18. hanyut (Repost)

6.5K 455 62
                                    

Arumi menatap Regan dengan tatapan terluka. Laki-laki yang masih meremas kertas ditangannya dengan wajah memerah menahan amarah itu tidak menyadari bila sikapnya melukai sang istri.

Dapat Arumi lihat dengan jelas kemarahan sekaligus kekhawatiran yang terpancar di wajah sang suami. Apa lelaki itu sudah mulai membuka hatinya untuk sang madu? kalau iya, apakah dirinya sanggup menerima kenyataan pahit itu?

Arumi menghela nafasnya pelan, dengan Mata yang berkaca-kaca wanita itu pergi meninggalkan sang suami yang masih berdiri mematung dengan pikiran tertuju pada sang madu.

Arumi membuka pintu kamarnya dan berdiri menatap cermin, matanya menatap lekat wajah yang kini terlihat lebih tirus dari sebelumnya. Kantung mata yang membesar membuat wajahnya terlihat lebih tua.

Terlalu banyak yang wanita itu pikirkan akhir-akhir ini membuatnya cukup kesulitan untuk bisa tidur dengan nyenyak. Selalu saja ada ketakutan yang membayang dalam benaknya.

Takut cinta Regan terbagi, takut ditinggalkan dan takut-takut lainnya yang selalu menghantui hidupnya.

Perlahan, lelehan air bening yang sejak tadi mendesak mengalir bebas di pipinya yang tirus. Arumi enggan mengusap air mata itu, dirinya membiarkan air mata itu mengalir hingga benar-benar lelah dan berhenti sendiri.

Biarkan dia menikmati lukanya, biarkan air matanya mewakili segala rasa sakit dalam hatinya. Biarkan semua bekerja dengan seharusnya, lukanya, sedihnya, cemburunya, biarkan semua itu mengaduk-aduk perasaannya dan keluar lewat tangis.

***

Regan menghela nafasnya berkali-kali, mencoba menenangkan hatinya yang bergemuruh karena rasa marah sekaligus khawatir. Bayangan wajah pucat Sekar semalam membuat Regan gelisah.

Kemana perginya Sekar? siapa yang akan ditemui gadis itu? apa istri keduanya itu baik-baik saja saat ini?. semua pertanyaan itu berkumpul di otaknya hingga membuatnya kesal.

Regan menolehkan kepalanya ke samping, dahinya mengernyit saat tak mendapati keberadaan Arumi di sampingnya. Bukankah tadi wanita itu masih berdiri di sisinya? lalu kemana istrinya saat ini.

Regan menepuk dahinya saat menyadari prilakunya, kepergian Sekar yang tanpa pamit padanya membuatnya sangat kesal hingga melupakan keberadaan sang istri pertama, wanita yang sangat dicintainya.

Dengan kecepatan seribu langkah, Regan pergi ke kamarnya menyusul sang istri. Ia yakin belahan jiwanya itu pasti merasa cemburu atas sikapnya tadi. Lagipula, Regan juga tak mengerti mengapa dirinya begitu mengkhawatirkan Sekar.

Regan berdiri di depan pintu kamarnya, tangannya perlahan membuka pintu dan sesaat dirinya tertegun begitu mendapati sang istri terisak di depan meja riasnya.

Dengan perasaan bersalah yang mencokol kuat di hatinya, Regan melangkah masuk ke kamar dan memeluk Arumi dari belakang.

Dadanya terasa sesak saat tangis istrinya semakin menjadi. Apakah dia sudah terlalu dalam menyakiti Arumi atau dia memang telah gagal menjadi seorang suami yang baik untuk sang istri?

"Maaf, maafin aku," bisik Regan di telinga Arumi membuat gadis yang masih terisak dalam tangisnya itu meremas lengan sang suami yang melingkar di tubuhnya.

"Kamu jahat, kamu mengabaikan ku, kamu jahat..." Arumi meracau sambil terus memukul lengan Regan.

Mendengar racauan pilu sang istri, Regan hanya mampu menganggukkan kepalanya. Menerima semua yang dilakukukan istrinya.

Setitik air mata menetes dari sudut matanya, dia tak pernah sama sekali berniat menyakiti sang istri namun dia juga tak bisa begitu saja mengabaikan keberadaan Sekar yang saat ini tengah mengandung anaknya.

Seperti apapun awal dan tujuan pernikahannya dengan Sekar, tetap saja saat ini gadis itu sudah sah menjadi istrinya meski hanya secara agama. Namun, meskipun begitu Sekar tetap memiliki hak yang sama atas dirinya, seperti Arumi. Akan sangat berdosa bila dia hanya condong pada salah satunya dan mengabaikan yang lain.

Regan semakin mengeratkan pelukannya pada Arumi, tubuh wanita itu masih bergetar meski tangisnya tak lagi terdengar. Regan hanya berharap semoga dirinya bisa melalui semua keadaan ini dan semoga Arumi dan Sekar dapat sama-sama menerima apa yang telah terjadi.

Regan merasakan tubuh istrinya yang semakin melemah dan terdengar hembusan nafas teratur yang menandakan sang istri tengah tertidur.

Digendongnya tubuh Arumi dan membaringkannya dengan lembut di atas kasur, jemarinya membelai lembut beberapa helai rambut yang menutupi wajah sang istri.

"Maaf karena aku sudah membuatmu terluka, tapi aku harap kamu mau mengerti. Percayalah, aku sangat mencintaimu," bisik Regan ditelinga Arumi dan mencium keningnya dalam.

Arumi adalah wanita yang dicintainya, wanita yang dia pilih untuk menemaninya, maka apapun dan bagaimanapun hubungan dan perasaannya dengan Sekar-ia berjanji akan terus mencintai istrinya dan berusaha sebaik mungkin agar tak menyakiti wanita itu meski ia tau jalannya tak akan mudah.

***

Sekar menyandarkan tubuhnya di dada bidang Altaf, saat ini mereka tengah duduk di sofa yang ada di ruang rawat Narti.

"Aku sedih sampe sekarang ibu belum bangun juga, aku takut ibu kenapa-napa. Aku nggak punya siapa-siapa lagi selain ibu," lirih Sekar, matanya menatap nanar sang ibu yang masih terbaring lemah di atas brankar.

Altaf menundukkan kepalanya dan semakin mengeratkan pelukannya pada sang kekasih, "Sabar sayang, kamu dan dokter sudah melakukan yang terbaik buat ibu. Sekarang kita hanya perlu berdoa agar Allah segera memberikan kesembuhan untuk ibu," ucap Altaf dengan penuh kelembutan.

Dia sangat memahami apa yang dirasakan Sekar karena dirinya pun hanya tinggal memiliki ibu karena sang ayah telah lebih dulu dipanggil Tuhan.

Sama seperti sang kekasih, dirinyapun sangat menyayangi ibunya dan tidak akan pernah siap bila wanita yang menjadi cinta pertamanya itu sewaktu-waktu akan pergi meninggalkannya menghadap sang khalik.

Sekar mendongakkan wajahnya dan mengusap lembut rahang Altaf yang ditumbuhi bulu-bulu halus. "Makasih sudah selalu memahami aku, love you," bisik Sekar dan memberikan kecupan singkat di pipi sang kekasih.

Altaf tersenyum menerima kecupan lembut dari gadisnya, tak mau kalah diapun memberikan kecupan dalam di dahi Sekar. Keduanya menatap dengan senyuman penuh cinta, menyalurkan rasa yang semakin besar.

Lalu, entah siapa yang memulai, kini keduanya hanyut dalam ciuman lembut. Tak ada nafsu, hanya ada cinta, kasih sayang dan rindu yang mereka rasa dalam pagutan bibir keduanya.

Lama kedua bibir itu saling tertaut, Altaf melepaskan ciumannya saat dirasa sang kekasih sudah kehabisan nafas.

"Terimakasih, aku cinta kamu. Aku sangat mencintai kamu, dan aku yakin kamu tahu itu. Jangan pernah ragukan perasaan ku." Sekar menganggukkan kepalanya, bibirnya tersenyum menatap mata Altaf dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Jemari Altaf mengelus lembut pipi chubby Sekar, membiarkan mereka tenggelam dalam tatap dan menyelami perasaan masing-masing hingga Altaf menarik wajah Sekar dan mendekatkannya dengan wajahnya.

Menempelkan kembali bibirnya ke bibir merah jambu Sekar, menyesap rasa manis yang selalu membuatnya candu. Menyalurkan perasaan yang begitu besar dalam hatinya untuk sang gadis pujaan.

NOTE:

DI KBM APP SUDAH TAMAT+EPILOG+EKSTRAPART.

BUAT YANG SEBELUMNYA UDAH PERNAH BACA DAN BELUM SEMPAT BELI EBOOKNYA, SILAHKAN LANGSUNG KUNJUNGI KBM APP YAH. COVER DI WP SAMA DI KBM BERBEDA.

Akun KBM : Leni_suleni

Bukan Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang