Regan menatap langit-langit kamarnya, hatinya gelisah memikirkan keadaan Sekar. Biasanya gadis itu selalu menyapa bila berpapasan dengannya meskipun dia sendiri tahu itu hanya sekadar basa-basi.
Tapi sore tadi, istri keduanya itu pulang dengan wajah yang terlihat menyimpan banyak sekali beban. Sekar juga tidak sama sekali menyapanya maupun Arumi, bahkan gadis itu tidak mengikuti makan malam bersama.
Regan menghela nafasnya dan mengalihkan atensinya pada Arumi yang tertidur nyenyak dipelukannya dengan kepala yang bersandar di dada bidangnya.
Disingkirkannya rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya, seketika rasa bersalah menyusup dibalik dadanya. Tak seharusnya dia memikirkan wanita lain saat dirinya sedang bersama sang istri, tapi salahkah bila ia juga mengkhawatirkan istrinya yang lain?
Regan melepaskan lengan Arumi yang melingkar di atas perutnya, setelah memberi kecupan singkat di dahi sang istri-Regan melangkah keluar dari kamar.
Regan berdiri mematung di depan pintu kamar Sekar, haruskah dirinya masuk dan menemui istri keduanya itu? tapi apa yang harus dirinya katakan bila gadis itu menanyakan maksud kedatangannya? lagipula, apa dirinya tidak akan mengganggu? Mungkin saja Sekar sudah tertidur mengingat malam sudah sangat larut.
"Akh, coba dulu aja deh." Dengan menghilangkan segala keraguan dalam dirinya, tangan Regan terangkat mengetuk pelan pintu bercat cokelat di depannya.
Tak di sangka, hanya butuh beberapa saat sebelum pintu itu terbuka dan menampilkan wajah istri keduanya yang terlihat pucat.
Regan yang semula merasa gugup karena tak tahu harus berkata apa, kini berubah menjadi khawatir melihat keadaan istri keduanya yang tak terlihat baik-baik saja.
"Sekar, kamu kenapa? kok, wajah kamu pucat? kamu sakit?" tanya Regan bertubi-tubi membuat Sekar yang masih terkejut dengan kedatangannya tak mampu menjawab.
"Sekar..." Regan menyentuh bahu Sekar yang terbalut baju tidur hello Kitty membuat Sekar tersentak dari keterdiamannya.
"Eh, enggak kok, aku baik-baik saja." Sekar berusaha menampilkan senyumnya pada Regan meskipun terasa sangat sulit.
"Baik-baik aja apanya, wajah kamu pucat," ucap Regan dengan penuh kekhawatiran, tangannya terangkat menyentuh dahi Sekar, "Badan kamu juga panas banget," lanjut Regan yang membuat Sekar salah tingkah.
"Ayok masuk, kamu harus istirahat." Regan menuntun Sekar untuk masuk ke kamarnya dan membantu sang istri berbaring dengan nyaman di atas kasur.
"Tunggu sini, yah. Aku ambil air hangat buat kompres kening kamu." Regan berbalik hendak mengambil apa yang dibutuhkannya, namun sebelum kakinya melangkah tangannya lebih dulu dicekal oleh Sekar.
"Nggak usah, Mas. Aku nggak papa, kok. Jangan merepotkan diri Mas karena aku," ucap Sekar, tatapannya dalam pada Regan yang menatap sendu kepadanya.
"Aku nggak repot, kok. Tunggu, yah." Regan melepaskan cekalan tangan Sekar dengan lembut dan memberikan sebuah senyuman yang sangat jarang bahkan hampir tak pernah didapatkan Sekar dari lelaki itu.
Hanya butuh waktu beberapa menit sampai akhirnya Regan kembali ke kamar Sekar dengan sebaskom air hangat dan handuk kecil.
Regan meletakkan baskom berisi air itu di atas nakas, tangannya dengan lihai memeras handuk kecil dan menempelkannya di dahi sang istri.
Matanya sangat jelas menampakkan kekhawatiran pada Sekar membuat gadis itu bertanya-tanya, mungkinkah bila suaminya itu benar-benar mengkhawatirkannya, atau hanya sekadar perasaan bersalah dan kasihan terhadap dirinya? atau bisa jadi hanya karena saat ini dia tengah mengandung anak lelaki itu?
Entahlah, Sekar tak ingin memikirkannya. Dia juga tak ingin menduga-duga dan berakhir hatinya yang kembali terluka.
Malam itu, Sekar menikmati perlakuan manis Regan sampai matanya terpejam dan berkelana ke alam mimpi.
***
Regan mengerjapkan matanya, setelah netra kelam itu terbuka. Netranya mengelilingi sudut ruang dimana tempatnya kini hingga menemukan sosok yang menjadi istri keduanya yang tertidur dengan wajah yang terlihat seperti bayi, sangat polos.
Regan ingat, semalam dirinya menjaga sang istri dan tak sadar dirinya ikut tertidur dengan posisi duduk di lantai dan kepala yang bersandar pada lengan Sekar.
"Sudah jam empat ternyata, aku harus kembali ke kamar sebelum arumi bangun. Jangan sampai dia tahu kalau semalam aku menemani Sekar." Regan beranjak dari duduknya, setelah membenahi selimut Sekar dia berlalu keluar dan kembali ke kamarnya bersama sang istri pertama.
Regan membuka pintu kamarnya dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara, nafasnya berhembus lega saat melihat sosok istri pertamanya yang masih tertidur pulas dengan posisi miring memeluk guling.
Regan melangkah dengan pelan dan ikut berbaring di samping istrinya, menyingkirkan guling dan meraih tubuh Arumi dalam pelukannya.
"Maafin aku, sayang," bisik Regan ditelinga Arumi membuat wanita itu menggeliat dalam tidurnya.
Regan menepuk-nepuk Pelan punggung Arumi agar istrinya kembali lelap. Setelah memastikan sang istri nyenyak dalam tidurnya, Regan memejamkan matanya menyusul Arumi yang sudah lebih dulu mengarungi mimpi.
***
Arumi menuruni anak tangga, melangkah ke dapur hendak membuatkan sarapan untuk suami tercinta. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat beberapa makanan sudah terhidang di atas meja makan.
Dahinya mengernyit heran melihat beberapa makanan kesukaan suaminya yang terhidang di atas meja. Siapa yang sudah menyiapkan semua ini? mungkinkah Sekar yang menyiapkan semuanya? tapi dari mana gadis itu tahu semua makanan kesukaan suaminya?
Cup
"Pagi, sayang..." Regan mencium pipi Arumi dan menyapa wanita yang masih terpaku menatap meja makan.
"Kok, bengong? kenapa? Oh iya, Sekar mana?" Arumi mengalihkan atensinya dan menatap suaminya lekat begitu telinganya mendengar nama Sekar. Apa ada yang sudah dia lewatkan diantara mereka berdua?
Regan menggaruk tengkuknya melihat tatapan sang istri yang sangat lekat dan tajam pada dirinya, apa dia melakukan kesalahan hingga istrinya menatapnya seperti itu? tapi apa? bukankah apa yang dia tanyakan adalah hal yang wajar?
"Kamu kenapa?" tanya Regan dengan hati-hati.
Arumi mendengus kesal dan mengalihkan tatapannya, "Aku nggak tahu Sekar di mana? dia menyiapkan sarapan ini dan meninggalkan selembar kertas, tuh," ucap Arumi dingin, jemarinya menunjuk makanan dan juga selembar kertas yang ada di atas meja.
Regan mengambil selembar kertas yang ditinggalkan Sekar dan membacanya. Tiba-tiba saja hatinya mendidih saat membaca deretan kalimat yang ditulis gadis itu.
Maaf aku pergi tanpa pamit. Tapi aku harus bertemu dengan seseorang hari ini. Oh iya, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kalian, semoga suka.
Sekar
Regan menggeram kesal dalam hatinya, Bisa-bisanya gadis itu pergi tanpa pamit pada dirinya. Dan lagi, siapa seseorang yang akan di temuinya? apa seseorang itu lebih penting dari pada kesehatannya?
Tak tahukah Sekar kalau semalam dirinya begitu mengkhawatirkannya dan sekarang istri keduanya itu pergi menemui seseorang disaat kondisinya yang sedang tidak baik.
Regan meremas kertas di tangannya dengan wajah yang memerah menahan amarah tanpa sadar ada Arumi yang berdiri di sampingnya dengan tatapan terluka.
NOTE:
DI KBM APP SUDAH TAMAT+EPILOG+EKSTRAPART.
BUAT YANG SEBELUMNYA UDAH PERNAH BACA DAN BELUM SEMPAT BELI EBOOKNYA, SILAHKAN LANGSUNG KUNJUNGI KBM APP YAH. COVER DI WP SAMA DI KBM BERBEDA.
Akun KBM : Leni_suleni
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pernikahan Impian
General Fiction[ REPOST ] SELESAI Mencintai dalam diam bukanlah sesuatu yang mudah, tapi hal itu sudah menjadi pilihan Sekar. Meski hatinya patah berkali-kali Sekar tetap memilih bungkam tentang rasanya. Perbedaan status sosial yang sangat jauh membuat Sekar tak...