17. Harus Mingi akui,,,

1.2K 208 9
                                    

ฅ'ω'ฅ howwiee, aku double up- chap 16 dan 17. Kali aja kalian gak tau gitu. Pastiin udah baca chap 16 yaa~

--🍱--

Mingi mendesah kecewa saat tidak mendapati Yunho menunggunya seperti biasa saat jam istirahat pertama. Jadi karena itu ia pasrah saja saat Yeonjun dan Lucas menyeretnya ke kantin. Seperti biasa Wooyoung, San, Changbin, Woojin dan Joochan sudah ada terlebih dahulu disana. Karna kelas mereka lah yang lebih dekat dekat dengan kantin.

Beberapa saat kemudian Subin dan Yeosang sampai dimeja mereka, Subin terlihat tersenyum senang dan Yeosang dengan ekspresi datarnya yang biasa. Subin duduk menyela diantara Woojin dan Yeonjun, lalu mulai bercerita dengan heboh.

Ia bilang Yunho ingin menemui mereka semua nanti saat istirahat kedua di ruang ekskul dance. Mingi jelas kaget dan tidak begitu saja percaya pada omongan Subin. Namun saat melihat Yeosang mengangguk, Mingi langsung percaya.

Keraguannya berusan berubah menjadi rasa penasaran. Kira-kira apa yang ingin Yunho bicarakan pada mereka semua?

Dan saat itu juga, Mingi tak bisa menikmati makanannya karena yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah Yunho. Apa yang Yunho rencanakan? Apa yang orang itu ingin bicarakan sebenarnya?

Jam pelajaran selanjutnya terasa lebih lama daripada biasanya. Mingi benar-benar tak bisa fokus pada penjelasan guru didepan. Pajaran itu menjadi benar-benar membosankan, dan yang Mingi lakukan hanya mencorat-coret buku catatannya.

Begitu bel istirahat kedua berbunyi, Mingi cepat-cepat memasukkan peralatan menulisnya juga buku-bukunya kedalam kolong meja. Tak berniat untuk memasukkan itu kedalam tasnya. Ia memaksa Yeonjun dan Lucas untuk cepat-cepat, begitupula dengan teman-temannya yang lain.

Hingga akhirnya Mingi dan teman-temannya berada di ruang dance sesuai permintaan Yunho. Mereka duduk melingkar, lalu suara Yunho mendominasi ruangan itu.

Sampai semua rasa penasarannya selama ini terjawab. Dan begitu Yunho menyerahkan kota berisi surat-surat dari Soojin padanya, Mingi tak bisa untuk tidak memikirkan tentang sosok Soojin.

Siapa dia dan bagaimana ia bisa mengenal Mingi, mengapa juga Soojin itu bisa suka padanya?

----------🍱

Setelah sesi maaf-maafan, diselingi sedikit candaan agar tidak terlalu tegang. Akhirnya Mingi dapat merasakan baik teman-temannya maupun ketiga teman Yunho itu sudah mulai akrab dan tak ada pandangan sinis satu sama lain.

Ya, Mingi tentu senang akan hal ini. Mingi tersenyum tipis, kemudian pandangannya tak sengaja bertemu dengan Yunho. Yunho juga melempar senyum yang lebih lebar padanya, ia berjalan mendekati Mingi.

Tak ada yang begitu menaruh perhatian pada keduanya, yang lain sibuk bercanda bahkan Hendery, Lucas dan Woojin mulai membuat gerakan-gerakan aneh disana.

"Hey, nanti mau pulang bareng?" tanya Yunho.

"Tapi kita gak searah," kata Mingi. Meski ia ingin pulang bersama Yunho, tapi faktanya mereka beda bus.

"Rumahmu searah sama rumah kakak sepupuku, mungkin aku bisa mampir kesana sebentar biar bisa pulang bareng kamu," kata Yunho blak-blakan.

Jujur saja Mingi cukup terkejut mendengarnya. Yunho rela melakukan hal yang ribet seperti itu demi pulang bersamanya? No no no, Mingi jangan malu dulu!

"O-oke," cicit Mingi pelan.

