19. Mingi yang butuh kepastian

1.2K 207 36
                                    

Ah hari yang indah, jika saja hari ini tidak ada kuis matematika mendadak dan Yunho bahkan tak tau materi apa yang minggu lalu kelasnya pelajari. Wajahnya memucat saat sang guru mengatakan soal untuk setiap muridnya berbeda-beda.

Oh fuuu— kenapa gurunya seniat itu?!! Ah sudahlah, Yunho memang sudah pasrah sejak tadi. Mungkin ini saatnya insting dan kreatifitasnya bekerja. Alias waktunya menjawab asal.




.

Mingi memberikan Yunho tatapan penuh tanya, sedang Yunho hanya mengacuhkan Mingi dan kembali menenggelamkan wajahnya diatara lipatan tangannya. Oh, jangan tanya dia kenapa. Yunho hanya masih trauma soal yang tadi.

Mingi mendudukkan diri disamping Yunho, menatap Yohan didepannya dengan pandangan menuntut jawaban. Yohan menghela nafas pelan, mengeluarkan lipatan kertas dari saku seragamnya kemudian menyerahkan benda itu pada Mingi.

Mingi awalnya menatap ragu litapan kertas itu tapi akhirnya tetap diambilnya, dengan penasaran ia membuka lipatan kertas itu. Nama Yohan tertera disana dan sebuah angka nol dengan tinta merah yang begitu menyita perhatian Mingi.

“Pfftt— kamu? Hahahaha,, kamu dapat nol?” Mingi tak kuasa untuk menahan tawanya. Ia tertawa kencang sembari memukul meja Yunho dan Yohan itu.

Yohan berdecak kesal, merampas kertas hasil ulangannya dari tangan Mingi dan menaruhnya asal pada kolong meja. “Nyeh, pacarmu juga sama dapat nol!” kata Yohan.

Mingi menghentikan tawanya, ia menatap Yohan dengan wajah merah merona. “Yunho bukan pacarku!” pekiknya.

Hal itu membuat Yunho mendongkakkan kepalanya, menatap Mingi yang duduk tepat disampingnya dengan senyum tipis. Bukan pacar, ha ha ha,

Ya memang iya sih, Mingi gak salah juga.

“Aih, kalian belum jadian?” Yohan menatap keduanya bergantian, kentara sekali bahwa Yohan tak percaya ucapan Mingi.

Yunho menegakkan tubuhnya, meregangkan kedua tangannya yang terasa kesemutan. Ia kemudian mengemasi buku-bukunya, terlihat santai padahal ada sepasang mata yang menatap penuh penasaran dan meminta kejelasan.

Yunho akhirnya sadar bahwa Yohan diam sedari tadi menunggunya untuk mengkonfirmasi ucapan Mingi. Dasar manusia kepo satu ini.

“Iya Han, kita belum pacaran,” kata Yunho dengan menekankam kata belum. Yunho melirik Mingi dan mengulas senyum tipis penuh makna.

“Oalah, TTM doang ya.”

Ah andai saja Yohan tau kalau ucapannya tadi membuat Mingi sedih, ia pasti tak akan mengucapkan kata itu.


—————————————🍱

Makan siang kali ini Mingi hanya memakan susu dan roti, katanya sedang malas untuk mengunyah nasi. Padahal Yunho sudah menawarkan untuk berbagi bekalnya, namun Mingi menolak.

Pada akhirnya Yunho memakan bekalnya sendiri, sedangkan Mingi memakan roti coklatnya dengan sekotak susu melon. Mereka berdua makan dengan tenang, kali ini mereka makan dikantin namun tidak bersama teman-teman yang lain. Hanya berdua saja.

Walau sebenarnya jarak meja yang mereka tempati tak jauh dari meja yang teman-teman mereka tempati. Bahkan Mingi samar-samar bisa mendengar pertengkaran Lucas-Yeonjun, atau teriakan Woojin dan Changbin yang berebut makanan.

Mingi jadi tersadar betapa heboh dan berisiknya mereka bila berkumpul bersama. Pantas saja beberapa orang tak suka melihat mereka saat sedang berkumpul. Jadi ini alasannya, hmm.

“Aku masih gak yakin makan sebuah roti mini begitu membuatmu kenyang. Sini aaa, biar aku suapi.”

Yunho mengarahkan sumpit berisi nasi dan lauknya pada Mingi. Mingi dengan pasrah membuka mulutnya, membiarkan Yunho menyuapinya.

“Udah, kamu makan aja. Aku cukup makan roti sama susu ini,” ucap Mingi setelah menelan makanan yang Yunho suapi.

Yunho mengangguk, kembali memakan bekalnya dengan lahap. Dan Mingi kembali memakan rotinya sebari memandangi Yunho. Tapi sebenarnya pikiran Mingi sedang tidak ada disini.

Perkataan Yohan barusan terus berputar dikepalanya. TTM doang ya, TTM doang, TTM.

Kalau dipikir-pikir sikap Yunho yang manis dan perhatian padanya memang membuat banyak orang salah paham, tapi nyatanya sampai sekarang status mereka memang hanya teman. Tak lebih dari itu, meski dari lubuk hati terdalam Mingi menginginkan lebih.

Mingi mengedarkan pandangan pada meja dimana teman-temannya berada. Mingi bisa lihat Wooyoung dan San yang sedang tertawa lepas bersama, beberapa kali Mingi lihat San membisikkan sesuatu ketelinga Wooyoung dan kemudian Wooyoung akan tertawa dengan wajah merona.

Mingi iri, San bergabung dalam circle pertemanannya paling terakhir. Dan langsung menjadi sangat dekat dengan Wooyoung, sebulan setelahnya mereka berdua resmi pacaran. Bahkan Mingi dan yang lain menonton San menyatakan perasaannya pada Wooyoung.

Andai Yunho juga secepat dan seberani San.

Eh? Apasih yang ia pikirkan??

Mingi menggeleng pelan, menepuk-nepuk kepalanya dan meruntuki dirinya pelan. Astaga, tidak seharusnya Mingi membandingkan Yunho dan San. Mereka jelas dua orang yang berbeda.

Yunho disisi lain sepertinya sadar bahwa Mingi sedang memikirkan sesuatu sekarang, semua kelakuan Mingi tak luput dari pandangan Yunho. Ia mengira-ngira apa yang sedang Mingi pikirkan sekarang. Apakah sesuatu yang begitu penting?

“Kamu kenapa?” tanya Yunho.

Mingi menoleh ke arah Yunho dengan cepat, ia mengerjap pelan sebelum menggeleng ribut. “Nggak, bukan apa-apa kok!”

Tapi Yunho mana puas dengan jawaban Mingi yang seperti itu. Jelas-jelas Mingi terlihat melamun kok tadi, bahkan bergumam tidak jelas.

“Jawab yang jujur, Song Mingi,” Yunho berucap pelan namun tegas. Ia memandang Mingi menuntut jawaban yang benar.

Mingi bergerak gelisah, menggigit bibir bawahnya pelan dan mulai meremat kotak susunya yang sudah habis.

“Aku iri,” cicit Mingi.

Yunho mengerutkan dahinya, ia sudah bersiap untuk bertanya namun Mingi berbicara mendahuluinya.

“Wooyoung, San, aku iri sama mereka,” ucap Mingi dengan sedikit lebih keras.

Dan entah kenapa Yunho langsung mengerti dengan maksud ucapan Mingi. Ia mengambil sebelah tangan Mingi untuk digenggam.

Ia menatap Mingi dengan sebuah senyuman terulas dibibirnya. “Sebentar lagi, mau nunggu kan?”

Mingi merasa meleleh dengan tatapan itu, suara Yunho yang lembut, juga tangan besar dan hangatnya yang membalut tangan Mingi. Bagai terbuai sihir, Mingi mengangguk perlahan.

Bahkan sepatah kapaun tak mampu ia keluarkan. Jung Yunho ini, bukan seorang penyihir kan?

 Jung Yunho ini, bukan seorang penyihir kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Heyoo, mochi curhat dikit ya. Tadi kan lagi buat video tugas pkk gitu kan ya, eh asik-asiknya nerangin pas di cek gak kerekam dong! Memori hpku full 😭😭 sumpa kesel bet ngulang banyak kali. Ini tugas tuh tugas ngebuat sesuatu gitu, bahannya cuma satu itu doang😭 untung aja yang gak kerekam termasuk bagian yang gak terlalu penting, kalau yang penting mah mati aku 😭

Btw sisa satu chapter lagi nih, update besok jangan??

Makan Siang | YungiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang