Senja mulai menapaki cakrawala, mengiringi langkah Arsya menapaki jalan yang mulai lengang ini. Senyum menghiasi wajahnya yang dibelai oleh hembusan angin. Lelah tak menghalangi kebahagiaannya hari ini, ya hari ini ia mendapat penghasilan yang lumayan dari penjualan bukunya yang baru saja diterbitkan. Arsya ingin segera bercerita dengan mamanya dan memeluk mamanya, rasanya rindu sekali dengan mamanya.
Setelah sampai di depan rumahnya, Arsya berlari masuk kedalam rumah. Ia menghidupkan seluruh lampu dan pergi ke kamar mamanya. Ia melihat mamanya sedang berbaring di ranjangnya. Arsya duduk di tepi ranjang mamanya. Arsya tak sengaja menyenggol tangan mamanya yang dingin. Arsya memanggil mamanya, dan tak ada respond. Arsya memperhatikan wajah mamanya dengan detail. Wajah itu...sangat pucat, dengan mata terbuka.
Arsya panik dan mengguncang bahu mamanya serta berteriak memanggil nama mamanya. Sungguh, ia sangat khawatir, ia tak ingin kemungkinan buruk terjadi. Ia berteriak dengan histeris memanggil mamanya, sehingga tetangga sebelah rumahnya pun datang karena ingin tahu apa yang terjadi dengan Arsya.
"MA! MAMA!!!! BANGUUUUUN, ARSYA MAU MAMA BANGUUUUN, POKOKNYA MAMA BANGUN!" Arsya masih histeris.
"Sya, ini ada apa? Mama kamu kenapa?" Bi Ningsih, tetangga yang rumahnya berada tepat di samping rumah Arsya pun bertanya karena panik mendengar teriakan Arsya.
"Bi,bangunin mama bi, mama harus bangun" Air mata mulai berlinang di wajah Arsya. Bi Ningsih memeriksa denyut nadi dan nafas mama Arsya.
"Ayo kita bawa ke rumah sakit Sya, bibi ga mau asal ngomong ke kamu," Bi ningsih kemudian keluar dan memanggil anaknya untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Kebetulan anak bi Ningsih adalah sopir, jadi ia mempunyai kendaraan untuk mengantar mereka.
"Sya, ayo bantu gotong mamamu," Mereka kemudian bergegas kerumah sakit untuk mengetahui keadaan mama Arsya dengan pasti.
Setelah sampai dirumah sakit, mama Arsya langsung diperiksa oleh dokter di ruang UGD. Arsya, bi Ningsih serta anaknya pun menunggu di ruang tunggu.
Tak butuh waktu yang lama, dokter keluar dengan raut wajah yang tak bisa diartikan.
"Dengan keluarga pasien?" Dokter bertanya untuk memastikan.
"Iya dok, saya anaknya," Arsya menjawab dengan suara serak dan mata yang sembab.
"Maaf, tapi pasien tak bisa diselamatkan. Sudah sangat terlambat untuk membawanya kerumah sakit. Sekali lagi kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Menurut hasil pemeriksaan, pasien meninggal karena mengalami gagal jantung dan nyawa pasien sudah tiada sekitar 1jam yang lalu," Dokter menjelaskan dengan wajah yang menyesal.
"Dokter jangan bercanda, mama sehat kok, mama tadi cuma bercanda aja sama Arsya, iya kan bi?" Arsya tersenyum aneh meminta jawaban dari bi Ningsih.
"Sya, yang sabar ya. Tuhan tahu kalau kamu kuat ngadepin ini semua," Bi Ningsih meneteskan air mata melihat keadaan Arsya sekarang.
"ENGGAK, KALIAN BOHONG! MAMA BAIK-BAIK AJA! MAMA BAIK-BAIK AJAAAAAA!" Arsya histeris karena tak bisa menerima kenyataan.
Ini semua sangat berat untuk Arsya, sudah tak ada alasan lagi untuknya melanjutkan hidup. Sudah tak ada lagi yang ingin ia bahagiakan di dunia ini. Semua impiannya sudah berakhir. Semua keinginannya sudah terkikis. Semua habis, direnggut takdir illahi.
***
Semua keramaian ini tak pernah sedikitpun Arsya bayangkan. Keramaian ini sama sekali tak pernah ia impikan. Keramaian orang-orang yang datang untuk berbela sungkawa mengucapkan Turut berduka cita kepadanya.
Kini Arsya hanya bisa terduduk dengan pandangan kosong. Cahaya kehidupannya sudah sirna, semua sudah terkikis habis.
Terlihat teman-teman Arsya datang untuk berbela sungkawa. Keyzi pun datang dengan raut yang penuh dengan kekhawatiran. Kini Arsya bukan lagi Arsya yang dikenalnya dulu. Tak ada lagi senyuman dari wajah Arsya. Yang ada hanyalah Arsya dengan wajah datar tanpa emosi. Semua mimik wajah itu hilang.
"Sya, kamu harus kuat. Aku yakin kamu bisa hadapi ini semua, aku tau kamu hebat," Keyzi menangis melihat keadaan Arsya. Arsya tak merespond sama sekali. Dipandangan Arsya hanya ada kegelapan.
"Sya, kamu harus bangkit, kamu ga boleh berlarut dalam kesedihan terus menerus. Masih banyak yang harus kamu capai ," Keyzi masih mencoba mengajak Arsya berbicara.
"Key, udah ga ada yang perlu aku capai. Udah ga ada orang yang ingin aku bahagiain. Semua udah diambil Tuhan, semua udah direnggut Tuhan," Arsya menjawab dengan ketenangan yang mengganjal. Ia mengakhiri kalimatnya dengan melempar senyum kepada Keyzi.
"Key, maaf aku ga bisa temenin kalian disini. Aku mau istirahat di kamar. Aku minta maaf ya," Arsya pamit untuk pergi ke kamarnya. Jujur ia tak sanggup terus berada di sini, tempat ia melihat tubuh mamanya ditutupi dengan kain dan diiringi dengan lantunan surah yasin.
Keyzi menatap kepergian Arsya dengan tatapan sedih. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Arsya sekarang. Semua masalah Arsya sangat rumit ia mengerti, atau mungkin terlalu berat untuk ia rasakan.
Keyzi dan teman-temannya mulai membacakan surah Yasin untuk Almarhumah mama Arsya. Dan setelah selesai, mereka pamit untuk pulang kepada bi Ningsih yang sementara waktu menemani Arsya di rumah.
***
Hari mulai gelap, tapi Arsya enggan untuk beranjak dari kamarnya. Lampu kamarnya pun tak ia hidupkan, seakan kegelapan adalah teman setianya.
"Sya, bibi pulang ya, udah malem nanti anak bibi nyariin. Kamu gapapa kan sendiri? Kalo ada apa-apa panggil aja bibi di sebelah," Terdengar suara bi Ningsih dari balik pintu kamar Arsya. Arsya beranjak dan membuka pintu kamarnya.
"Iya bi, makasih udah nemenin aku hari ini," Bi Ningsih memeluk Arsya singkat kemudian berbalik menuju rumahnya.
Kini arsya hanya ditemani suara jangkrik yang nyaring. Tak lupa pula kegelapan yang sudah menyelimuti pandangan dan hatinya. Semua gelap, semua cahayanya sudah direnggut. Semua mimpi tlah lenyap. Sudah tak ada alasan ia untuk hidup.
Mulai saat itulah sifat Arsya berubah drastis. Ia sudah bukan lagi Arsya yang dikenal dengan senyuman manis yang selalu bertengger di wajahnya. Ia hanya akan dikenal sebagai gadis berwajah datar tanpa emosi. Semua kelelahannya terhadap dunia sudah tak bisa ia sembunyikan lagi. Dan semua ini adalah akibat dari semua yang ia alami, yang sudah tak bisa ditutupi dengan sebuah senyuman palsu.
Tbc
Jangan lupa vote dan comment ya:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Senja
Teen FictionIni tentang gadis bernama Arsya. Anak tunggal yang ditinggal ayahnya ke Surga. Yang tersisa hanyalah mamanya yang tak bisa merespond semua ceritanya. Ia berjuang sendiri menghadapi kesepian yang dialaminya. Sampai takdir berkata bahwa, akan ada ses...