Yunho tersenyum lebar, ia menepuk-nepuk pucuk kepala Mingi. "Suratnya dibaca ya? Itu jadi hutang terakhirku ke Soojin," kata Yunho, sebuah senyum terulas dibibirnya. Dan Mingi benci ia tak bisa menangkap maksud senyum itu.

Dadanya terasa sedikit sesak, mengingat masih ada kemungkinan Yunho menyukai Soojin. Namun jika Mingi pikir-pikir, lucu rasanya jika ia cemburu pada orang yang bahkan sudah tidak ada didunia ini lagi. Jadi ia menepis semua pikiran anehnya itu.

Bel berbunyi, pertanda istirahat telah selesai. Mereka semua akhirnya berpencar kembali menuju kelas masing-masing. Mingi pun sama, ia melambai pada Yunho sebelum berjalan kekelasnya bersama Yeonjun dan Lucas.



----------🍱

Yunho benar-benar melakukan hal yang ia bicarakan pada Mingi. Ia menaiki bus yang sama dengan Mingi, duduk disebelah Mingi dengan tenang. Bahkan tidak terlihat risih saat beberapa teman yang Mingi kenal memandanginya dengan bingung.

Mungkin pikiran mereka, kenapa bisa ada Jung Yunho di bus itu? Dia pindah rumah atau bagaimana?

Myeh, dia bukan pindah rumah tapi sedang dalam fase bucin menengah.

"Kamu turun di halte berapa?" tanya Yunho.

Mingi yang tadinya melamun sambil menatap ke arah jendela langsung menoleh pada Yunho dengan tatapan bingung. Tak sepenuhnya mendengar pertanyaan Yunho barusan. "Huh? Kamu tanya apa?"

Yunho tersenyum gemas, mencubit pipi Mingi pelan sebelum mendekatkan wajahnya dengan wajah Mingi. "Aku tanya, kamu turun di halte berapa?" Yunho mengulangi pertanyaannya.

"Terakhir," ucapnya pelan. Ia menunduk agar tak menatap dua mata indah milik Yunho. Enggan tersesat dalam tatapan itu.

Namun Yunho seakan tak memberinya izin. Mingi merasa tangan Yunho menyentuh dagunya, menaikkan dagunya perlahan hingga pandangan mereka bertemu.

"Kita turun dihalte yang sama, bagus deh," ucap Yunho.

Mingi tak tau mengapa namun ia mengangguk sesaat Yunho menyelesaikan ucapannya. Kalau boleh jujur, Mingi tidak bisa memikirkan hal lain selain Yunho yang berada didepannya ini.

Benar saja, sekali ia bertatapan dengan dua mata indah itu, sulit baginya untuk lepas. Kini ia merasa seakan dunianya hanya berputar pada Yunho, Yunho dan Yunho.

"Mingi, Yunho, kita duluan ya!"

Sebuah suara familiar yang menyebut namanya dan Yunho membuat Mingi kembali sadar. Ia dengan cepat menjauhkan wajahnya dari Yunho, dan menoleh pada sumber suara.

Changbin dan Woojin berdiri didepan, tak jauh dari tempat mereka duduk. Dua orang itu melambai dengan senyum lebar serta tatapan yang seolah-olah sedang menggodanya. Ugh, mereka pasti memperhatikan dirinya dan Yunho sejak tadi.

Mingi merengek pelan, menunduk dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya. Dan membiarkan Yunho membalas ucapan mereka berdua.

"Bye Woojin, Changbin!"

Mingi terdiam diposisi itu cukup lama, sampai bus yang tadinya berhenti kini bergerak kembali. Perlahan ia mulai menjauhkan kedua tangan dari wajahnya. Ia kembali melirik Yunho disampingnya, dia itu terlihat menghadap kedepan.

Baguslah, setidaknya Mingi perlu menetralkan detak jantungnya sebentar. Mingi mulai mennyenderkan kepalanya pada kursi yang ia duduki, membalik badannya untuk menghadap jendela.

Diam-diam Mingi melebarkan senyumnya, mengingat perlakuan Yunho barusan. Harus Mingi akui, meski baru mengenal Yunho sebentar, namun Mingi sudah jatuh sangat dalam pada pesona Yunho.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Makan Siang | YungiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang