Monoton

27 4 0
                                    

Satu tahun sudah berlalu semenjak kematian mamanya, selama itupun Arsya sama sekali tak mendengar kabar dari Arga. Nomor ponsel Arga yang sempat dipintanya pun tak berguna. Banyak sekali pesan yang sudah ia kirim kepada Arga, namun tak kunjung mendapat balasan.

Ingin sekali rasanya ia bertemu Arga, tapi rasanya ia sudah tak mengharapkannya lagi. Satu tahun bukanlah waktu yang singkat, ia bosan menunggu. Sepi sekali hidup Arsya rasanya. Ia tak tahu harus bagaimana lagi melanjutkan hidup.

Sekarang ia hanya ingin lulus dari sekolah ini. Ia ingin cepat-cepat menyelesaikan masa ini. Satu tahun ia lewati dengan kesendirian, monoton. Bahkan Keyzi pun tidak dapat mengisi kekosongan dalam hidupnya.

"Sya, udah ya jangan melamun terus. Kalo kamu mau cerita, langsung cerita aja ke aku. Jangan kamu pendam terus, ya" Keyzi lelah dengan sikap Arsya setahun belakangan. Sudah sering ia menghibur Arsya, namun tak kunjung menemukan keberhasilan.

"Aku gapapa," Arsya menjawab Keyzi tetap dengan wajah datarnya. Semua ekspresi itu hilang entah kemana.

"Sya, aku mohon banget sama kamu. Jangan sembunyiin sesuatu dari aku. Kita sahabat kan Sya, kalo kamu masih anggep aku," Wajah Keyzi muram, ia sudah tak tahu harus bagaimana lagi.

"Gak ada Key, aku gapapa" Percakapan itu terhenti saat guru memasuki kelas dan memulai pelajaran.

***

Semenjak kematian mamanya, Arsya berhenti menulis. Ia membiayai hidupnya dengan bekerja paruh waktu di sebuah cafe. Setelah pulang sekolah ia akan langsung menuju tempat kerjanya. Karena itu Keyzi sangat sulit menemui Arsya, kecuali saat di sekolah.

Semenjak mereka kelas 12, Keyzi jadi semakin sibuk dengan kegiatan Olimpiade nya. Ia berhasil memenangkan Olimpiade tingkat Nasional dan akan dikirim untuk mewakili Indonesia, untuk Olimpiade Biologi Internasional yang akan diadakan di Universitas Harvard.

Dan semenjak itu juga Arsya dan Keyzi jadi semakin jauh. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Arsya juga sedang fokus untuk Ujian Nasional yang akan segera diadakan. Ia tak mau menjadi siswa yang tidak lulus dan tidak berguna. Karena ia hanya tinggal sendiri di dunia ini. Tak ada lagi yang akan menampungnya lagi. Sudah tak ada.

"Sya, tuh di meja depan ada pelanggan, sana tanya dia mau pesan apa," Ujar rekan kerjanya, Airis.

"Iya Ai," Arsya menuju ke meja yang dibicarakan Airis.

"Selamat Sore, ada yang bisa saya bantu?" Arsya berbicara seramah mungkin kepada pelanggannya.

"Iya, paket menu utama saja" Arsya mencatat pesanan orang itu, dan kemudian pamit untuk membuat mengantarkan catatan pesanan tersebut.

Arsya biasanya bekerja mulai dari jam 4 sore sampai jam 10 malam. Ia memang sengaja menyibukkan diri, karena tak ada yang bisa ia lakukan di rumah sendirian.  Setelah pulang biasanya ia akan mengerjakan PR dan langsung tidur karena kelelahan.

***

Hari ini Keyzi akan berangkat menuju Universitas Harvard. Olimpiade itu akan diadakan selama 3 hari. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan ini, karena hadiahnya tidak main-main.
Tiga peringkat pertama akan memenangkan beasiswa 100% untuk berkuliah di Universitas Harvard, serta uang pembinaan sebesar 100 juta untuk juara 1, 80 juta untuk juara 2, dan 50 juta untuk juara 3.

Jujur saja Keyzi sangat gugup sekarang, ia takut mengecewakan pihak sekolah dan keluarganya. Tapi ia selalu mengingat apa yang dikatakan oleh guru pembina Olimpiadenya,

"Kamu gak usah takut gagal, karena dengan kamu dikirim ke sana sebagai perwakilan Indonesia, pihak sekolah sudah sangat bangga dengan prestasi kamu. Anggap saja kemenangan itu adalah bonus dari semua perjuangan kamu,"

Kata-kata itulah yang menjadi pendorong ia untuk terus semangat belajar selama beberapa bulan ini. Semua ini sangat melelahkan, tapi ia sangat menikmatinya. Ia bersyukur karena masih memiliki keluarga, guru, serta sahabat yang selalu mendukungnya.

Ia dan Azriel sudah jarang bertemu. Sesuai dengan komitmen yang sudah ia ucapkan kepada Arsya, ia akan memberitahu Azriel mengenai perasaannya saat Olimpiade ini selesai.

Jika Azriel menjauh darinya setelah ia mengungkapkan perasaannya, ia akan menerimanya. Seperti yang dikatakan Arsya, yang terpenting adalah perasaannya sudah diungkapkan. Jadi tidak ada yang akan ia sesali suatu saat nanti.

***

Seorang lelaki terlihat duduk sendirian di sebuah bukit dengan ditemani indahnya semburat senja. Dengan sebuah ponsel ditangannya, yang sedang menampilkan foto seorang gadis yang manis dengan balutan seragam sekolah.

"Aku rindu sama kamu, tapi aku gak bisa pulang sekarang. Aku ingin kamu sabar, aku pasti akan jemput kamu. Aku disini sedang berjuang untuk kamu, karena jika aku pulang barang sebentar saja, aku akan kalah dalam memperjuangkanmu,"

Lelaki itu tersenyum dengan tatapan penuh kerinduan. Masih ada waktu yang sangat lama sebelum ia kembali menjemput sang pujaan hati.

Tbc

Mengejar Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang