mengetik untuk melanjutkan novelnya itu. Mulai saat ini, Arsya memilih untuk melanjutkan impiannya dan tidak akan menyerah lagi. Bukankah dia sendiri yang bilang pada Keyzi bahwa dia lebih mementingkan impian daripada cinta? Bukankah papa dan mamanya juga akan kecewa padanya jika Arsya menyerah?

Arsya meyakinkan dirinya bahwa mama dan papanya sudah bahagia diatas sana. Dan mulai saat ini, Arsya harus berusaha untuk tidak menyerah atas keadaan apapun yang dialaminya.

Ketikannya pada laptop terjeda dan memilih untuk mengambil handphone diatas ranjangnya. Dia menelpon editornya untuk mengabari bahwa dia siap melanjutkan project novel terbaru.

"Halo kak ril,"

"Astaga Sya, akhirnya kamu nelpon aku. Ada apa?" Arsya meringis merasa bersalah.

"Itu kak, aku siap lanjutin project novel baru." Aril berteriak diseberang sana sakin senangnya.

"Ini beneran?! Syukurlah kalo kamu udah pikirin ulang masalah ini Sya. Yaudah nanti aku yang urus ke penerbit, kamu fokus aja nulisnya ya."

Mengejar Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang